Katedral Palermo dibangun pada tahun 1185 oleh Walter Ophamil, Uskup Palermo di era Monarki Sisilia (1071-1130). Persis di atas bekas gereja tua lainnya yang dibangun jauh sebelumnya. Di lokasi ini pernah berdiri sebuah basilika byzantium yang dibangun Paus Gregory I. Dan basilika itu konon sempat dikonversi menjadi masjid kala Palermo dikuasai bangsa Saracen (Arab) pada abad ke-9.
Arsitektur barok sendiri berkembang pesat di Sisilia, termasuk di Palermo, setelah terjadi gempa bumi besar pada tahun 1693. Banyak bangunan yang hancur akibat gempa bumi itu harus dibangun kembali. Dan gaya arsitektur barok yang digunakan selanjutnya populer dengan sebutan Barok Sisilia.
Kuburan di dalam sebuah gereja tentu saja suatu pemandangan biasa di Eropa. Namun, agak berbeda jika suatu kompleks pemakaman bawah tanah yang terdiri dari mayat yang telah dimumifikasi. Pemandangan unik inilah yang ditampilkan di The Capuchin Catacombs of Palermo (atau Catacombe dei Cappuccini).
Objek wisata tidak biasa ini cukup populer di Palermo. Di sini mayat-mayat yang sudah dibalsem dipajang dalam berbagai posisi. Ada dalam posisi berdiri, ada pula yang duduk. Beberapa mayat juga disimpan di dalam lemari kaca tertutup. Ah, sayang sekali ada larangan momotret di dalam katakombe.
Hari terakhir di Palermo berujung di Port of Palermo, pelabuhan feri yang akan membawa kami ke Napoli. Dan ketika feri besar itu sudah melaju menyeberangi Laut Tirenia, saya kembali teringat ucapan Calogera, resepsionis hotel nan ayu itu, "Jangan lupakan Palermo!"
Of course, Calogera! Mana mungkin bisa melupakan Calogera, eh Palermo!Â
***
Kelapa Gading, 5 April 2022
Oleh: Tonny Syiariel