Bagaimana dengan potensi wisata halal di tanah air kita?
Indonesia bisa dibilang berada di dua jalur sekaligus. Baik di jalur Inbound Tour maupun Outbound Tour. Di Inbound tour, Indonesia telah menjadi salah satu destinasi wisata halal favorit bagi wisatawan Muslim mancanegara. Sedangkan di sisi lain, wisatawan Indonesia yang rajin melanglang-buana ke mancanegara (Outbound tour) pun ikut menjadi bidikan banyak negara lainnya.Â
Destinasi wisata halal di Indonesia tersebar di berbagai provinsi. Kementerian Pariwisata Indonesia sendiri pernah menyelenggarakan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) pada tahun 2018--2019.Â
Penilaian yang juga dilakukan Crescent Rating-Mastercard itu menetapkan lima destinasi pariwisata halal terbaik di Indonesia, yakni Lombok, Aceh, Riau, Sumatra Barat dan DKI Jakarta.
Perlu juga dipahami, wisata halal tidak ada kaitannya dengan isu mensyariahkan sebuah destinasi wisata. Menparekraf Sandiaga Uno, seperti dikutip dari IDX Channel, mengatakan, "Pariwisata halal lebih ke Muslim-friendly based. Difokuskan untuk extension of service atau untuk penambahan layanan ketika berwisata."
Hal yang sama pernah disampaikan Wapres K.H. Ma'ruf Amin. Mantan Ketua Umum MUI itu berpandangan bahwa perspektif wisata halal bukan mengubah objek wisata menjadi halal. Sesuatu yang kerap disalahartikan. Tetapi, halal yang dimaksud adalah penyediaan pangan yang disajikan dalam restoran, ketersediaan tempat ibadah, dan hotel yang memiliki standar kehalalan.
Wisata halal, yang kerap disebut "Muslim-friendly tourism", sejatinya tidak berbeda dengan wisata pada umumnya. Namun, seperti yang dijelaskan Menparekraf Sandiaga Uno, ada berbagai layanan tambahan yang khusus dirancang untuk mengakomodasi semua kebutuhan wisatawan Muslim.
Biro Perjalanan Wisata ikut mengatur semua layanan dengan mengikuti pedoman halal yang sesuai syariat Islam. Mulai dari hotel yang digunakan ramah terhadap wisatawan Muslim; makanan halal disajikan selama berwisata; fasilitas sholat tersedia di destinasi tujuan; dan sebagainya.
Priyadi Abadi, pegiat wisata halal yang juga Ketua Umum IITCF (Indonesian Islamic Travel Communication Forum)Â mengatakan, "Wisatawan sejatinya masih bisa menikmati perjalanan wisata sebagaimana wisata umumnya. Tetapi, pada saat yang sama tetap dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim yang taat."
Dalam suatu perjalanan wisata di kota Roma- Italia, contohnya, Priyadi yang juga Direktur Utama Adinda Azzahra Tour itu bahkan berusaha mencari sebuah masjid agar grupnya bisa shalat dzuhur. Padahal di ibu kota Italia yang mayoritas Katolik itu lebih dikenal sebagai kota yang didominasi gereja.