Dalam berbagai artikel, saya sering menyisipkan berbagai penghargaan (Award) yang kerap diterima sebuah destinasi wisata, airport, hotel, airlines, maupun Travel Agency. Misalnya, penghargaan berupa "Indonesia's Leading Travel Agency 2021".Â
Penghargaan ini tentu saja memperkuat branding yang pada ujungnya meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap Travel Agency yang meraih Award tersebut.Â
Sebelum maraknya model bisnis OTA (Online Travel Agency), hampir semua Biro Perjalanan Wisata (BPW) selalu menempel stiker dari maskapai penerbangan di depan pintu kacanya.Â
Begitu pula berbagai Izin Usaha BPW maupun sertifikat yang dikeluarkan organisasi terkait, seperti ASITA, ASTINDO, IATA dan PATA. Tidak lupa aneka plakat penghargaan dari industri ikut dipajang.
Sementara di era digital, situs web dari BPW juga dihiasi informasi yang sama. Tidak jarang informasi terkait penghargaan, jika ada, pun bisa Anda temukan di sana. Atau setidaknya di laman Corporate Profile yang mengisahkan perjalanan perusahaan tersebut dan berbagai pencapaiannya.
Semua ini jelas bertujuan untuk meraih kepercayaan pelanggan. Setidaknya kesan pertama ketika mereka memasuki kantor BPW tersebut. Baik kantor offline maupun via website-nya. Singkatnya, BPW tersebut seakan hendak mengatakan, "Kami adalah BPW resmi dan terpercaya".
Meskipun semua informasi ini tersaji lengkap dan mudah ditemukan, masih saja ada wisatawan yang tertipu. Seperti kasus lainnya yang kebetulan terjadi di Labuan Bajo pada awal tahun 2022 ini. Sejumlah wisatawan asal Bogor mengalami pengalaman buruk ditelantarkan Travel Agency-nya sendiri.Â
Hasil investigasi oleh Dinas Pariwisata NTT, ternyata Travel Agency asal Bogor tersebut belum memiliki izin usaha di bidang pariwisata. Dan sayang sekali, Travel Agency yang telah mencoreng nama industri pariwisata itu hanya diberikan surat peringatan untuk tidak lagi menjual paket wisata. Ah, seharusnya ada sanksi lebih tegas.Â
Terlantar di negeri sendiri saja sudah menyakitkan, apalagi ditinggalin Tour Organizer-nya di negeri orang nun jauh di Maroko. Itulah yang pernah terjadi dengan sejumlah wisatawan negeri kita ketika hendak menyeberang dari Tangier- Maroko ke Tarifa- Spanyol beberapa tahun lalu.
Belakangan diketahui, turis asal Indonesia tersebut tergiur harga murah meriah yang ditawarkan sebuah Open Trip yang dikelola sendiri oleh Tour Organizer yang konon mengatur segalanya itu. Lagi-lagi, harga murah yang begitu menggoda yang berujung pengalaman buruk itu.
Deretan kasus yang semuanya pernah viral itu seharusnya membuat setiap wisatawan wajib berhati-hati ketika memutuskan membeli sebuah produk wisata. Nama BPW yang memiliki reputasi bagus tentu saja paling disarankan. Namun, tidak berarti Agen Wisata yang belum punya nama tidak bisa dipercaya.Â