Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Petak Sembilan dan Cerita Imlek yang Tak Pernah Usai

31 Januari 2022   11:50 Diperbarui: 2 Februari 2022   14:36 2957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen yang paling ditunggu banyak fotografer dan videografer. Sumber: dokumentasi pribadi

Adalah seorang Letnan Tionghoa bernama Kwee Hoen yang memberikan perintah untuk membangun klenteng ini. Tujuannya tidak lain sebagai penghormatan kepada Dewi Kwam-Im atau dalam bahasa Sanskerta dikenal dengan nama Avalokitesvara.

Pengunjung klenteng di Hari Raya Imlek (foto sebelum pandemi). Sumber: dokumentasi pribadi
Pengunjung klenteng di Hari Raya Imlek (foto sebelum pandemi). Sumber: dokumentasi pribadi

Alhasil, klenteng itupun akhirnya disebut Guan-Yin Ting atau Kwan-Im Teng. Kata Kwan-Im Teng kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Klenteng. Namun, klenteng ini terbakar dalam pada tahun 1740.

Pada tahun 1755, Oei Tjhie, seorang Kapiten Tionghoa, merestorasi kembali klenteng tersebut dan menamainya Jin-de Yuan (dialek Mandarin) atau Kim Tek Ie (Hokkian) yang bermakna "Golden Virtue" (Kebajikan Emas). Kini klenteng tertua di Jakarta ini resminya disebut Vihara Dharma Bhakti.

Warga Tionghoa bersembahyang di wihara ini sebelum kebakaran tahun 2015. Sumber: dokumentasi pribadi
Warga Tionghoa bersembahyang di wihara ini sebelum kebakaran tahun 2015. Sumber: dokumentasi pribadi
Akan tetapi, musibah kebakaran kembali melahap klenteng ini pada tanggal 2 Maret 2015 dinihari. Kebakaran diduga akibat api lilin yang memang banyak menghiasi setiap klenteng. 

Begitulah, hingga kini klenteng bersejarah itu masih ditutup dan sedang dalam proses rekonstruksi. Sebuah bangunan sementara pun dibangun untuk melayani pengunjung yang datang bersembahyang di sini.

Wihara Dharma Bhakti terletak di Jalan Kemenangan III No. 19, Petak Sembilan, Jakarta Barat. Persisnya berada di area belakang Pasar Glodok. Dari mulut jalan yang berawal di Jalan Pancoran, wihara ini bisa dicapai dengan jalan kaki sekitar 5 menit saja. Hanya sekitar 400 meter. Tidak jauh, bukan?

Penjual buah jeruk di depan Wihara Dharma Bhakti yang sedang dibangun kembali. Sumber: dokumentasi pribadi
Penjual buah jeruk di depan Wihara Dharma Bhakti yang sedang dibangun kembali. Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun tidak jauh, bersiap-siap menerobos jalan yang selalu dipadati para pedagang ini. Pasalnya, selain sudah sempit, jalan ini sehari-harinya memang menjadi bagian dari Pasar Petak Sembilan. Jalan menuju ke klenteng pun bak berjalan di tengah lorong pasar.

Menjelang Imlek, kompleks wihara ini biasanya bak magnet yang menyedot banyak pengunjung dari berbagai wilayah Jabodetabek. Maklum saja, wihara ini sangat terkenal di Jakarta. Bahkan di setiap tahun, banyak wisatawan maupun wartawan ikut hadir di tempat bersejarah ini. Stasiun TV pun tidak ketinggalan meliput semua aktivitas di wihara ini.

Di samping berbagai aktivitas sembahyang, ada satu ritual yang selalu menarik perhatian pengunjung. Itulah ritual melepaskan burung yang sarat makna. Burung-burung itu dilepas dari sebuah kotak khusus yang telah disiapkan banyak penjual burung di sekitar wihara. 

Burung-burung yang dilepas. Sebuah ritual yang menarik di saat Perayaan Imlek. Sumber: dokumentasi pribadi
Burung-burung yang dilepas. Sebuah ritual yang menarik di saat Perayaan Imlek. Sumber: dokumentasi pribadi
Seperti diketahui, burung memiliki banyak makna dan filosofi. Dan boleh jadi itu sebabnya banyak warga Tionghoa pun melakukan ritual melepaskan burung ini. Konon melepaskan burung itu seperti melepas keburukan dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun