Kota Wina dan Provinsi Maluku Utara memang terpisah jauh. Jarak antara ibu kota Austria itu dan Ternate, misalnya, terbentang sekitar 11.468 km. Namun, dalam urusan kebahagiaan, keduanya memiliki kesamaan. Sama-sama baru saja dinobatkan sebagai Kota Paling Bahagia di Dunia dan Propinsi Paling Bahagia di Indonesia.Â
Berdasarkan "The 2022 Healthy Lifestyle Cities Report" yang dipublikasikan lenstore.co.uk, Vienna atau Wina berada di posisi pertama sebagai kota dengan rating tertinggi untuk hidup sehat dan berbahagia. Berada di atas kota-kota ternama lainnya, seperti Dubai, Copenhagen, Frankfurt, Amsterdam, Helsinki, Berlin, Stockholm, Fukuoka dan Jenewa.
Tidak berbeda jauh dari laporan di atas, sebuah survei lain bertajuk "The Expat Insider Guide" yang dirilis di penghujung tahun lalu ikut memperkuat posisi kota indah di Eropa Tengah itu. Inilah sebuah survei dari InterNations, sebuah komunitas internasional terbesar di dunia, yang terdiri dari 4.3 juta expatriate di seluruh dunia.
Survei yang melibatkan lebih dari 12,000 expat di 186 negara itu menempatkan Wina di peringkat pertama sebagai "Top Cities to Live in 2022". Dengan kata lain, Wina didapuk sebagai kota yang paling layak huni dan pindah ke sana bagi para expat. Frasa "Kota Paling Layak Huni" kurang lebih sama dengan frasa "Kota Paling Bahagia".
Dibandingkan banyak kota global lainnya, Wina memiliki sederet keunggulan. Sebut misalnya, di kategori biaya hidup. Wina tidak semahal kota-kota seperti Paris, Zurich, New York, Hong Kong, Osaka dan banyak kota ternama lainnya. Biaya hidup di Wina, contohnya, disebut sekitar 32.44% lebih murah dari New York-AS.
Selain itu, kota yang memiliki tingkat kriminalitas sangat rendah ini pun memiliki infrastruktur berkelas. Sistem transportasi di dalam kota maupun antar kota sangat bagus. Apalagi posisi Wina yang begitu strategis di tengah Eropa. Warga kota ini pun dengan mudah menjangkau banyak kota besar lain di sekitarnya.
Begitupun dengan deretan istana, gereja, museum, dan galeri yang bertebaran di kota ini. Arsitektur dari semua bangunan bersejarah ini pun selalu menuai puja-puji dari jutaan wisatawan yang mengalir masuk ke kota ini setiap tahun.
Dan tentu saja, sebagai pusat pemerintahan, keuangan dan pendidikan dari salah satu negara terkaya di dunia ini, kota Wina pun memiliki reputasi sebagai salah satu kota yang sangat bersih di Eropa. Sebuah kota yang nyaman dengan banyak taman nan hijau.
Itulah Wina dari Austria. Lalu apa hubungannya dengan Provinsi Maluku Utara?Â
Pada akhir tahun lalu, seperti dikutip dari Kompas.com, Biro Pusat Statistik (BPS) baru saja menobatkan Provinsi Maluku Utara sebagai Provinsi Paling Bahagia di Indonesia pada tahun 2021. Kemenangan yang cukup mengejutkan. Ternyata, bukan provinsi ternama seperti DKI Jakarta atau provinsi kaya lainnya.
Kesembilan provinsi tersebut secara berturut-turut adalah Kalimantan Utara (76,33), Maluku (76,28), Jambi (75,17), Sulawesi Utara (74,96), Kepulauan Riau (74,78), Gorontalo (74,77), Papua Barat (74,52), Sulawesi Tengah (74,46) dan Sulawesi Tenggara (73,98).
Menariknya, tidak ada satupun dari 10 Provinsi Paling Bahagia ini berasal dari provinsi besar di Jawa maupun Bali yang jauh lebih ternama. Tujuh provinsi di sepuluh besar bahkan berasal dari Indonesia Timur.
Indeks Kebahagiaan sendiri sejatinya merupakan indikator yang bersifat subjektif. BPS menyebutkan, Indeks Kebahagiaan ini ditawarkan untuk melihat persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan Indeks Kebahagiaan 2021 dinilai berdasarkan atas 3 dimensi, yakni: Dimensi Kepuasan Hidup, Dimensi Makna Hidup dan Dimensi Perasaan.
Meskipun sebagian pihak boleh jadi tidak setuju dengan metode pengukuran oleh BPS, tetapi banyak fakta yang ikut menunjang terpilihnya provinsi dengan ribuan pulau ini sebagai Provinsi Paling Bahagia. Soal kebahagiaan memang tidak semata diukur dari pencapaian secara ekonomi.
Warga ibu kota Jakarta yang kaya raya belum tentu lebih berbahagia dari seorang nelayan di pesisir Halmahera. Sekalipun hidup secara sederhana dan jauh dari keriuhan kota besar yang hanya didengarnya sepintas.
Namun demikian, banyak juga yang sepakat, provinsi ini memang memiliki prospek besar untuk melaju terus. Dibandingkan provinsi lainnya, Maluku Utara relatif masih jarang penduduknya. Dari sekitar 1.400-an pulau yang tersebar di seluruh wilayah provinsi indah ini, baru sekitar 89 pulau yang berpenghuni.
Jadi bukan suatu berita mengejutkan jika sebagian wisatawan dunia yang pernah melancong ke sana kerap membandingkan pulau-pulau di Maluku Utara dengan Kepulauan Maladewa (Maldives). Maladewa sendiri sering disebut-sebut memiliki pulau-pulau tropis tercantik di dunia.
Tentu saja bukan hanya karena lingkungan alamnya yang permai membuat masyarakat di sana lebih berbahagia. Pada dimensi perasaan, misalnya, masyarakat Maluku Utara merasa berbahagia karena adanya hubungan sosial yang sangat harmonis.
Hubungan sosial yang terbangun di lingkungan masyarakat jelas ikut memengaruhi tingkat kepuasan hidup. Misalnya, sikap saling membantu, saling menghargai dan gotong royong. Dan ini berlaku ke siapapun, termasuk pendatang baru dari daerah lainnya.
Wina dan Maluku Utara memang terpisah jauh. Dan dalam berbagai aspek kehidupan tentu saja berbeda. Lagipula, Wina merupakan sebuah kota, sedangkan Maluku Utara adalah sebuah provinsi yang baru berkembang di Indonesia timur.
Jika Wina berstatus sebagai ibu kota Austria yang terkurung oleh daratan (land-locked), maka lain lagi dengan Maluku Utara yang justru dikelilingi laut di mana-mana. Meskipun demikian, dengan segudang perbedaannya itu, keduanya kini menyandang status yang hampir sama.
Mengawali tahun 2022 ini, Wina dan Maluku Utara sama-sama menyandang predikat sebagai "Yang Paling Bahagia". Yang satu paling Bahagia di level dunia. Sedangkan yang lainnya setidaknya bangga menjadi yang terbahagia di Indonesia.
***
Kelapa Gading, 23 Januari 2022
 Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:
1) Semua foto-foto yang digunakan adalah dokumentasi pribadi.
2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis