Tidak hanya bagi Pemerintahan Taliban, tetapi juga bagi kepentingan bisnis yang harus kembali bergerak. Jalur Kabul - Kandahar, misalnya, bisa dicapai dalam waktu 1 jam saja dengan pesawat udara. Bandingkan dengan rute perjalanan darat. Jarak sekitar 497 km itu harus ditempuh dalam waktu sekitar 10 jam.
Industri penerbangan di Afghanistan bak mengikuti jatuh bangunnya negeri di Asia Selatan itu. Sejak era 1970-an, Afghanistan hanya memiliki dua maskapai penerbangan. Selain Ariana Afghan Airlines yang berdiri sejak tahun 1955, Afghanistan juga pernah memiliki Bakhtar Airlines yang didirikan pada tahun 1967 untuk melayani rute penerbangan domestik. Sedangkan Ariana kala itu fokus pada jalur internasional.
Akan tetapi, pada tahun 1985, ketika Perang Soviet-Afghan masih berlangsung, Ariana diambil alih oleh Bakhtar Afghan Airlines yang selanjutnya menjadi maskapai nasional baru di negara itu. Tidak itu saja, Soviet juga memaksa Ariana menjual semua armada pesawat buatan AS dan diganti dengan pesawat Tupolev Tu-154 buatan Negeri Beruang Merah itu.
Pada tahun 1988, arah angin berbalik ke Ariana Afghan Airlines. Bakhtar digabungkan ke Ariana yang kembali mengudara dengan melayani rute domestik maupun internasional. Sayang sekali, Ariana kembali terbentur konflik politik lainnya pada tahun 1996.
Kejatuhan Kabul ke tangan Taliban pada tahun 1996 membuat Ariana kembali merana. Kontrol ketat dari rezim Taliban serta sanksi internasional membuat Ariana Afghan Airlines hanya bisa menerbangi beberapa rute domestik dengan pesawat buatan Russia dan Ukraina. Pada November 2001, Ariana bahkan harus berhenti beroperasi sepenuhnya.
Ariana Afghan Airlines sekali lagi bangkit setelah Taliban digulingkan pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pada awal tahun 2000-an. Dengan bantuan Pemerintah India yang menghibahkan tiga pesawat Airbus A300 bekas maskapai penerbangan Air India, Ariana mulai beroperasi kembali pada tahun 2002.
Kam Air yang didirikan pada tanggal 30 Juli 2003. Dan sejak itulah, kedua maskapai ini membawa nama Afghanistan kembali ke kancah penerbangan domestik maupun internasional.
Setahun berikutnya, Afghanistan akhirnya memiliki maskapai penerbangan kedua, yakniAriana Afghan Airlines sendiri berstatus 'Flag Carrier', yakni suatu sebutan untuk maskapai penerbangan yang dimiliki Pemerintah negara asal maskapai tersebut. Dengan predikat ini, Maskapai Penerbangan Nasional tersebut sekaligus bertugas sebagai Duta Bangsa. Suatu posisi yang persis sama dengan Garuda Indonesia bagi Indonesia atau Malaysia Airlines bagi Negara Malaysia.