Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Burj al-Arab dan Mitos "Hotel Bintang Tujuh" di Dunia

23 Agustus 2021   16:15 Diperbarui: 26 Agustus 2021   17:37 2697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel Burj al-Arab di Pantai Jumeirah- Dubai. Sumber: dokumentasi pribadi

Julukan hotel berbintang tujuh telah lama terdengar. Meskipun resminya tidak pernah ada, berbagai media masih kerap mendengungkannya. Status bintang tujuh memang terdengar sangat sexy. Apalagi sejak berdirinya Burj al-Arab, salah satu hotel termewah di dunia. 

Sejak diresmikannya Burj al-Arab pada tanggal 1 Desember 1999, hotel kondang ini langsung menarik perhatian komunitas dunia. Dari pecinta arsitektur, konstruksi, gastronomis, wisatawan, jurnalis, hingga kalangan jet-setter. Magnet hotel ini memang luar biasa.

Burj al-Arab sejatinya adalah salah satu hotel berkategori bintang 5 berlian di Dubai, Uni Emirat Arab. Persisnya, hotel yang disebut sebagai hotel berbintang tujuh pertama di dunia itu, berdiri di atas sebuah pulau hasil reklamasi di Pantai Jumeirah. Pantai ini sendiri dulunya disebut Pantai Chicago.

Hotel Burj al-Arab yang dibangun di atas sebuah pulau buatan. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Hotel Burj al-Arab yang dibangun di atas sebuah pulau buatan. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Sebutan “Bintang Tujuh” itu konon berawal dari kunjungan seorang jurnalis Inggris yang meliput hotel ini sebelum resmi dibuka. Menyaksikan kemewahan Burj al-Arab, sang jurnalis pun menggambarkannya sebagai "more than anything I have ever seen". Lebih dari apa pun yang pernah dilihatnya. Tanpa ragu, sang jurnalis pun menyebutnya sebagai hotel yang layak berstatus bintang tujuh.

Tidak hanya Burj al-Arab, beberapa hotel terkenal lain pun ikut-ikutan menyandang julukan yang sama. Sebut misalnya, Emirates Palace– Abu Dhabi, Galleria Vik Milano- Milan, Hotel President Wilson- Jenewa, Taj Falaknuma Palace- Hyderabad, Signiel Hotel- Seoul, dan lain-lain.

Hotel Emirates Palace- Abu Dhabi, salah satu hotel mewah lainnya. Sumber: www.mandarinoriental.com
Hotel Emirates Palace- Abu Dhabi, salah satu hotel mewah lainnya. Sumber: www.mandarinoriental.com
Hotel-hotel ini memang memiliki reputasi menakjubkan. Galleria Vik Milano, yang dulunya dikenal sebagai Town House Galleria, terletak di jantung kota Milan. Tepatnya berada di bawah atap yang sama dengan pusat perbelanjaan paling eksklusif di Milan, yakni Galleria Vittorio Emanuele II.

Uniknya, sebelum menggunakan nama ini, hotel ini awalnya bernama Seven Star Galleria dan mengklaim sebagai hotel berbintang tujuh. Walaupun status itu diberikan oleh SGS, perusahaan pemeringkat asal Swiss, tetapi secara global tidak pernah diakui.

Salah satu kamar di Galleria Vik Milano. Sumber: www.hotelgalleriavikmilano.com
Salah satu kamar di Galleria Vik Milano. Sumber: www.hotelgalleriavikmilano.com
Riwayat hotel ini pun tidak berlangsung lama. Setelah ditutup pada tahun 2011, hotel mewah ini kemudian berganti nama menjadi TownHouse Galleria. Sayang sekali, hotel ini lagi-lagi ditutup pada tahun 2018. Kini hotel yang sama tampil kembali dengan nama Galleria Vik Milano.

Lain lagi dengan Hotel President Wilson di kota Jenewa, Swiss. Hotel yang dikelola Marriot International itu memiliki pamor yang berkilau. Deretan nama terkenal menghiasi daftar tamu yang pernah menginap di hotel bersejarah ini. Dari politisi hingga selebritas. Di antaranya, Bill Clinton, Richard Branson, Rihanna, dan lain-lain.

Royal Penthouse Suite di Hotel President Wilson-Jenewa. Sumber: www.marriot.com
Royal Penthouse Suite di Hotel President Wilson-Jenewa. Sumber: www.marriot.com
Salah satu kamar paling terkenal di hotel ini, yakni The Royal Penthouse Suite disebut sebagai kamar hotel termewah di dunia. Betapa tidak, kamar ini tidak hanya sangat mewah, tetapi dirancang dengan tingkat keamanan tertinggi. Kacanya saja anti peluru. Tahu tarifnya per malam? 80,000 dolar!

Ruang berkumpul di Royal Penthouse Suite- Hotel President Wilson. Sumber: www.marriot.com
Ruang berkumpul di Royal Penthouse Suite- Hotel President Wilson. Sumber: www.marriot.com
Burj al-Arab sendiri tentunya menduduki posisi teratas. Walaupun resminya hanya berbintang lima, kategori tertinggi yang diakui di industri perhotelan dunia. Namun, Burj al-Arab memang bukan sembarang hotel berbintang lima berlian. Hotel fenomenal ini sangat mewah dan eksklusif. Belum lagi lokasi hotelnya begitu dramatis!

Untuk memasuki area hotel saja tidak mudah. Tanpa terdaftar di hotel sebagai tamu ataupun memiliki reservasi untuk makan atau spa, misalnya, jangan harap Anda diijinkan melaju ke arah lobi hotel.

Sebuah pos keamanan yang dijaga ketat berdiri di ujung jembatan. Hotel setinggi 321 meter ini memang dibangun di atas sebuah pulau buatan yang berjarak sekitar 280 meter dari Pantai Jumeirah. Sebuah jembatan lengkung menghubungkannya dengan daratan.

Pintu pemeriksaan di depan jembatan menuju hotel. Sumber: dokumentasi pribadi
Pintu pemeriksaan di depan jembatan menuju hotel. Sumber: dokumentasi pribadi
Selain akses ke hotel yang dijaga ketat, reservasi ke hotel ini pun biasanya agak sulit. Anda perlu merencanakannya dengan baik jauh sebelumnya. Konon di tahun-tahun awal dibukanya hotel ini, calon tamu harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan konfirmasi kamar di hotel ini.

Setelah sukses melewati pos keamanan tadi, sebuah pemandangan menarik segera terlihat di depan lobi hotel. Deretan mobil-mobil mewah yang diparkir di situ seakan menegaskan status sosial tamu-tamu Burj al-Arab. Hotel ini menyediakan layanan antar jemput ke tamu-tamunya dengan limousine mewah. Bahkan ada juga layanan helicopter.

Landasan helicopter di puncak hotel. Sumber: dokumentasi pribadi
Landasan helicopter di puncak hotel. Sumber: dokumentasi pribadi
Lobi hotel yang impresif segera mengundang decak kagum. Karpet nan cantik serta atrium setinggi 180 meter seakan menyambut semua tamu yang memasuki hotel ini. Konon, inilah atrium hotel tertinggi di dunia. Beautiful!

Karpet indah di lobby hotel. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Karpet indah di lobby hotel. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Dewasa ini tentu saja terdapat beberapa hotel mewah lainnya yang dibangun di Dubai maupun di belahan dunia lainnya. Namun, pamor Burj al-Arab tidak pernah luntur. Lihat saja tarif kamarnya yang masih selangit. Situs pembukuan kamar hotel, seperti Booking.com mencantumkan tarif kamar per malam yang fantastis.

Atrium hotel yang indah. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Atrium hotel yang indah. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Harga kamar termurah, yakni Deluxe Marine Suite, ditawarkan sebesar 1,506 dolar semalam. Sedangkan jenis kamar yang lebih besar dengan tiga tempat tidur, seperti Diplomatic Suite dibanderol 6,942 dolar. Jangan tanya harga kamar The Royal Suite-nya!

The Royal Suite, Burj al-Arab. Sumber: www.thepinnaclelist.com
The Royal Suite, Burj al-Arab. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Mungkin tidak salah julukan bintang tujuh yang disematkan ke Burj al-Arab. Harga kamarnya bisa membuat semua pelancong pusing tujuh keliling. The Royal Suite, yang bertengger di lantai ke-25, memasang tarif selangit, yakni sekitar 24,000 dolar AS semalam!

Betul, itu harga semalam. Dengan kurs dolar AS sekitar Rp 14,400, maka harga kamar mewah tersebut lebih dari Rp 345 juta per malam. Memang bukan yang termahal di dunia. Tetapi, boleh jadi lebih laku dibandingkan kamar-kamar termahal di hotel “bintang tujuh” lainnya.

The Royal Suite-Burj al-Arab. Sumber: www.thepinnaclelist.com
The Royal Suite-Burj al-Arab. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Burj al-Arab, yang berarti Tower of the Arabs (Menara Arab), dibangun oleh Keluarga Sheik Mohammed bin Rashid al-Maktoum, pemilik Jumeirah Group yang mengelola hotel ini. Biaya konstruksinya mencapai 1 milyar dolar. Suatu investasi yang kecil saja bagi penguasa Dubai ini.

Desain hotel yang begitu menawan dirancang oleh arsitek Tom Wright dari WS Atkins PLC, salah satu perusahaan konsultan multidisiplin terbesar di Inggris. Sementara konstruksi hotel dikerjakan oleh Murray & Roberts, sebuah perusahaan konstruksi terkenal dari Afrika Selatan.

Pemilik Jumeirah Group, anak perusahaan Dubai Holding. Sumber: dokumentasi pribadi
Pemilik Jumeirah Group, anak perusahaan Dubai Holding. Sumber: dokumentasi pribadi

Arsitektur Burj al-Arab, yang mirip layar Dhow – perahu tradisional Arab, sangat spektakular. Desain itu tepat sekali menggambarkan transformasi Dubai dari sebuah kota kecil di Teluk Persia, melaju kencang menjadi sebuah metropolitan super modern.

Keindahan arsitektur plus popularitas Burj al-Arab yang akhirnya menempatkan hotel ini tidak saja sebagai hotel termewah di seluruh jazirah Arab, tetapi salah satu yang termewah di dunia. Burj al-Arab bahkan sudah dianggap sebagai salah satu ikon kota Dubai. Sama seperti Opera House di Sydney atau Eiffel Tower di Paris.

Upper mezzanine yang mewah. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Upper mezzanine yang mewah. Sumber: www.thepinnaclelist.com
Tidak semua tamu yang datang ke hotel bakal menginap di sini. Mengingat harga kamarnya yang begitu mahal, maka banyak pengunjung yang datang ke hotel hanya mengambil paket makan yang ditawarkan. Setidaknya ikut mencicipi sedikit kemewahan yang ditawarkan Burj al-Arab.

Akan tetapi, tidak ada yang murah di hotel ini. Tarif makan dan minum di hotel ini sungguh menguras kocek. Paket High Tea di Sahn Eddar, salah satu restoran yang berlokasi di lantai satu, dibanderol seharga 590 AED atau sekitar 2.3 juta rupiah. Inilah paket yang diambil sebuah grup korporat yang penulis temani saat itu.

Sedangkan makan malam di Al Muntaha yang berada di lantai 27 Burj al-Arab dikenakan biaya sekitar 995 AED. Super mahal! 995 Dirham itu setara 3,9 juta rupiah. Harga paket makan bisa bervariasi di 6 restoran yang berada di hotel ini.

Walaupun kualitas makanan di resto-resto Burj al-Arab selalu menuai pujian. Bahkan beberapa di antaranya termasuk dalam deretan restoran terbaik di Dubai. Namun, yang dijual hotel ini sejatinya bukan hanya soal makanan. Begitu pula yang dicari pengunjung. Yang dijual dan dicari sesungguhnya adalah suatu pengalaman makan di hotel ini. Itulah sensasi yang dicari dan membuatnya makin mahal!

Status resmi hotel Burj al-Arab. Bintang Lima Berlian. Sumber: dokumentasi pribadi
Status resmi hotel Burj al-Arab. Bintang Lima Berlian. Sumber: dokumentasi pribadi
Sebelum meninggalkan hotel, penulis masih mencari satu bukti lagi. Apakah Burj al-Arab memang berbintang 7. Sebuah plakat yang dipasang di dekat lobi akhirnya menjelaskan segalanya. 

Burj al-Arab sesungguhnya tidak pernah mengklaim hotelnya sebagai hotel berbintang tujuh. Persis seperti yang tertulis di plakat yang dianugerahkan oleh 'The American Academy of Hospitality Science’. Di situ jelas tertulis, “Five Star Diamond Award”. 

Betapa pun harus diakui, Burj al-Arab berada di level berbeda dibandingkan sebagian besar hotel berbintang lima berlian di dunia. Lain ceritanya dengan sebuah hotel di Guilin China. Meskipun hanya berbintang dua, tetapi hotel ini sungguh nekat memakai nama 'The Seven Star Hotel'. Setelah check-in, boleh jadi bintang-bintangnya segera berjatuhan. Satu demi satu. Ahaha. :)

 ***

Kelapa Gading, 23 Agustus 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1,2,3

Catatan:

1) Semua sumber foto yang digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.

2) Artikel ini ditulis khusus untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa seijin penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun