Alexia, cruise director yang rupawan, menjelaskan rute perjalanan di pagi itu. Diawali dari Poros, kemudian Hydra dan terakhir Aegina. Dan persis jam 8.30, Anna Maru pun melaju mengarungi Teluk Saronikos menuju Poros. Inilah pulau pertama yang akan kami singgahi yang berjarak sekitar 1.5 jam dari Piraeus.
Poros adalah salah satu pulau indah di Teluk Saronic. Pulau kecil seluas 31 km persegi itu sangat terkenal karena letak geografisnya yang unik. Betapa tidak, pulau ini berada begitu dekat dengan Semenanjung Peloponnese. Sebuah celah sempit memisahkan pulau Poros dan daratan besar itu.
Dan salah satu sensasi yang ditunggu-tunggu, yakni ketika kapal melewati selat sempit itu. Semua penumpang pun seketika terdiam. Takjub! Kapal yang melaju perlahan di tepi pulau itu seakan sedang berlayar di atas jalan raya di atas pulau. Begitu dekat dengan pulau Poros ini. Incredible!
Henry Miller, seorang pengarang Amerika, yang begitu terkesannya sampai menggambarkannya secara menarik di dalam bukunya, "The Colossus of Maroussi": "Suddenly I realized that we were sailing through the streets. If there is one dream which I like above others is that sailing on land. Coming into Poros gives the illusion of the deep dream."
Poros sejatinya terdiri dari dua pulau, yakni Sphaeria dan Kalaureia. Sebuah jembatan menghubungkan kedua pulau yang terpisah oleh sebuah kanal buatan yang sempit. Pusat kota Poros berada di Sphaeria di mana mayoritas penduduknya tinggal.
Pesona Poros tidak jauh dari kawasan tepi lautnya yang begitu hidup. Deretan kafe, toko suvenir, butik kecil, dan lain-lain menghiasi pulau yang juga sangat populer bagi wisatawan lokal itu. Belum lagi tampilan rumah-rumah putih bergaya tradisional dan neo-klasik membuat pulau inipun kian menawan.
Sementara itu, sebuah Menara Jam tampak berdiri anggun di puncak bukit. Menara yang dibangun pada tahun 1927 berada di titik tertinggi di pulau Poros. Konon panorama dari menara itu bak sebuah lukisan di kartu pos. Ah, sayang sekali waktu sangat terbatas, sehingga penulis tidak sempat mendakinya.Â
Belum juga puas menjelajahi pulau ini, semua penumpang sudah harus kembali ke kapal. Waktu 45 menit berlalu begitu cepat di pulau ini. Kapal kami pun segera melaju kembali menuju Hydra, pulau kedua dalam rute perjalanan ini.
Hydra, hydra, hydra! Belum juga kapal bersandar di dermaga, desakan penumpang yang bergerak maju sudah kian terasa. Semuanya seakan bergegas ingin menjejakkan kaki secepatnya di atas pulau paling memesona dalam perjalanan kali ini.
Buku panduan "Time Out Athens" pernah menggambarkan pelayaran ke pulau ini bak melompat ke atas sebuah lukisan indah. Hydra memang menakjubkan! Pulau seluas 50 km persegi ini memang seperti sebuah lukisan di atas kanvas besar! Pulau ini adalah salah satu destinasi paling populer di Teluk Saronic.
Tidak hanya karena pelabuhan alamnya. Deretan rumah berwarna putih, abu-abu dan coklat di atas bukit juga terlihat begitu memikat. Khas rumah di pulau-pulau Yunani. Dan yang tidak kalah pentingnya, setidaknya bagi sebagian penumpang, Hydra adalah tempat belanja suvenir paling komplet dibandingkan dua pulau lainnya.