Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Aircraft Lessor" dan Bisnis Raksasa Penyewaan Pesawat

7 Juli 2021   11:02 Diperbarui: 19 April 2022   01:29 3965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Super Air Jet, maskapai terbaru asal Indonesia. Sumber: www.simpleflying.com

Sepotong berita kurang sedap berhembus kencang dari dunia aviasi di tanah air. Dua maskapai nasional disebut-sebut terlilit utang ke sejumlah Aircraft Lessor atau perusahaan leasing (penyewaan) pesawat. Namun, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di belahan dunia lain pun banyak maskapai terpaksa mengembalikan sebagian armada yang disewanya. 'Covid Attack' telah membuat puluhan maskapai pun terjerembab. 

Di industri penerbangan dunia, boleh jadi maskapai ternama asal negeri Paman Sam, yakni American Airlines (AA) adalah maskapai penerbangan komersial terbesar di dunia. Betapa tidak, AA yang berbasis di Fort Worth, Texas- Amerika Serikat itu memiliki tidak kurang dari 891 pesawat terbang.

Akan tetapi, andaikata diukur dari jumlah armada pesawat semata, maka sesungguhnya GECAS (GE Capital Aviation Services)-lah yang menyandang predikat sebagai perusahaan penerbangan terbesar di dunia. Bayangkan saja, anak perusahaan General Electric Capital ini memiliki sekitar 1,074 pesawat. Luar biasa, bukan? 

Sebuah pesawat Gecas yg siap disewakan. Sumber: Martin Bernict / www.planespotters.net
Sebuah pesawat Gecas yg siap disewakan. Sumber: Martin Bernict / www.planespotters.net
Tapi, tunggu dulu! Keduanya tentu saja berbeda. Jika AA dan maskapai penerbangan komersial lainnya  menyediakan sarana transportasi bagi penumpang pesawat. Lain lagi dengan GECAS dan Aircraft Leasing Company lainnya.

Perusahaan raksasa yang bermarkas di Shannon- Irlandia dan di Norwalk - AS ini adalah perusahaan pembiayaan dan penyewaan pesawat terbang. Baik ke maskapai penerbangan komersial (Passenger Airlines) maupun ke maskapai penerbangan kargo (Freighter). Yang satu hanya menjual 'seat' di dalam pesawat, yang lain menyewakan pesawatnya.

American Airlines, maskapai terbesar di dunia yg juga menyewa sebagian pesawat dari Lessor. Sumber: Marco Papa / www.planespotters.net
American Airlines, maskapai terbesar di dunia yg juga menyewa sebagian pesawat dari Lessor. Sumber: Marco Papa / www.planespotters.net
Bisnis pembiayaan dan penyewaan pesawat yang bermula dari Irlandia memang bertumbuh pesat dalam beberapa dekade terakhir. Seiring dengan laju pertumbuhan bisnis penerbangan global, perusahaan leasing pesawat pun ikut meraup keuntungan besar dari momentum pertumbuhan ini.

Mulai dari hanya sekitar 15% dari semua pesawat yang dioperasikan di dunia pada era 1990-an, perusahaan leasing pesawat makin dominan di tahun 2000-an dengan menguasai lebih dari 25% total pesawat yang mengudara. Dan pertumbuhan ini kian menakjubkan dalam dekade terakhir.

Dari data yang dilansir Statista, misalnya, saat ini terdapat sekitar 158 Aircraft Lessors yang menguasai 46% total pesawat yang beroperasi di dunia. Suatu pencapaian yang mencengangkan. Betapa tidak, selama ini banyak yang mengira maskapai ternama di dunia mestinya memiliki armada sendiri.

10 Aircraft Lessors Terbesar di Dunia. Sumber: www.statista.com
10 Aircraft Lessors Terbesar di Dunia. Sumber: www.statista.com

Selain GECAS, nama besar lainnya di bisnis penyewaan pesawat tidak lain adalah AerCap. Inilah salah satu Lessor yang ikut menyewakan pesawat ke Garuda. Armada perusahaan asal Dublin- Irlandia ini sudah mencapai 1,036 pesawat per Juni 2020. AerCap memiliki customer-base yang sangat besar di dunia. Perusahaan ini melayani lebih dari 200 pelanggan di 80 negara.

Pesawat milik AerCap yg pernah disewa Sriwijaya. Sumber: Jerry Zhang / www.planespotters.com
Pesawat milik AerCap yg pernah disewa Sriwijaya. Sumber: Jerry Zhang / www.planespotters.com
AerCap konon akan mengakuisisi GECAS. Jika terealisasi, bisa dibayangkan kekuatan AerCap. Akan semakin tidak tertandingi di industri ini. Seperti dikutip dari laman www.aercap.com, pada 12 Mei 2021 lalu, AerCap Holdings N.V. telah mengkonfirmasi persetujuan pemegang sahamnya untuk mengakuisisi GECAS.

Irlandia sendiri makin mengokohkan posisinya sebagai kiblat bisnis penyewaan pesawat di dunia. Negara yang juga terkenal dengan bir Guinness ini sejatinya bukan negara pembuat pesawat terbang. Tetapi, Irlandia saat ini diperkirakan menguasai 60 persen pangsa pasar leasing global. Suatu strategi bisnis yang cerdas. Biarkan negara lain yang membuat, Irlandia cukup memasarkannya. :)

Bisnis leasing pesawat yang menggiurkan. Sumber: www.aerotime.aero
Bisnis leasing pesawat yang menggiurkan. Sumber: www.aerotime.aero
Lebih dari 50 perusahaan leasing pesawat, termasuk 14 dari 15 Lessor teratas dunia kini berbasis di Irlandia. Selain AerCap, nama-nama besar lainnya adalah Avolon, Ansett Worldwide, Nordic Aviation Capital, SMBC Aviation Capital, dan lain-lain. Menariknya, banyak Lessor di Irlandia ternyata sudah dimiliki pemodal raksasa dari China.

Iklim bisnis yang kondusif inilah yang boleh jadi memungkinkan dua maskapai kategori LCC (Low Cost Carrier) asal Dublin dan London, yakni Ryanair dan Easyjet pun melaju kencang sebagai LCC terkemuka di dunia.

Ryanair, LCC asal Dublin-Irlandia. Sumber: Farkas Tamas / www.planespotters.net
Ryanair, LCC asal Dublin-Irlandia. Sumber: Farkas Tamas / www.planespotters.net
Ryanair tentu saja menggunakan jasa perusahaan leasing untuk memperkuat jajaran armada maupun demi memperluas jaringannya. Sama dengan maskapai terkenal di dunia lainnya. Di antaranya, Air Asia, American Airlines, Cathay Pacific, Garuda Indonesia, Southwest, Thai Airways, Qatar, dan lain-lain.

Sejatinya, di industri aviasi terkini, banyak maskapai penerbangan dunia memilih opsi menyewa pesawat daripada membelinya sendiri. Ini adalah salah satu cara cepat untuk menambah kapasitas armada dan memperluas rute penerbangan. Dan tentunya tanpa terbeban biaya pengadaan pesawat yang fantastis.

Dikutip dari sebuah panduan yang dirilis FAA (Federation Aviation Administration), terdapat dua model leasing pesawat yang berlaku saat ini, yakni Wet Lease (Sewa Basah) dan Dry Lease (Sewa Kering).

Wet Lease biasanya dipilih oleh maskapai untuk tujuan operasional jangka pendek. Misalnya, ketika terjadi penambahan jumlah penumpang yang signifikan di periode musim liburan atau high season. Sebaliknya, Dry Lease lebih disukai maskapai yang ingin mengoperasikan pesawat untuk jangka waktu panjang.

Ilustrasi menyewa secara Wet Lease, sudah termasuk pesawat, kru, dll. Sumber: vivadifferences.com
Ilustrasi menyewa secara Wet Lease, sudah termasuk pesawat, kru, dll. Sumber: vivadifferences.com
Jika di Wet Lease, pihak penyedia pesawat (Lessor) menyiapkan paket lengkap yang dikenal dengan istilah ACMI (Aircraft, Crew, Maintenance and Insurance) atau pesawat, kru, pemeliharaan dan asuransi. Maka di Dry Lease perusahaan penyewaan pesawat hanya menyediakan pesawatnya.

Garuda Indonesia, sebagai contoh, konon menggunakan opsi 'Dry Lease' atau penyewaan jangka panjang. Bisa dimengerti. Sebagai maskapai besar, Garuda tentu saja lebih suka mengelola aspek layanan dari kru didikan sendiri yang memahami persis budaya korporasinya. Sementara untuk aspek perawatan, maskapai pelat merah ini sudah memiliki GMF (Garuda Maintenance Facility).

GA Bombardier yang dikembalikan ke Lessor. Sumber: Fikri Izzudin Noor / www.planespotters.com
GA Bombardier yang dikembalikan ke Lessor. Sumber: Fikri Izzudin Noor / www.planespotters.com
Namun, siapa bisa menduga. Pandemi covid-19 ini demikian keras menerjang industri aviasi global. Jumlah penumpang merosot. Pendapatan ikut tergerus habis. Dan pilihan menyewa secara 'Dry Lease' jelas makin membebani kas perusahaan.

Itu sebabnya, selain Garuda, maskapai lain pun ramai-ramai kembali ke Lessor untuk mencoba negosiasi kembali hutangnya. Ada yang mengajukan 'Early Termination' alias pemutusan kontrak lebih awal. Dan ada pula yang meminta opsi 'Pay by the Hour' yang kini kembali menjadi salah satu solusi yang paling diminati.

'Pay by the Hour', yang juga populer disebut 'Power by the Hour', adalah skema perjanjian sewa pesawat di mana maskapai hanya membayar sewa pesawat ke Lessor per jamnya jika pesawat digunakan. Terminologi ini sebetulnya sudah muncul sejak 1960-an ketika Roll-Royce menyewakan mesin pesawatnya ke perusahaan penerbangan.

Lalu, bagaimana dengan prospek bisnis penyewaan pesawat ke depannya? Mungkin tidak salah ada ungkapan terkenal, "Di balik setiap krisis selalu ada peluang". Lihat saja pertumbuhan Avolon Aerospace, anak perusahaan Bohai Capital Holding Co., salah satu pemain besar di bisnis penyewaan pesawat.

Perusahaan leasing pesawat Avolon. Sumber: www.rte.ie
Perusahaan leasing pesawat Avolon. Sumber: www.rte.ie
Di kuarter pertama 2021 ini, perusahaan asal Dublin- Irlandia ini masih sukses mencatat pertumbuhan sekitar 8.7% dengan menyelesaikan sekitar 31 transaksi penyewaan pesawat. Jumlah armadanya sendiri kini mencapai 578 pesawat. Lessor ternama ini juga mengelola sekitar 146 pelanggan (maskapai) yang beroperasi di 61 negara.

Yang tidak kalah menarik adalah klien yang dilayani di awal tahun ini. Dari beberapa maskapai yang baru saja menyewa pesawat dari Avolon, tiga di antaranya adalah maskapai penerbangan berbiaya murah (LCC), yakni Spirit Airlines dan Frontier Airlines dari AS, serta Vistara Airlines asal India.

Spirit Airlines, salah satu klien dari Avolon. Sumber: Bill Wang / planespotters.com
Spirit Airlines, salah satu klien dari Avolon. Sumber: Bill Wang / planespotters.com
Dan tidak perlu jauh-jauh ke Amrik dan India. Di Jakarta saja, belum lama ini sebuah maskapai berbiaya murah pun baru saja diluncurkan. Itulah Super Air Jet yang kabarnya masih merupakan bagian dari Lion Air Group.

Menurut media aviasi Simple Flying, maskapai yang membidik pasar milenial ini menyewa tiga pesawat jenis Airbus A320-200 dari dua Lessor asal Dublin - Irlandia, yakni CDB Aviation dan Orix Aviation. CDB Aviation sendiri adalah anak perusahaan China Development Bank.

Super Air Jet, maskapai terbaru asal Indonesia. Sumber: www.simpleflying.com
Super Air Jet, maskapai terbaru asal Indonesia. Sumber: www.simpleflying.com
Mungkin itulah solusi tercepat membangun sebuah maskapai penerbangan. Tidak perlu membeli pesawat baru yang berharga ratusan juta dolar. Tetapi, cukup menyewanya saja. Apalagi harga sewa pesawat (bekas) tentunya makin atraktif. Dan bisa dihitung per jam pula. 

Ada yang tertarik? :)

***

Kelapa Gading, 7 Juli 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6

Catatan: Semua foto yg digunakan sesuai keterangan di foto masing-masing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun