Kota Jenewa, yang dijuluki Ibu Kota Perdamaian, tidak pernah jauh dari dunia diplomasi internasional. Di kota inilah Konvensi Jenewa ditandatangani. Dan di sini pula berdiri salah satu kantor pusat PBB di Eropa dan berbagai organisasi internasional lainnya. Namun, tidak itu saja yang membuat kota indah ini istimewa.Â
Jenewa juga sangat kondang sebagai kota pembuat jam tangan ternama di Swiss. Beberapa jam tangan mewah, antara lain Rolex, Patek Philippe, Chopard dan Piaget pun bermarkas di kota ini.
Nama Jenewa kerap masuk di pusaran pemberitaan media internasional. Seperti yang terjadi belum lama ini, ketika berlangsungnya Geneva Summit yang memanggungkan dua pemimpin negara adikuasa, yakni Joe Biden, Presiden Amerika Serikat (AS) dan Vladimir Putin, Presiden Federasi Russia.
Pertemuan puncak itupun bak memutar ulang sejarah pertemuan fenomenal di era Perang Dingin yang juga bertajuk Geneva Summit pada tahun 1985. Itulah pertemuan pertama antara mantan Presiden AS - Ronald Reagen dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev kala itu.
Kota Jenewa adalah kota kedua terbesar di Swiss, setelah Zurich. Kota berpenduduk sekitar 200 ribu jiwa itu telah lama diakui sebagai sebuah kota global, pusat keuangan dan pusat diplomasi dunia. Pasalnya, di kota inilah berdiri salah satu kantor pusat PBB, selain di New York - AS, Wina- Austria, dan Nairobi- Kenya.
Meskipun dipenuhi berbagai organisasi terkenal di atas, kota ini bukan semata kota para diplomat, ekonom, peneliti dan pegiat sosial. Jenewa juga sebuah kota menawan yang selalu menjadi destinasi impian banyak pelancong dunia. Apalagi kota di ujung barat daya Danau Jenewa inipun sangat populer sebagai kota tempat lahirnya industri jam tangan di Swiss.
Sejarah pembuatan jam tangan di Swiss menyimpan kisah yang tidak kalah dramatis. Sepotong sejarah yang secara tidak langsung berhubungan dengan gerakan Reformasi Protestan di Eropa yang dimulai Martin Luther di Jerman pada tahun 1517. Dan selanjutnya merambah ke seluruh Eropa Barat.
Pada periode yang sama, Tokoh Reformasi asal Prancis, John Calvin yang telah lebih dulu menetap di Jenewa memiliki pandangan berbeda soal perhiasan mewah. Dia pun melarang penggunaan perhiasan secara berlebihan.Â
Akibatnya, banyak perajin emas pun terpaksa mencari alternatif lain dan mulai membuat jam tangan. Dari sinilah awal lahirnya industri jam tangan yang karena fungsinya masih bisa diterima kalangan reformis kala itu.
Patek Philippe sendiri adalah simbol kemewahan jam tangan Swiss. Sejak berdiri pada tahun 1839 di Jenewa, jam tangan mewah ini pernah digunakan banyak tokoh ternama di dunia, seperti Albert Einstein, John F. Kennedy, Pablo Picasso, Putri Diana, Ratu Elizabeth II, Vladimir Putin dan banyak tokoh terkenal dan selebritas lainnya.
Rolex sendiri awalnya didirikan di London pada tahun 1905. Tetapi, selepas Perang Dunia I atau persisnya pada tahun 1919, Rolex pun pindah ke Jenewa hingga kini.
Baik Patek Philippe maupun Rolex kini menyandang predikat sebagai jam-jam tangan termahal di dunia. Pada bulan November 2019 lalu, misalnya, sebuah jam tangan Patek Phillipe Grandmaster Chime Ref. 6300A-010 terjual seharga 31 juta dolar oleh balai lelang Christie's. Harga fantastis inipun tercatat sebagai jam tangan termahal di dunia yang terjual dalam sebuah lelang.
Rue du Rhone memang sebuah jalan terkenal di Jenewa. Di sini Anda tidak hanya menemukan berbagai jam tangan buatan Swiss di berbagai butik jam, tetapi juga banyak produk fesyen kelas atas lainnya. Sebut misalnya, Louis Vuitton, Hermes, Chanel, Prada, Gucci, Salvatore Ferragamo, dan sebagainya.
Mulai dari Place du Bourg-de-Four yang berada persis di jantung kota tua, hingga St. Pierre Cathedral (The Cathedral Church of St. Peter) yang ikut menjadi saksi sejarah reformasi di kota ini.
Di seputar alun-alun ini berderet berbagai restoran dan kafe yang kerap menguras kantong wisatawan. Maklum saja, Jenewa dikenal sebagai salah satu kota termahal di dunia.
Tidak jauh dari sini, jangan lupa mampir ke Saint Pierre Cathedral yang sangat bersejarah. Awalnya gereja ini dibangun sebagai sebuah gereja Katolik Roma. Namun, di era Reformasi, gereja inipun berubah status menjadi sebuah gereja Protestan pada tahun 1564.Â
Gereja dengan fasad bergaya neo-klasik ini menjadi sangat terkenal, karena di sinilah tempat John Calvin memberikan khotbahnya yang inspiratif selama pertengahan abad ke-16.
Meskipun tidak semua wisatawan yang ke Jenewa tertarik dunia politik, tetapi tentunya tidak ada yang mau melewatkan kesempatan emas berkunjung ke kantor utama PBB di kota ini. Dan bergaya ala diplomat, banyak wisatawan pun ikut mengunjungi UNOG (United Nations Office at Geneva) yang berlokasi di Palais des Nations (Palace of Nations).
Mungkin benar ungkapan ini, "Save the best for the last". Menyimpan bagian terbaik untuk yang terakhir. Sebelum kembali ke hotel ataupun meninggalkan kota Jenewa, jangan lupa menikmati jalan-jalan di tepi Danau Jenewa atau Lac Leman, khususnya di sepanjang Quai du Mont-Blanc yang menawan.
Air mancur ini sungguh menakjubkan. Terletak di titik di mana danau tersebut mengalir ke Sungai Rhone, Jet d'Eau dapat terlihat dari seluruh penjuru kota.
Konon kecepatannya bisa mencapai 200 km/ jam. Tak pelak lagi, air mancur inipun menjadi salah satu atraksi menarik yang ikut menghiasi kota Jenewa.
Joe Biden selama ini diketahui seorang kolektor jam tangan. Beberapa jam tangan koleksinya terdiri dari jam tangan mahal buatan Rolex dan Omega. Misalnya Rolex Datejust dan Omega Speedmaster yang dikenakannya sewaktu bertemu Putin.
Lalu bagaimana dengan Vladimir Putin? Presiden Russia yang flamboyan ini ternyata juga seorang kolektor jam tangan mahal. Konon Putin memiliki beberapa Patek Philippe, termasuk Patek Philippe Perpetual Calendar yang dipakainya ke Jenewa. Jam tangan mewah tersebut diperkirakan berharga ratusan ribu dolar.Â
Namun, siapa tahu Putin tertarik menggantinya dengan Rolex GMT Master II Ice. Harga jam tangan yang juga dimiliki bintang sepak bola Cristian Ronaldo itu bahkan lebih mahal lagi. Sedikitnya, Putin harus merogoh kocek sekitar 497,040 dolar. Bagaimana Kamerad?
***
Kelapa Gading, 25 Juni 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto yang digunakan sesuai keterangan di foto masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H