Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pesona Jakarta Ketika Malam Tiba

22 Juni 2021   15:06 Diperbarui: 25 Juni 2021   02:48 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hotel Westin di Menara Gama Jakarta. Sumber: koleksi pribadi

Mendung menggelayut manja di atas langit Jakarta menjelang malam. Namun, atmosfer di sekitar bundaran HI saat itu tampak kian menawan. Apalagi di tengah bundaran terkenal itu berdiri megah sebuah monumen bersejarah karya pematung ternama Edhi Sunarso. "Monumen Selamat Datang", begitu namanya disebut, pun makin memesona dengan kehadiran air mancur nan indah di sekelilingnya. Dan semua panorama ini kian menakjubkan ketika malam pun beringsut tiba.

Jakarta kini berusia 494 tahun! Hampir lima abad. Dari sebuah kota pelabuhan kecil bernama Sunda Kelapa di abad ke-16 kini menjelma sebagai salah satu kota termaju di Asia pada abad ke-21 ini.

Kota metropolitan Jakarta memang tidak kalah dibandingkan banyak kota besar lainnya di Asia. Bahkan bisa dibilang berdiri sejajar dengan kota-kota ternama lainnya di dunia.

Deretan gedung pencakar langit terus menyundul langit bak bersaing menjadi yang tertinggi. Tidak hanya di seputar wilayah segitiga emas alias CBD (Central Business District). 

Tetapi, juga di berbagai wilayah kota lainnya. Bahkan dari ratusan kota besar di dunia, Jakarta meraih posisi ke-14 sebagai kota dengan gedung di atas 150 m+ terbanyak di dunia. Suatu pencapaian yang hebat!

Kawasan CBD Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Kawasan CBD Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Sejarah perkembangan kota Jakarta di era modern tidak jauh dari sekitar Bundaran HI (Bundaran Hotel Indonesia) hingga ke kawasan Senayan. Monumen Selamat Datang, misalnya, selesai dibangun pada tahun 1962. 

Pada tahun yang sama juga diresmikan Hotel Indonesia, salah satu hotel berbintang lima pertama di Asia Tenggara. Dan juga peresmian Stadion Utama Gelora Bung Karno di kawasan Senayan.

Semua projek ini diprakarsai Presiden Soekarno dalam rangka menyambut pesta olahraga Asian Games IV yang berlangsung di ibu kota Jakarta saat itu. Monumen Selamat Datang yang sangat ikonik ini sengaja dibangun sebagai pintu gerbang bagi pengunjung ke kota Jakarta. Sebagai simbol keterbukaan bangsa Indonesia menyambut semua partisipan ke Asian Games IV kala itu.

Setelah berbagai tahapan renovasi, Bundaran HI pun tampil makin menawan. Apalagi dilihat dari ketinggian, seperti foto pertama yang penulis tampilkan di sini. Inilah salah satu spot paling populer  di ibu kota Jakarta. Dan inilah bundaran paling prestisius tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di seluruh Indonesia.

Bundaran HI terkini. Sumber: koleksi pribadi
Bundaran HI terkini. Sumber: koleksi pribadi
Bundaran HI kini dikelilingi sekitar lima hotel berbintang lima, dua pusat perbelanjaan mewah, sebuah kedutaan besar dan beberapa gedung perkantoran lainnya. Hotel Indonesia, misalnya, setelah direnovasi dan kini dikelola sebagai Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, berdiri megah di salah satu sisi bundaran ini. 

Tidak jauh dari sini, juga berdiri dua hotel lainnya. Salah satunya bahkan tidak kalah bersejarah. Menjadi bagian dari komplek Wisma Nusantara, salah satu gedung tertinggi di Jakarta yang mulai dibangun tahun 1964, President Hotel (kini Pullman) ikut menjadi saksi sejarah perkembangan Jakarta.

Jalan Sudirman ke arah Thamrin yg sibuk. Sumber: koleksi pribadi
Jalan Sudirman ke arah Thamrin yg sibuk. Sumber: koleksi pribadi
Dengan berbagai gedung pencakar langit baru lainnya yang seakan berjejal di sekitar bundaran, tak pelak lagi Bundaran HI yang berada di ujung selatan Jalan M.H. Thamrin itu pun menjadi salah satu lokasi favorit untuk berbagai kegiatan dan perayaan di Jakarta. Bundaran HI sudah seperti Times Square di jantung Manhattan- New York.

Wajah Jakarta memang berbeda ketika malam tiba. Seakan bersolek habis demi penampilan di sebuah panggung pertunjukan. Jakarta by Night pun bisa disejajarkan dengan wajah kota metropolitan lainnya di kawasan Asia. Lihat saja betapa indahnya kawasan sekitar Bundaran HI yang dibalut gemerlap lampu-lampu dari berbagai gedung di sekitarnya. Lovely!

Bundaran HI & Grand Hyatt Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Bundaran HI & Grand Hyatt Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Namun, sejuta wajah Jakarta yang tampil berbeda tidak hanya di seputar Bundaran HI. Masih di jalan yang sama, Jalan M.H. Thamrin, persisnya di ujung utara jalan paling terkenal di Jakarta ini, juga terdapat sebuah bundaran lainnya yang disebut Bundaran Air Mancur Thamrin. Bundaran ini berada di salah satu sudut Lapangan Merdeka yang terkenal.

Bundaran Air Mancur Thamrin. Sumber: koleksi pribadi
Bundaran Air Mancur Thamrin. Sumber: koleksi pribadi
Lapangan Merdeka, tempat berdirinya Monumen Nasional (Monas), dulunya pernah disebut Koningsplein (King's Square) di era kolonialisme Belanda. Sementara warga lokal saat itu menyebutnya Lapangan Gambir. Dan ketika Jepang menduduki Jakarta pada tahun 1942, lapangan ini sekali lagi berganti nama menjadi Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta).

Dari puncak gedung Sapta Pesona yang berdiri persis di depan bundaran ini, penulis berkesempatan mengabadikan keindahan kawasan ini ketika malam tiba. Monumen Nasional pun tampil sangat memikat. Begitu pula Masjid Istiqlal Jakarta yang megah dan makin menarik di malam hari. Masjid ternama yang diresmikan tahun 1978 itu ikut menghiasi Lapangan Merdeka.

Masjid Istiqlal dan Monas. Sumber: koleksi pribadi
Masjid Istiqlal dan Monas. Sumber: koleksi pribadi
Kembali menyusuri Jalan M.H. Thamrin ke arah selatan hingga mencapai Jalan Jenderal Sudirman, sebuah gedung pencakar langit lainnya ikut mendominasi langit Jakarta. Dengan ketinggian mencapai 262 meter, Wisma 46 yang sering dijuluki Gedung Pulpen itu sungguh fotogenik. 

Gedung dengan arsitektur unik ini dirancang perusahaan arsitektur terkenal, yakni Zeidler Partnership Architects, yang juga telah banyak merancang banyak projek ternama di berbagai negara lainnya. Hasilnya memang keren. Tidak mengherankan, gedung inipun menjadi salah satu ikon kota yang paling banyak dibidik penyuka fotografi.

Wisma 46- Kota BNI Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Wisma 46- Kota BNI Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Masih di jalan ternama ini, berdiri di rooftop sebuah gedung jangkung lainnya, mari mengagumi pesona kawasan Sudirman di malam hari. Sekilas, hutan beton di sepanjang jalan ini tidak jauh berbeda dengan kawasan pusat bisnis lainnya, seperti di Singapura, Tokyo, ataupun Chicago. Satu gedung dengan gedung lainnya seolah bersaing menjadi yang tertinggi.

Salah satu gedung tinggi terlihat berbeda. Gedung yang konon terinspirasi mitologi Yunani kuno itu, tidak mau kalah mewarnai langit Jakarta. Da Vinci Tower, yang berdiri setinggi 177 meter itu, memiliki arsitektur klasik yang berbeda dari gaya arsitektur modern bangunan tinggi lain di sekitarnya.

Menara Da Vinci dan Jalan Sudirman Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Menara Da Vinci dan Jalan Sudirman Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
The Golden Triangle (Segitiga Emas) Jakarta diakui sebagai salah satu kawasan bisnis yang paling cepat berkembang di wilayah Asia Pacific. Kawasan ini meliputi Jalan M.H. Thamrin-Jalan Jenderal Sudirman, Jalan H.R. Rasuna Said dan Jalan Jenderal Gatoto Subroto. Dan kawasan segitiga ini juga meliputi kawasan bergengsi Mega Kuningan.

Kehidupan malam di kawasan ini, yang dipenuhi puluhan hotel dan ratusan resto, kafe, bar dan pub itu, membuat Jakarta pun kerap disebut "The City that Never Sleeps". Dari atas sebuah gedung jangkung lain di kawasan ini, penulis ikut memotret salah satu gedung tertinggi di ibukota yang juga ditempati sebuah hotel berbintang lima. Inilah Menara Gama yang menjulang di Jalan H.R. Rasuna Said.

Hotel Westin di Menara Gama Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Hotel Westin di Menara Gama Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
Pesona Jakarta di malam hari tentu saja tidak sebatas dilihat dari ketinggian. Di berbagai sudut kota lain pun masih menyimpan pesona berbeda. Namun, di hari-hari seperti ini, ketika warga Jakarta merayakan ulang tahun kotanya yang ke-494, Jakarta yang kian lelah dalam setahun terakhir ini mungkin perlu rehat sejenak.

GBK City Park - Jakarta. Sumber: koleksi pribadi
GBK City Park - Jakarta. Sumber: koleksi pribadi

Tidak mengapa jika julukan kota yang tidak pernah tidur inipun akhirnya harus tidur sebentar. Tetapi, seperti tema "Jakarta Bangkit" yang diusung Pemprov DKI Jakarta, kota ini pun akan bangkit kembali. Pasti bangkit! Dan akan terus melaju menjadi salah satu kota paling memesona di Asia.

Dirgahayu DKI Jakarta ke 494. #JakartaBangkit

***

Kelapa Gading, 22 Juni 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Catatan: Semua foto adalah koleksi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun