Kini popularitas bir kembali menguat. Setidaknya terdapat 300 pabrik bir, baik skala besar maupun craft brewery. Namun, negara ini juga sangat ketat mengatur penjualan semua jenis minol. Bir dengan kadar alkohol di atas 3.5%, misalnya, hanya bisa dibeli di Systembolaget, yaitu jaringan toko minuman keras milik pemerintah.
Slovakia tentu saja lebih bebas dibandingkan Swedia. Di negara bekas pecahan Cekoslovakia ini, budaya minum bir sama persis dengan di negara mantan belahan jiwanya itu.Â
Sampai pernah ada ungkapan, "A Slovak who doesn't drink is considered an alien." Seorang Slovakia yang tidak minum dianggap alien. Ahaha. Begitulah. Kebiasaan minum bir telah begitu membudaya.Â
Akhirnya, kita sampai pada Grup F yang dijuluki media sebagai Grup Neraka yang sesungguhnya. Jerman, Prancis dan Portugal adalah tiga jagoan di pentas sepak bola Eropa dan Dunia.  Dan Hungaria harus menerima nasib terjepit di antara ketiganya. Nasib, oh, nasib. :)
Bukan hanya di lapangan bola, Jerman, Prancis dan Portugal pun terkenal sebagai negara dengan 'drinking culture' yang kuat. Jika Jerman sangat digdaya dengan budaya minum bir yang tiada duanya. Maka Prancis kondang sebagai negara penghasil wine terdepan di dunia. Begitu pula dengan Portugal yang juga masyhur dengan bir dan Port wine-nya.
Jerman memang layak disebut Negara Bir. Paling tidak terdapat 1,300 pabrik bir di negaranya Angela Merkel ini yang memproduksi lebih dari 5,000 merek bir. Banyak di antaranya bahkan begitu mendunia dan bisa ditemukan di berbagai kota besar di dunia. Dari bar di Jakarta hingga pub di New York.
Jenama-jenama tenar itu di antaranya, Beck's, Bitburger, Erdinger, Lowenbrau, Paulaner, Franziskaner, Edelstoff Augustiner, dan lain-lain. Dan walaupun Heineken yang menjadi sponsor utama, warga Jerman sudah pasti akan memilih salah satu bir Jerman kebanggaannya. Prost!