Korea Utara (Korut) boleh saja membanggakan kekuatan militernya. Bahkan kemampuan militer negerinya Kim Jong-un ini disebut-sebut sebagai salah satu yang terkuat di Asia. Namun, di industri penerbangan komersial, negara di Asia Timur ini sungguh ketinggalan jauh. Maskapai penerbangan satu-satunya, yakni Air Koryo, hanya diberi satu bintang oleh Skytrax, meskipun kini berubah menjadi 'Airline Not Rated'. Dan maskapai ini juga sempat dilabeli sebagai "The Worst Airline in the World". Mau tahu kisahnya? Â
Nama Korea Utara (Korut) telah lama dikenal sebagai negara yang tertutup. Kiblat negara ini kalau tidak ke Beijing, tentunya ke Moskwa. Kedua negara raksasa itu, China dan Russia (dulu Uni Soviet) memang termasuk sekutu terkuatnya sejak dulu.
Begitulah, dengan kekuatan militer konvensionalnya yang sangat besar serta senjata nuklir yang dimilikinya, Korut tidak ragu berseteru dengan negara besar lainnya, seperti Amerika Serikat (AS). Tidak jarang pula negara ini menggertak negara serumpun dan tetangganya Korea Selatan yang didukung AS.
Di peta pariwisata global, destinasi wisata di Korea Utara juga tidak banyak dikenal. Pada tahun 2018, misalnya, negara berpenduduk sekitar 25.5 juta jiwa ini mencatat jumlah kunjungan wisatawan tertinggi di angka 200 ribu wisatawan. Sekitar 5,000 di antaranya berasal dari negara-negara barat, sementara sisanya dari China. Di tahun yang sama, Korea Selatan menyambut sekitar 15.3 juta wisatawan mancanegara.
Salah satu penyebabnya tentu saja karena Korea Utara seakan mengisolasi diri dari dunia luar. Akses ke ibu kota Pyongyang saja sangat terbatas. Penerbangan internasional ke kota ini kini hanya bisa dicapai dari tiga kota di China, yakni Beijing, Shenyang dan Shanghai. Pyongyang juga bisa dijangkau lewat jalur kereta api dari Dandong dan Beijing. Dan satu jalur lagi, yaitu via Vladivostok- Russia.
Dikutip dari situs aviasi "Simple Flying", Air Koryo hanya memiliki 14 pesawat buatan Ukraina dan Russia. Di antaranya, Antonov AN-148 dan Antonov AN-24 buatan Ukraina, serta jenis pesawat Ilyusin II-62, Tupolev TU-204-300Â dan TU-134B-3s buatan Russia.
Deretan pesawat di atas jelas sudah memasuki usia lanjut. Tupolev TU-134BÂ bahkan sudah sekitar 37 tahun. Sebagian besar pesawat yang masih dioperasikan ini memang sudah mengudara sejak era Uni Soviet. Lebih dari 30 tahun lalu.Â
Sementara pesawat terakhir yang masuk ke jajaran armadanya adalah dua Antonov AN-148s berkapasitas 70 tempat duduk yang diterimanya pada tahun 2012 dan 2015.
Betapa tidak, Korea Utara yang lebih mengutamakan pengembangan kekuatan militernya dengan kebijakan "Songun"Â (Military First)Â atau militer yang utama, sangat ketinggalan di sektor transportasi sipil ini.
Alhasil, ketika negara ini hanya memiliki satu maskapai, yaitu Air Koryo dengan usia armada rerata hampir 30 tahun, Korea Selatan justru memiliki sekitar 11 maskapai penerbangan komersial dengan deretan armada yang jauh lebih kinclong.Â
Selain Korean Air dan Asiana yang sudah dikenal luas, masih ada banyak maskapai kategori LCC (Low Cost Carrier), seperti Air Busan, Air Seoul, Easter Jet, dan lain-lain.Â
Dengan kehadiran pesawat tipe jet pertamanya, yakni Tupolev TU-154 buatan Uni Soviet, SOKAO pernah melayani rute penerbangan ke Praha, Berlin Timur dan Moskwa. Maskapai ini juga pernah menerbangi rute Pyongyang ke Sofia dan Beograd.Â
Sebuah maskapai yang cukup disegani kala itu. Akan tetapi, berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Komunisme di Eropa berdampak besar bagi maskapai ini.Â
Namun, perubahan ini tidak membawa kemajuan berarti. Bubarnya Uni Soviet (1991) serta kejatuhan Partai Komunis di negara-negara sekutunya di Blok Timur lainnya ikut menutup pintu bagi penerbangan asal Korea Utara ini.
Baik Uni Eropa maupun PBB ikut membatasi ruang gerak maskapai ini. Jika Uni Eropa memasukkan Air Koryo dalam daftar maskapai yang dilarang beroperasi di seluruh wilayah udara Uni Eropa, karena terkait prosedur keselamatan dan pemeliharaan pesawat yang tidak memenuhi standard yang ditetapkan. (Belakangan Uni Eropa hanya ijinkan jenis pesawat Tupolev TU-204 beroperasi di Eropa). Maka lain lagi dengan sanksi yang diberikan oleh PBB lewat UNSC.
Alhasil, Air Koryo tidak mungkin bisa membeli pesawat sejenis Boeing dari Amerika Serikat ataupun Airbus dari Konsorsium Eropa. Pasalnya, semua anggota PBB terikat aturan ini yang melarang mereka menjual semua jenis alat transportasi, termasuk pesawat udara ke Korea Utara.
Situasi dan kondisi di atas menyebabkan Air Koryo pun hanya bisa mengoperasikan jajaran armadanya yang makin menua dan ketinggalan zaman.
Apalagi kinerja Air Koryo sendiri jauh dari memuaskan. Skytrax, perusahaan konsultan dan pemeringkat terkenal asal Inggris, bahkan pernah menyematkan status 'One star'Â (bintang satu) ke Air Koryo.Â
Ini merupakan kasta terendah dalam "World Airline Rating", yakni sistem pemeringkat ala Skytrax yang mengelompokkan ratusan maskapai di dunia dari predikat 'One star' hingga ke status 'Five stars' yang sangat bergengsi.
Bahkan maskapai dari negara kecil dan miskin seperti Mozambik pun sanggup meraih 'Two Stars'Â untuk LAM Mozambique Airlines yang juga merupakan 'flag carrier'Â dari negara di Afrika Tenggara itu.
Status Bintang Satu diberikan ke maskapai yang merepresentasi suatu kualitas produk yang buruk berdasarkan asesmen yang dilakukan tim audit Skytrax. Mulai dari pelayanan sebelum keberangkatan, misalnya proses check in, frequent flyer program, akses ke lounge di bandara, fasilitas layanan dan hiburan di dalam pesawat, hingga layanan setiba di bandara tujuan.
Dengan jenis pesawat lawas buatan Ukraina atau Russia, jangan berharap mendapatkan LCD Screen nan canggih seperti yang sering ditemukan di pesawat terbaru keluaran Boeing atau Airbus. Apalagi film-film yang bisa ditonton. Lupakan saja!
Namun, bila ketahuan, maka langsung diminta untuk menghapusnya. Air Koryo memang berbeda. Jangan bayangkan kebebasan seperti yang Anda temukan di maskapai modern lainnya.
Dan paling 'terkenal' adalah kisah 'Mystery Burger' yang diberikan ke semua penumpang Air Koryo. Konon sebelum tahun 2013, Air Koryo masih mendapatkan akses ke makanan penumpang yang disiapkan oleh Air China.Â
Namun, semua berakhir ketika makanan penumpang mulai disiapkan di Pyongyang. Sejak itulah, semua penumpang selalu mendapatkan sepotong burger ala Air Koryo yang kemudian kondang dengan sebutan 'Mystery Burger'. Terkenal bukan karena kelezatannya, tetapi rasa burger yang penuh misteri soal rasa yang tidak pernah jelas. :)
Meskipun nama Air Koryo tidak lagi tercantum di daftar peringkat Skytrax, tetapi stigma itu masih terus menempel di nama maskapai ini. Sebagai satu-satunya maskapai yang hanya diberikan satu bintang, tak pelak lagi Air Koryo pun dinobatkan oleh berbagai media sebagai Maskapai Terburuk di Dunia.Â
Apakah Air Koryo memang sedemikian buruk? Tidak juga. Masih banyak maskapai lain di dunia yang tidak lebih baik dari Air Koryo. Namun, kombinasi antara citra negara Korea Utara yang tidak menguntungkan, serta layanan penerbangan di bawah standard internasional, yang akhirnya bak mendapatkan justifikasi. Predikat "Terburuk" ini pun sepertinya akan terus mengikuti perjalanan panjang Air Koryo ke depannya.Â
Hm, kecuali burger penuh misterinya diganti Big Mac! :) :)
***
Kelapa Gading, 3 Juni 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto yg digunakan sesuai dgn keterangan di foto masing2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H