Livery Kulula yg sangat menarik. Sumber: Hansueli Krapt / wikimedia
Pemilihan warna dominan sendiri sebetulnya sangat penting. Mayoritas maskapai besar di dunia selama ini lebih condong memilih warna dasar putih. Hal ini tentu ada sebabnya. Seperti dikutip dari media aviasi
Simple Flying, warna putih membantu memantulkan sinar matahari dan meminimalkan jumlah energi yang dibutuhkan agar pesawat tetap nyaman.
Tidak itu saja, warna putih terbukti tidak mudah memudar. Dan ini berdampak ke biaya pemeliharaan pesawat. Pasalnya, jika warna memudar dan harus dicat ulang tentunya tidak murah. Apalagi proses pengecatan ulang biasanya harus melalui tahapan pengelupasan cat lama sebelum pengecatan baru.
Sebuah pesawat rata-rata membutuhkan sekitar 273 - 544 kg cat. Tanpa pengelupasan cat lama sama dengan menambah beban ke pesawat. Artinya, makin banyak bahan bakar digunakan. Bayangkan saja, cat seberat 544 kg setara dengan sekitar 8 penumpang.
Livery Singapore Airlines yg tidak banyak berubah. Sumber: Terence Ong / wikimedia
Singapore Airlines (SIA), misalnya, adalah salah satu maskapai ternama yang memilih warna dominan putih di semua armada pesawatnya.
Livery SIA sendiri tidak banyak mengalami perubahan sejak pertama kali digunakan tahun 1987. Logo burung berwarna keemasan di atas sirip berwarna biru gelap masih tetap dipertahankan.
Lain halnya dengan maskapai asal Selandia Baru. Selain lebih sering mengganti livery-nya, Air New Zealand juga sangat berani menampilkan beberapa seri livery yang fenomenal. Dalam rangka ikut mempromosikan destinasi wisata yang pernah digunakan sebagai lokasi syuting film, ANZ pernah memamerkan livery bertema "Lord of the Rings" dan "The Hobbit".Â
Livery Hobbit dari Air New Zealand. Sumber: Edwin Leong / wikimedia
Tidak kalah menariknya adalah edisi
"All Blacks" yang mulai digunakan pasca
'rebranding'Â tahun 2012. Warna hitam pun menjadi warna korporat yang mewakili simbol Kiwi di pentas dunia.
All Blacks juga dikenal sebagai julukan untuk tim rugby nasional Selandia Baru. Boleh jadi inilah satu-satunya maskapai di dunia yang menggunakan warna hitam manis seperti ini.
Livery All Blacks dari ANZ. Sumber: Charlie Chang / planespotters.net
Apa yang disuguhkan
Air New Zealand memang tidak terhindarkan di era modern.
Livery telah jauh berkembang dan digunakan untuk berbagai tujuan. Ada sebutan khusus untuk livery tertentu. Sebut saja,
Commemorative Livery, Retro atau
Heritage Livery, Marketing Livery, dan lain-lain.
Salah satu armada Boeing 747-300s milik South African Airlines pernah tampil sangat memikat dengan livery berwarna pelangi. Livery ini sengaja dibuat khusus untuk mengantar delegasi negara itu ke Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney- Australia. Livery bertema komemoratif juga kerap dibuat untuk suatu pencapaian khusus atau hari bersejarah dari sebuah maskapai.
Livery dari South African Airlines untuk mengantar tim Afsel ke Olimpiade Sydney. Sumber: Tsung TsenTsan/ wikimedia
Maskapai nasional
Garuda Indonesia tidak kalah kreatif dalam hal menampilkan berbagai
livery. Mulai
livery vintage sampai
livery kekinian. Misalnya
livery masker-nya yang mendapat banyak apresiasi. Selain itu,
Livery vintage Garuda pun menarik diamati.Â
Pada tahun 2018 lalu, Garuda meluncurkan layanan penerbangan spesial bertajuk "Garuda Indonesia Vintage Flight Experience". Ada yang berbeda dari penerbangan ini. Tidak hanya pesawat yang digunakan memiliki livery vintage yang pernah menghiasi armada Garuda tipe DC-10 di era 1970-1980-an. Tetapi, seluruh awak kabin pun tampil dengan seragam klasik dari era yang sama.
Livery vintage buatan Garuda. Sumber: GZ-T16 / www.planespotters.net
Livery lainnya yang selalu menjadi buruan para
plane-spotter adalah jenis
livery yang berhubungan dengan berbagai jenis promosi. Baik promosi destinasi wisata di sebuah kota tujuan, maupun produk komersial lainnya yang populer. Mari kita lihat apa yang dilakukan beberapa maskapai ini.
Lihat Otomotif Selengkapnya