Kata 'livery' tidak hanya dikenal di kalangan penggemar pacuan MotoGP maupun pecandu balapan Formula One. Bagi pecinta dunia aviasi, "Airlines Livery" tidak kalah menarik diamati. Selain merepresentasi citra sebuah maskapai penerbangan, livery bercorak khusus seakan memamerkan sisi kreatif dari jenama maskapai tersebut. Dan livery seperti ini pun kerap menjadi buruan para "Plane Spotter" sedunia.Â
Livery pesawat terbang sejatinya adalah corak, gambar, logo dan warna yang digunakan maskapai penerbangan pada semua badan pesawatnya. Terminologi ini awalnya diadopsi dari kata 'livery' yang berarti seragam yang dikenakan pembantu atau petugas tertentu. Tetapi, kini penggunaanya sudah sangat meluas. Livery pun juga dikenal di dunia pemasaran, seperti livery di pesawat maupun di moda transportasi lainnya.
Selepas Perang Dunia II, livery pesawat mulai mendapat perhatian sebagai bagian dari identitas korporat. Sebelumnya, livery pesawat bahkan hanya berupa logo dan nama pesawat di atas badan pesawat yang dibiarkan metal polos. Selanjutnya, di era 1970-an, berbagai corak livery pun makin dikenal.
Jika awalnya, beberapa maskapai hanya melirik desain bergaya klasik khas korporat yang ditampilkan di atas warna dasar putih yang dominan. Kini makin banyak maskapai yang berani bermain dengan warna mencolok. Warna keren nan menyala itu kemudian ikut menjadi warna korporat yang sulit dilupakan.
Lihatlah bagaimana penampilan para jawara di kelompok "Low Cost Carrier" atau maskapai penerbangan berbiaya murah. South West Airlines, misalnya, menggunakan warna biru yang mendominasi hampir seluruh badan pesawat. Lalu dipadu indah dengan warna kuning dan merah di bagian ekor pesawat.
Kalau Mango Airlines berani tampil beda dengan warna oranye bak buah mangga matang pohon. Eh, pasti sedap ya. Lain lagi dengan Kulula. Maskapai yang menggunakan warna hijau jeruk ini bahkan menuai pujian atas livery-nya yang unik.
Lihat saja berbagai tulisan yang menghiasi salah satu pesawatnya yang disebut "Flying 101" itu. Dari moncong hingga ekor pesawat. Ide pembuatan livery pesawat ini memang layak diacungi jempol. Kulula memang bukan pemain besar, seperti Easyjet atau Southwest. Namun, dengan livery-nya yang istimewa ini, maskapai ini pun sukses mencuri perhatian dunia aviasi.
Tidak itu saja, warna putih terbukti tidak mudah memudar. Dan ini berdampak ke biaya pemeliharaan pesawat. Pasalnya, jika warna memudar dan harus dicat ulang tentunya tidak murah. Apalagi proses pengecatan ulang biasanya harus melalui tahapan pengelupasan cat lama sebelum pengecatan baru.
Sebuah pesawat rata-rata membutuhkan sekitar 273 - 544 kg cat. Tanpa pengelupasan cat lama sama dengan menambah beban ke pesawat. Artinya, makin banyak bahan bakar digunakan. Bayangkan saja, cat seberat 544 kg setara dengan sekitar 8 penumpang.
Lain halnya dengan maskapai asal Selandia Baru. Selain lebih sering mengganti livery-nya, Air New Zealand juga sangat berani menampilkan beberapa seri livery yang fenomenal. Dalam rangka ikut mempromosikan destinasi wisata yang pernah digunakan sebagai lokasi syuting film, ANZ pernah memamerkan livery bertema "Lord of the Rings" dan "The Hobbit".Â
Salah satu armada Boeing 747-300s milik South African Airlines pernah tampil sangat memikat dengan livery berwarna pelangi. Livery ini sengaja dibuat khusus untuk mengantar delegasi negara itu ke Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney- Australia. Livery bertema komemoratif juga kerap dibuat untuk suatu pencapaian khusus atau hari bersejarah dari sebuah maskapai.
Pada tahun 2018 lalu, Garuda meluncurkan layanan penerbangan spesial bertajuk "Garuda Indonesia Vintage Flight Experience". Ada yang berbeda dari penerbangan ini. Tidak hanya pesawat yang digunakan memiliki livery vintage yang pernah menghiasi armada Garuda tipe DC-10 di era 1970-1980-an. Tetapi, seluruh awak kabin pun tampil dengan seragam klasik dari era yang sama.
Alaska Airlines, contohnya. Maskapai asal AS ini dikenal sangat kreatif menampilkan banyak livery menawan. Di antaranya, livery yang dirancang khusus untuk mempromosikan destinasi wisata di kota-kota tujuan yang diterbanginya. Livery Disneyland, misalnya, dibuat untuk mempromosikan rute Los Angeles yang dilayani maskapai yang telah berdiri sejak tahun 1932 ini.
Sayang sekali, Livery Hello Kitty yang pernah menghiasi berbagai jenis pesawat Airbus milik Eva Air sejak tahun 2005 itu kabarnya tidak akan diteruskan lagi. Livery Hello Kitty terakhir yang disebut "Hand in Hand" Hello Kitty sudah dipensiunkan sejak 15 Mei 2021. Betapapun, Livery Hello Kitty akan selalu dikenang para pecinta livery. Dan mungkin ditangisi penggemar Hello Kitty. :)
Emirates Airlines mengkreasi livery yang sangat dinamis yang pasti membuat pendukung Arsenal sumringah. Begitu pula Etihad Airways yang menyulap salah satu Boeing 787-9 Dreamliner-nya tampil bak Manchester City terbang di langit biru. Anda pendukung Manchester City? Siapa tahu suatu saat Anda menaiki pesawat ini.Â
Klub-klub Liga Premier memang memiliki pesona tersendiri. Selain kisah di atas, beberapa klub lainnya pun sudah merasakan manisnya kucuran dolar dari maskapai penerbangan dunia. Leicester City, mantan juara tahun 2015-2016 pernah menjalin kerjasama dengan Air Asia. Livery Leicester pun pernah menghiasi dunia penerbangan.
***
Kelapa Gading, 22 Mei 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Sumber foto yg digunakan sesuai keterangan di masing-masing foto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H