Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mimar Sinan, Sang Arsitek Hebat dari Era Ottoman

6 April 2021   18:17 Diperbarui: 5 Mei 2022   23:52 1992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Suleymaniye- Istanbul. Sumber: koleksi pribadi

Sejarah Kekaisaran Ottoman tidak hanya soal penaklukan satu wilayah ke wilayah lainnya. Dari Asia Barat, Afrika Utara hingga Eropa Tenggara. Di puncak kejayaannya, yang kala itu dipimpin Sultan Suleiman I, Ottoman juga melahirkan seorang arsitek kenamaan yang karya-karyanya hingga kini masih membuat banyak pemerhati arsitektur berdecak kagum. Mimar Sinan, Kepala Arsitek Ottoman itu, memang fenomenal. Dia bahkan kerap dibandingkan dengan Michelangelo, arsitek dan pematung temasyhur asal Italia. 

Kekaisaran Ottoman atau Kesultanan Utsmaniyah, yang berdiri pada tahun 1299 hingga jatuh pada tahun 1922, memang salah satu kekuatan paling berkuasa di dunia pada masanya. Apalagi ketika Ottoman berada di puncak kejayaannya semasa Sultan Suleiman I yang berjuluk "Suleiman the Magnificent" (1520-1566).

Tidak hanya agresif memperluas wilayah kekuasaanya, Ottoman juga memiliki pencapaian hebat di bidang hukum, literatur, seni dan arsitektur. Sultan Suleiman I tidak hanya membangun benteng yang kokoh untuk memperkuat pertahanan di berbagai kota yang direbutnya. Tetapi, juga mendirikan banyak masjid, jembatan, aqueduct, dan sebagainya.

Di samping itu, Sultan yang hebat ini juga aktif memperindah kota-kota di dunia Islam lainnya. Misalnya, merestorasi "Dome of the Rock" dan Tembok Kota di Jerusalem; merenovasi Kabah di Mekah; dan membangun sebuah kompleks masjid di Damaskus- Suriah.

Dan salah satu arsitek andalannya saat itu tidak lain adalah Mimar Sinan, seorang arsitek kelahiran kota Agirnas di wilayah Anatolia Tengah, tidak jauh dari kota Kayseri. Sinan selanjutnya terkenal dengan sebutan "Sinan Agha the Grand Architect" atau "Grand Sinan". 

Mimar Sinan & sketsa Masjid Selimiye. Sumber: www.haberler.com
Mimar Sinan & sketsa Masjid Selimiye. Sumber: www.haberler.com
Sebagai anak dari seorang tukang batu yang di masa depan menjadi fondasi karirnya di bidang arsitektur, Mimar Sinan (1489-1588) menerima pendidikan teknis dan menjadi seorang insinyur militer. 

Karirnya menanjak cepat di lingkaran militer Ottoman hingga menjadi seorang Komandan Janissary, yakni unit infanteri elit yang dibentuk sejak era Sultan Orhan (1324-1362).

Pada usia sekitar lima puluh tahun, Sinan pun diangkat sebagai kepala arsitek kerajaan. Suatu jabatan yang sangat prestisius dan sesuai dengan minatnya di bidang arsitektur. 

Dengan mengepalai sebuah tim besar yang terdiri dari banyak arsitek dan pembangun ahli, sang arsitek pun menorehkan banyak prestasi mencengangkan.

Selama masa pengabdiannya yang panjang, mulai tahun 1539 hingga 1588, Mimar Sinan dipercaya telah mengerjakan sedikitnya 374 bangunan. Mulai dari masjid, istana, sekolah, mausoleum, rumah sakit, aqueduct, jembatan, karavanserai, dan sebagainya. Sinan mengabdikan seluruh hidupnya bagi Kekaisaran Ottoman dan dunia arsitektur.

Jembatan Mehmed Pasa Sokolovic di Bosnia, karya Sinan. Sumber: Branevgd / wikimedia
Jembatan Mehmed Pasa Sokolovic di Bosnia, karya Sinan. Sumber: Branevgd / wikimedia
Seni arsitektur memang maju pesat di era Kekaisaran Ottoman (Kesultanan Utsmaniyah). Ketika Ottoman berada di puncak kejayaannya (1520-1566), pada era yang hampir bersamaan juga berkembang arsitektur Renaisans yang menakjubkan di Italia. Dua tokoh utamanya, yakni Leonardo da Vinci dan Michelangelo bahkan kabarnya pernah diundang ke Istanbul.

Arsitektur Ottoman sendiri sejatinya sangat dipengaruhi oleh berbagai gaya arsitektur yang sudah ada sebelumnya, yakni arsitektur Seljuk, Persia dan Byzantium. Dan bisa juga dikatakan seni arsitektur Ottoman pun merupakan paduan dari tradisi Turki asli dan pengaruh dari arsitektur Hagia Sophia yang fantastis.

Baca juga: "Hagia Sophia Kini Menjadi Masjid Lagi"

Di puncak kemasyhuran arsitektur Ottoman inilah mencuat nama Mimar Sinan yang dianggap paling pas mewakili arsitektur klasik Ottoman. Namanya bahkan kerap dibandingkan dengan Michelangelo yang di periode yang hampir sama sedang sibuk mengerjakan kubah Basilika Santo Petrus di Vatikan (1547-1564).

Karir nan cemerlang dari Mimar Sinan pada dasarnya dibagi dalam tiga periode yang sering diilustrasikan dalam tiga tahapan karyanya yang fenomenal. 

Dua karyanya yang pertama dan kedua berada di kota Istanbul. Sedangkan yang ketiga yang disebutnya sendiri sebagai mahakarya nya berlokasi di kota Edirne.

Masjid Sehzade- Istanbul, karya Sinan yg mewakili periode pertama karirnya. Sumber: Dosseman / wikimedia
Masjid Sehzade- Istanbul, karya Sinan yg mewakili periode pertama karirnya. Sumber: Dosseman / wikimedia
Masjid Sehzade (Sehzade Camii), yang berarti Masjid Pangeran di Istanbul adalah karya Sinan yang dianggap sangat mewakili periode pertama karirnya. 

Bagi sang arsitek, projek ini ibarat masa belajar baginya. Inilah langkah sangat penting baginya untuk menjejaki dunia arsitektur. Itu sebabnya, projek ini sering disebut sebagai projek paling ambisius sang arsitek.

Masjid dari abad ke-16 yang berdiri di distrik Fatih- Istanbul ini dibangun di bawah pengawasan sang sultan terkenal "Suleiman the Magnificent". 

Masjid Pangeran, sesuai namanya, adalah sebuah 'memorial' bagi anak sang sultan, yaitu pangeran Sehzade Mehmed, yang meninggal pada tahun 1543.

Sebelum konstruksi Masjid Sehzade maupun sesudahnya, Sinan telah terlibat dalam banyak pembangunan masjid lainnya. Namun, masjid berikutnya yang dianggap sebagai salah satu karya terbaiknya adalah Masjid Suleymaniye (Suleymaniye Camii) yang berada hanya sekitar 1 km dari Masjid Sehzade.

Interior Masjid Suleymaniye-Istanbul. Sumber: koleksi pribadi
Interior Masjid Suleymaniye-Istanbul. Sumber: koleksi pribadi
Sama seperti Masjid Sehzade, masjid ini pun dibangun atas perintah Sultan Suleiman I dan kembali dipercayakan kepada sang arsitek andalannya Mimar Sinan. 

Dan sejak diselesaikannya masjid monumental ini pada tahun 1557, Masjid Suleymaniye telah menjadi masjid terbesar selama 462 tahun di kota Istanbul, sampai dibangunnya Masjid Camlica pada tahun 2019 lalu.

Pembangunan Masjid Suleymaniye juga menyimpan kisah menarik di baliknya. Konon Sang Sultan terkenal itu menganggap desain Suleymaniye sebagai representasi dirinya sendiri sebagai Solomon Kedua. Kisah ini merujuk ke "Dome of the Rock" di kota tua Jerusalem yang dibangun di atas Kuil Solomon.

Sama persis kebanggaan yang pernah dirasakan Kaisar Justinian dari Imperium Romawi setelah menyelesaikan konstruksi Hagia Sophia pada sekitar tahun 537. 

Saat itu sang kaisar dengan bangga mengatakan, "Solomon, I have surpassed thee." Yang artinya, "Solomon, saya telah melampauimu".

Meskipun Masjid Suleymaniye menuai kekaguman di mana-mana, tetapi Sinan menganggap konstruksi masjid ini tidak lebih sebagai pembuktian kualifikasinya sebagai seorang arsitek. Dan pada akhirnya, ketika menyelesaikan Masjid Selimiye yang spektakuler di kota Erdine, Sinan sendiri baru mengakuinya sebagai mahakarya terbaiknya.

Masjid Selimiye dan Patung Sinan- Edirne. Sumber: Tevfik Teker / wikimedia
Masjid Selimiye dan Patung Sinan- Edirne. Sumber: Tevfik Teker / wikimedia
Masjid Selimiye atau Selimiye Camii adalah sebuah masjid kerajaan Ottoman yang berada di kota Edirne, yang di era Romawi disebut Adrianople. 

Kota ini juga dikenal sebagai ibukota ke-3 Kekaisaran Ottoman sebelum dipindahkan ke Konstantinopel (Istanbul). Masjid indah ini dibangun oleh Mimar Sinan antara tahun 1568-1575 atas perintah Sultan Selim II, penerus Sultan Suleiman I.

Sultan Selim II, sama seperti sultan Ottoman sebelumnya, juga ingin memiliki sebuah masjid atas namanya sendiri. Menariknya, lokasi yang dipilih bukan Istanbul, kota yang menjadi pusat pemerintahannya. Tetapi, di kota Erdine yang berjarak sekitar 239 km dari Istanbul.

Sinan telah berusia sekitar 70 tahun ketika mulai membangun Masjid Selimiye. Namun, tekadnya luar biasa. Sang maestro ingin membangun sebuah masjid yang bisa menyaingi kebesaran Hagia Sophia. Dan walaupun kenyataannya, ambisi sang arsitek tidak sepnuhnya tercapai, Masjid Selimiye tetap merupakan salah satu mahakarya arsitektur yang sangat cemerlang dari Sinan.

Fasade Masjid Selimiye yang indah. Sumber: Dossman / wikimedia
Fasade Masjid Selimiye yang indah. Sumber: Dossman / wikimedia
Inilah masjid yang dianggap sebagai pencapaian tertinggi dari sang arsitek Mimar Sinan. Sebuah 'masterpiece' yang mengagumkan di dunia arsitektur, khususnya di pentas Arsitektur Islam. Masjid Selimiye juga telah diakui UNESCO sebagai salah satu 'UNESCO World Heritage Site' pada tahun 2011.

Sinan juga meninggalkan nama harum lewat banyak mantan muridnya yang pernah dilatihnya. Salah satu di antaranya, Sedefkar Mehmed Agha, arsitek tenama yang membangun Masjid Sultan Ahmed atau kondang dikenal sebagai 'The Blue Mosque'.

Mimar Sinan mungkin tidak setenar Michelangelo Buonarroti, yang selain arsitek, juga dikenal sebagai pelukis dan pematung. Namun, di dunia arsitektur, baik Arsitektur Ottoman maupun Arsitektur Islam umumnya, kontribusi serta pengaruh Sinan jelas tidak terbantahkan. Dan dunia sungguh beruntung pernah memiliki seorang arsitek jenius sekaliber Mimar Sinan.

***

Kelapa Gading, 6 April 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3

Catatan: Foto-foto yang digunakan sesuai keterangan di foto masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun