Arsitektur Ottoman sendiri sejatinya sangat dipengaruhi oleh berbagai gaya arsitektur yang sudah ada sebelumnya, yakni arsitektur Seljuk, Persia dan Byzantium. Dan bisa juga dikatakan seni arsitektur Ottoman pun merupakan paduan dari tradisi Turki asli dan pengaruh dari arsitektur Hagia Sophia yang fantastis.
Di puncak kemasyhuran arsitektur Ottoman inilah mencuat nama Mimar Sinan yang dianggap paling pas mewakili arsitektur klasik Ottoman. Namanya bahkan kerap dibandingkan dengan Michelangelo yang di periode yang hampir sama sedang sibuk mengerjakan kubah Basilika Santo Petrus di Vatikan (1547-1564).
Karir nan cemerlang dari Mimar Sinan pada dasarnya dibagi dalam tiga periode yang sering diilustrasikan dalam tiga tahapan karyanya yang fenomenal.Â
Dua karyanya yang pertama dan kedua berada di kota Istanbul. Sedangkan yang ketiga yang disebutnya sendiri sebagai mahakarya nya berlokasi di kota Edirne.
Bagi sang arsitek, projek ini ibarat masa belajar baginya. Inilah langkah sangat penting baginya untuk menjejaki dunia arsitektur. Itu sebabnya, projek ini sering disebut sebagai projek paling ambisius sang arsitek.
Masjid dari abad ke-16 yang berdiri di distrik Fatih- Istanbul ini dibangun di bawah pengawasan sang sultan terkenal "Suleiman the Magnificent".Â
Masjid Pangeran, sesuai namanya, adalah sebuah 'memorial' bagi anak sang sultan, yaitu pangeran Sehzade Mehmed, yang meninggal pada tahun 1543.
Sebelum konstruksi Masjid Sehzade maupun sesudahnya, Sinan telah terlibat dalam banyak pembangunan masjid lainnya. Namun, masjid berikutnya yang dianggap sebagai salah satu karya terbaiknya adalah Masjid Suleymaniye (Suleymaniye Camii) yang berada hanya sekitar 1 km dari Masjid Sehzade.