Begitulah, Michelin selanjutnya menerbitkan buku-buku panduan ke berbagai negara lainnya. Dari Algeria, Tunisia, Italia, Swiss, Jerman, Spanyol, hingga Italia selatan.
Penerbitan buku ini sempat tertunda selama Perang Dunia I dan kemudian dilanjutkan hingga tahun 1920. Namun, seperti banyak kisah legendaris lainnya.Â
Sebuah kejadian tidak terduga bisa saja merubah segalanya. Begitu pula apa yang dilihat Andre Michelin pada akhirnya merubah konsep penerbitan gratis ini dan sekaligus merintis jalan ke arah Michelin Star yang kini dikenal di seluruh dunia.
Alkisah, dalam suatu kunjungan ke salah satu toko penjual ban, Andre melihat buku-buku panduan Michelin justru digunakan sebagai pengganjal bangku seorang mekanik.Â
Dengan prinsip bahwa seseorang hanya akan menghargai sesuatu yang dibayarnya, maka Michelin Guide dengan sejumlah revisi pun mulai dijual seharga tujuh franc sejak tahun 1920. Tidak lagi diberikan secara gratis.
Begitu pula daftar hotel-hotel di kota Paris ikut ditambahkan. Sedangkan, iklan-iklan akhirnya dihapus. Semua ini dilakukan seiring dengan berubahnya status buku, dari gratis menjadi buku yang dijual secara komersial.
Namun, konten buku yang mendapat perhatian khusus adalah di bagian restoran. Menyadari kian populernya bagian restoran dari buku panduan ini, maka kedua pendiri Michelin pun merekrut sebuah tim inspektur yang bertugas mengunjungi dan melakukan review dari restoran yang dipilih. Namun, identitas sang pemilik tidak boleh diketahui.
Pada tahun 1926, Michelin Guide mulai memberikan status bintang bagi restoran berkelas yang biasanya disebut 'fine dining restaurants', yakni kelompok restoran yang memiliki konsep sangat berkelas dalam menyajikan layanan terhadap tamu-tamunya.
Kualitas makanan pun disiapkan para chef profesional yang telah memiliki pengalaman panjang di bidangnya. Dan tidak kalah uniknya, meskipun hidangan yang disajikan sangat lengkap, mulai dari makanan pembuka hingga penutup, tetapi porsi setiap jenis makanan biasanya sangat sedikit.