Pemeriksaan di pintu ini sangat ketat. Kompleks Al-Aqsa selama ini berada di bawah pengelolaan sebuah Lembaga Wakaf Islam yang dipimpin oleh Pemerintahan Yordania dan Palestina.
Al-Aqsa sejatinya adalah nama kompleks seluas 14.4 hektar yang terletak di kota lama Jerusalem. Persisnya, berada di Temple Mount (Bukit Bait Suci) yang dulunya diyakini sebagai tempat berdirinya Bait Suci Kedua yang sangat disucikan umat Yahudi. Dan di lokasi yang sama ini, kaum Yahudi juga percaya sebagai tempat berdirinya Bait Suci Pertama yang dibangun Nabi Sulaiman pada tahun 1000 SM.
Akan tetapi, Bait Suci Pertama dirobohkan oleh Raja Nebukadnezar II dari Babilonia pada tahun 586 SM, ketika pasukannya menguasai Jerusalem. Sedangkan Bait Suci Kedua yang dibangun Raja Herodes dihancurkan oleh bangsa Romawi di era kekuasaan Kaisar Titus pada tahun 70 Masehi.
Beberapa literatur membedakan nama Kompleks Al-Aqsa ini dengan Masjid Al-Aqsa itu sendiri. Masjid ini resminya disebut Jami'Al-Aqsa atau Masjid Al-Qibli. Namun demikian, selama bertahun-tahun, masjid  berkapasitas 5,000 jemaah ini lebih dikenal sebagai Masjid Al-Aqsa.
Dan boleh jadi itulah penyebab terjadinya kekeliruan itu selama ini. "Dome of the Rock"Â yang berada di dalam Kompleks Al-Aqsa pun kerap disangka Masjid Al-Aqsa (Jami Al-Aqsa).Â
Kekeliruan nama ini bukan hanya terjadi di konten sahabat Kompasianer yang banyak mengunggahnya. Kekeliruan yang sama juga muncul di banyak artikel dari media arus utama lainnya.
"Dome of the Rock" telah lama diakui sebagai bangunan dengan gaya arsitektur Islam tertua yang masih ada di dunia. Awalnya, bangunan ini didirikan pada masa Khalifah Abdul Malik dari Dinasti Umayyah pada sekitar tahun 687 dan selesai antara tahun 691-92. Kubah aslinya runtuh akibat gempa bumi pada tahun 1015, lalu dibangun kembali antara tahun 1022-23.
Sultan Suleyman (1520-1566) yang sangat terkenal itu mengganti mosaik dengan keramik berwarna khas Ottoman yang menawan.