Fenghuang di penghujung musim gugur. Gerimis pagi baru saja berlalu. Sisa hujan masih meninggalkan jejak di jalanan kota yang basah. Sementara itu, di bibir sungai Tuojiang, deretan rumah panggung nampak berkilauan diterpa matahari yang baru muncul. Dan seakan menyapa ke kota kuno ini, "Cao An, Fenghuang!"
Kota kuno Fenghuang atau juga disebut "Phoenix Ancient Town" adalah sebuah kota kuno di wilayah Xiangxi di provinsi Hunan, China. Nama Fenghuang yang berarti burung "Phoenix" berkaitan dengan burung keramat dalam mitologi kuno. Burung ini konon bisa hidup selama ratusan tahun. Setelah itu, membakar dirinya sendiri dan terlahir kembali dari abunya.
Menurut legenda, Fenghuang memiliki dua burung menakjubkan ini. Burung-burung itu konon pernah terbang di atas kota Fenghuang dan menemukan kota ini begitu indah memesona. Mereka pun akhirnya hanya melayang-layang di atas kota dan enggan meninggalkannya lagi.
Kota Fenghuang terletak kira-kira 430 km dari Changsa, ibukota provinsi Hunan dan sekitar 250 km dari Zhangjiajie, destinasi wisata paling populer di Hunan. Penulis sendiri ke kota indah ini usai mengunjungi Zhangjiajie. Sebuah perjalanan panjang bersama rombongan fotografer Indonesia di medio November beberapa tahun lampau.
Fenghuang memang ibarat permata yang tersembunyi dari radar wisatawan. Beberapa buku panduan wisata tentang China, seperti "Insight Guides China" dan "DK Eyewitness Travel - China" saja luput meliput kota ini dalam 'guide book' terbitan mereka. Entah kalau sudah dimasukkan di dalam edisi terbaru saat ini. Dan itu sebabnya, ketika kota ini mulai muncul ke pentas pariwisata, tidak hanya wisatawan asing yang datang. Wisatawan domestik di China pun membanjirinya.
Sebagai kota tua, Fenghuang sungguh memikat. Di kota tua ini, hampir semua sudut kota seakan punya kisahnya sendiri. Dari jalanan berbatu, rumah-rumah panggung kayu nan tua, jembatan-jembatan unik, penduduk kota dari suku minoritas dengan kostum tradisional, hingga sungai Tuojiang yang mengalir di tengah kota itu. Semuanya seakan menyimpan cerita indah sesuai peranan masing-masing.
Kota Fenghuang tidaklah besar. Bahkan luas wilayahnya hanya 1.8 km persegi. Sudah itu, kota ini pun masih dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama adalah kota tua, yang menjadi tujuan utama semua wisatawan. Dan wilayah yang lainnya, sebut saja kota baru, adalah pemukiman penduduk umumnya.
Setiap kota tentunya memiliki keunikan sendiri. Begitu pulau kota Fenghuang. Meskipun belum setua kota Wuzhen yang memiliki sejarah lebih dari 1,300 tahun. Tetapi, Fenghuang adalah sebuah kota yang sangat fotogenik. Atau sebut saja instagrammable. Foto-fotonya yang tersebar di situs pariwisata segera menarik kunjungan wisatawan. Ada sesuatu yang berbeda dari kota ini dibandingkan kota tua lainnya di China.
Tidak salah. Kehadiran dua suku minoritas China, yakni suku Miao dan Tujia, yang merupakan setengah jumlah populasi Fenghuang, ikut memengaruhi arsitektur rumah penduduk hingga jembatan di kota tua nan indah ini. Belum lagi, kedua suku minoritas dengan kostum tradisionalnya kerap masih terlihat di berbagai sudut kota. Suatu pemandangan yang sungguh menarik.
Di pusat kota tua masih terdapat sekitar 200 bangunan tua dari abad ke-14 atau dari era Dinasti Ming dan juga dari abad ke-17 di zaman Dinasti Qing. Di kota ini pengunjung juga masih bisa menyaksikan peninggalan penting berupa menara dengan gerbang kuno, pagoda, jembatan kuno, dan lain-lain.
Tipikal bangunan yang berderet di tepi sungai Tuojiang disebut Diaojiaolou, yakni rumah-rumah kayu yang dibangun di atas tiang-tiang yang tinggi. Jika dilihat dari kejauhan, rumah-rumah yang dibangun di atas tiang-tiang kayu seakan menggantung di atas sungai. Dan juga seolah bersandar ke arah tebing di belakangnya. Konon rumah-rumah ini sengaja dibangun seperti itu demi menghindari banjir di sungai Tuojiang di masa lalu.
Dan salah satu aktivitas paling digemari wisatawan adalah menyusuri sungai di atas perahu tradisional. Dari atas perahu-perahu inilah, mereka bisa melihat dari dekat bagaimana bangunan Diaojiaolou berdiri di tepi sungai dan sekaligus melihat kehidupan keseharian penduduk lokal di sini.
Sungai Tuojiang memanjang secara diagonal dari baratlaut ke arah tenggara kota. Bagi warga kota ini, Tuojiang seakan memberikan kekuatan hidup bagi penduduknya.
Di sungai ini selama berabad-abad, kaum wanita mencuci pakaian dan lelaki memancing ikan. Sementara di tepi sungai, makanan disiapkan. Persis seperti yang mereka sudah lakukan sejak ratusan tahun lalu. Sesaat, atmosfer di kota ini seakan kembali ke masa lalu. Ratusan tahun lalu.
Rainbow Bridge atau juga disebut "Hongqiao bridge" dibangun di era Dinasti Ming. Tetapi, jembatan ini sempat direkonstruksi pada tahun 1670. Jembatan yang menghubungkan pusat kota tua dan Jalan Hongqiao yang sibuk, selalu sedap dipandang. Baik dari tepi sungai, maupun dari atas perahu yang banyak lalu lalang di sepanjang sungai. Tidak heran, jembatan ini termasuk yang paling banyak difoto semua wisatawan.
Akan tetapi, dari semua jembatan yang ada, ada sebuah pemandangan berbeda terlihat di sebuah 'jembatan' lainnya. Jembatan unik yang berbentuk deretan batu pancang itu disebut "Stepping Stone bridge" atau jembatan batu loncatan.Â
Itulah Fenghuang atau Phoenix! Salah satu kota tua yang kian populer dan selalu berada di deretan atas kota-kota tua paling terkenal di China. Dan kawasan kota tua ini juga yang sejak tanggal 28 Maret 2008 telah dimasukkan sebagai kandidat UNESCO World Heritage Site.
Suatu status yang tidak mudah di negara besar nan luas seperti China, ketika ratusan situs bersejarah di berbagai provinsi saling bersaing menjadi yang terbaik.
Tiga ratus tahun lebih telah berlalu. Namun, Fenghuang masih menyimpan pesona masa lalunya hingga kini. Di Fenghuang, waktu seakan berhenti, persis seperti tiga ratus tahun lalu.
***
Kelapa Gading, 22 Februari 2021
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H