Menariknya, sesuai dengan desain konstruksi, awalnya bagian tengah jembatan bisa diangkat dengan peralatan mekanis. Kapal-kapal dengan ketinggian tertentu pun bisa melewatinya. Akan tetapi, sejak tahun 1970 aktivitas turun naik bagian jembatan sudah tidak dilakukan lagi.
Konon kabarnya Bung Karno mendapatkan inspirasi dari Tower Bridge, sebuah jembatan ternama di London yang dibangun tahun 1886. Bagian tengah jembatan indah itu memang bisa buka tutup. Bedanya, Tower Bridge masih tetap terawat dengan baik dan hingga kini masih bisa buka-tutup.
Masih di sekitar Jembatan Ampera dan Sungai Musi, ada beberapa objek wisata budaya dan sejarah yang layak dikunjungi, antara lain Benteng Kuto Besak, Masjid Agung Palembang dan Kampung Kapitan.
Benteng yang masih terlihat kokoh ini ini kini ditempati Kodam II Sriwijaya. Sedangkan area di depan benteng telah dibangun sebuah alun-alun yang menjadi tempat hiburan terbuka bagi masyarakat Palembang. Dari kawasan ini juga Anda bisa menikmati keindahan Sungai Musi serta pesona Jembatan Ampera, khususnya jelang sunset.Â
Tidak jauh dari Benteng Kuto Besak atau hanya sekitar 300 meter, kita bisa mengagumi keindahan arsitektur Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung Palembang. Masih mau ikut, bukan? Yuk, jalan kaki saja ya.
Sedangkan pengaruh arsitektur Tiongkok bisa dilihat pada bagian atap masjid utama. Pada bagian atap berbentuk limas itu terdapat jurai menyerupai tanduk kambing yang melengkung. Bentuk melengkung dan lancip adalah ciri khas bentuk atap klenteng.
Di depan Masjid Agung atau persis di ujung jalan menuju Jembatan Ampera, ada salah satu spot foto menarik. Apalagi bagi yang suka menabung koleksi foto instagrammable. Inilah Bundaran Air Mancur Palembang. Sebuah bundaran ikonik yang tampil layaknya Bundaran Tugu Selamat Datang di depan Hotel Indonesia Jakarta.