Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Eiger, Jagoan Lokal di Antara Raksasa Produsen Perlengkapan Outdoor Dunia

30 Januari 2021   19:01 Diperbarui: 30 Januari 2021   19:09 1844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Half Dome yg menginspirasi logo North Face. Sumber: Diliff /wikimedia

Patagonia adventure. Sumber: www.businessinsider.com
Patagonia adventure. Sumber: www.businessinsider.com
Produk Kathmandu juga sama sulit ditemukan di tanah air, kecuali Anda memesannya secara daring. Gerai Kathmandu umumnya tersebar di kota-kota besar di seluruh Australia dan Selandia Baru. Produk mahal asal Christchurch- Selandia Baru ini memang sangat tenar di dua negara di Pasifik selatan itu.

Secara rerata, harga The North Face sedikit lebih mahal dibandingkan Columbia. Namun, keduanya pun masih di bawah Kathmandu maupun Patagonia. Sama mahalnya produk-produk buatan Arc'teryx - Kanada, Houdini -- Swedia, Helly Hansen -- Norwegia, dan lain-lain yang tidak dijual di tanah air.

Perusahaan Columbia Sportswear didirikan tahun 1938 oleh Paul Lamfrom, ayah dari Gert Boyle yang lahir di Jerman. Pada awalnya Columbia dikenal sebagai perusahaan kecil pembuat topi di Portland, tidak jauh dari Sungai Columbia. Nama perusahaan pun dinamakan sesuai nama sungai tersebut.

Jaket Columbia. Sumber: Fabio Comparelli /www.thedrum.com
Jaket Columbia. Sumber: Fabio Comparelli /www.thedrum.com
Columbia, yang bermarkas di Cedar Mill, penggiran kota Portland, Oregon - AS, kini telah menjadi salah satu raksasa di bidang pakaian olahraga luar ruang. Gerainya tersebar di lebih dari 72 negara dan memiliki sekitar 13,000 pengecer di seluruh dunia.

Penulis sendiri menyukai produk Columbia, khususnya produk jaket dengan teknologi reflektif "omni-heat". Tetapi, belinya hanya ketika ada diskon besar di factory outlet. Dan ditambah tax refund, maka harganya pun turun jauh. Merek ini pun termasuk salah satu yang banyak penggemarnya di Indonesia.

Salah satu saingan utama Columbia di pasar global tidak lain adalah The North Face, sebuah perusahaan asal AS lainnya. Berdiri sejak tahun 1968, The North Face memproduksi berbagai jenis peralatan luar ruang dan juga kebutuhan fashion. Mulai dari jaket naik gunung, bermain ski, hingga jaket windbreaker dengan warna-warni penuh gaya.

Half Dome yg menginspirasi logo North Face. Sumber: Diliff /wikimedia
Half Dome yg menginspirasi logo North Face. Sumber: Diliff /wikimedia
Logo The North Face terinspirasi dari bentuk Half Dome, yakni sebuah tebing granit besar berbentuk setengah kubah di Taman Nasional Yosemite, California, AS. Pada tahun 2000, perusahaan ini dibeli VP Corporation, sebuah perusahaan busana raksasa dari Denver yang juga mengelola puluhan merek pakaian dan sepatu lainnya, di antaranya Timberland.

Beberapa produk Northface berharga fantastis. Penulis pernah menemani seorang tamu yang membeli sebuah jaket ski yang bisa digunakan di temperatur dingin ekstrim. Jaket yang konon digaransi seumur hidup itu dibanderol sekitar 750-an dolar AS! Setelah sempat heran sejenak, sang tamu menjelaskan bahwa jaket itu untuk anaknya yang ada di Kanada. Oh, Kirain mau digunakan di Jakarta yang panas. :)

North Face Retro Himalayan Parka yg sangat mahal. Sumber: www.thenorthface.com
North Face Retro Himalayan Parka yg sangat mahal. Sumber: www.thenorthface.com
Jika jalan-jalan ke Australia dan Selandia Baru, nama produsen perlengkapan outdoor Kathmandu pasti paling dikenal. Jaringan tokonya tersebar di hampir semua kota besar di kedua negara di Pasifik selatan ini. Sampai sebelum krisis akibat pandemi, Kathmandu Holdings Limited mengelola lebih dari 160 toko di Selandia Baru dan Australia.

Kathmandu berdiri tahun 1987 di kota Christchurch, Selandia Baru. Salah satu pendirinya, Jan Cameron, adalah seorang pebisnis asal Melbourne, Australia, yang pernah dinobatkan sebagai Wanita Terkaya Keempat di Australia. Sewaktu mengunjungi kota Queenstown pada April 2019 lalu, penulis beberapa kali mondar-mandir ke tokonya yang berada di pusat kota itu. Ya, brader, hanya mondar-mandir di depan tokonya. Harga jaketnya sungguh diluar jangkauan. Hiks.

Salah satu toko Kathmandu. Sumber: www.stuff.co.nz
Salah satu toko Kathmandu. Sumber: www.stuff.co.nz
Yang menarik dari kiprah Kathmandu di dunia petualangan, perusahaan ini tidak semata berorientasi bisnis. Namun, aktif terlibat dalam berbagai proyek lingkungan hidup dan pariwisata berkelanjutan. Pada bulan Februari 2019 lalu, perusahaan ini bahkan bermitra dengan National Geographic membuat serial film berjudul "Eco Traveller" yang dipandu Nick Saxon. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun