Sebut saja dari "Lonely Planet" yang minim foto-foto berwarna. Â Dan itulah salah satu alasan kenapa saya sendiri begitu terpikat dan akhirnya membelinya. Bahkan ketika membeli buku ini, saya sendiri belum pernah ke Bali maupun ke destinasi wisata manapun. Dan buku inipun tercatat sebagai "guide book" pertama yang saya miliki. Buku yang membuatku tidak hanya makin mengagumi pesona Bali, tetapi jatuh cinta pada industri pariwisata.
Dengan segala keunggulannya itu, tidaklah mengejutkan buku inipun menjadi salah satu buku laris alias 'best seller'Â sepanjang masa. Tidak itu saja, kesuksesan buku ini akhirnya menjadi cikal bakal penerbitan serial buku wisata Insight Guides yang diterbitkan APA Production.
Insight Guides kini telah menerbitkan lebih dari 400 serial buku panduan wisata ke berbagai destinasi dunia. Selain buku lengkap berlabel "Insight Guides", penerbit yang sama juga menerbitkan banyak 'pocket guide' lainnya. Buku "Insight Guide Bali" sendiri telah dicetak ulang belasan kali. Edisi ke-15 saja sudah dicetak hampir 10 tahun lalu.
Persaingan di bisnis buku panduan wisata sangat ketat. Apalagi di era digital, ketika wisatawan pun bisa saja memilih mengunduh buku versi digital. Bahkan ada aplikasi yang menyediakan fasilitas mengunduh gratis informasi wisata dan bisa dibaca secara luring. Salah satunya, "Triposo Travel Guides".
Namun demikian, tidak semua wisatawan nyaman dengan buku versi digital tersebut. Saya sendiri jelas lebih menyukai membaca buku versi cetak dibandingkan membaca e-book. Bahkan sejak pertama kali membeli buku "Insight Guides Bali", sampai kini pun masih membelinya ketika ada kesempatan bepergian.
Buku-buku panduan wisata versi cetakan masih ditemukan di berbagai toko buku besar di seluruh dunia. Di banyak bandara terkenal, jika ada toko buku, maka bisa dipastikan "guide books"Â selalu tersedia di antara deretan rak buku yang dicari para wisatawan.
Nama-nama besar penerbit buku perjalanan wisata masih menjadi jaminan kualitas informasi yang disajikan. Selain serial "Insight Guides", kita juga akan menemukan nama penerbit terkenal lainnya, seperti DK Eyewitness, Lonely Planet, Rough Guides, dan lain-lain.
Ah, tetiba saya ingat suatu kenangan di masa lalu, ketika menjadi pemandu wisata di Jakarta untuk sekelompok wisatawan asal Amerika dan Kanada. Di tangan mereka terlihat buku "Indonesia Handbook" karya Bill Dalton. Artinya jelas, jangan sampai salah cerita. Beruntung ujian saat itu lewat dengan mulus. Dan supaya tidak lagi tegang di kesempatan berikutnya, saya pun menitip seorang teman untuk membeli buku tersebut di Singapore.
Buku "Indonesia Handbook" memang sangat populer di masa lalu. Akan tetapi, karena sebagian isinya dianggap terlalu apa adanya, khususnya soal iklim demokrasi yang terbelunggu di masa Orde Baru, maka tidak heran, buku ini tidak pernah ditemukan di toko buku manapun di Indonesia saat itu.