Panorama indah sudah tersaji ketika perahu pletna mendekati pulau. Paduan serasi perahu dan gereja di pulau begitu kerap menghiasi berbagai publikasi pariwisata negara itu. Tidak ketinggalan postcard dan buku panduan wisata yang dijual pun banyak menampilkan panorama khas itu.
Setibanya di dermaga pulau, deretan 99 anak tangga yang dibangun sejak tahun 1655 segera membawa pengunjung ke atas puncak pulau.Â
Bagi yang mau menikah di sini, khususnya calon pengantin pria, deretan anak tangga ibarat mendaki Gunung Everest yang maha tinggi.
Gereja Saint Mary begitu ikonik. Apalagi jika dilihat dari kejauhan. Menara gereja setinggi 52 meter yang menjulang di atas pulau terlihat dari seluruh sudut pulau. So beautiful!
Walaupun demikian, yang membuat kisah gereja ini kian menarik bukan karena arsitektur baroq-nya. Bukan juga fresko bergaya gotik dari tahun 1470. Tetapi, justru berkat legenda di balik wishing bell-nya.
Begitu memasuki gereja ini, kita akan segera melihat sebuah tali yang menjuntai dari langit-langit di tengah gereja. Anda boleh menarik tali tersebut untuk membunyikan lonceng.Â
Konon kabarnya, setiap pasangan pengantin yang berhasil membunyikan lonceng tersebut, maka segala keinginannya akan terpenuhi. Tetapi, ada satu syarat: Anda hanya boleh mengajukan satu keinginan.
Akan tetapi, di dalam perjalanan, lonceng tersebut tenggelam bersama dengan perahu yang karam diserang badai di tengah danau. Setelah musibah tersebut, sang janda lalu menjual semua harta miliknya dan memberikan donasi untuk membangun sebuah gereja baru di atas pulau. Dia pun meninggalkan Kastil Bled dan berjalan tanpa alas kaki menuju kota Roma.