Dalam jagat fotografi lanskap, kerap sebuah pemandangan indah sudah tersaji di depan mata. Anda tinggal mencari sudut pengambilan yang tepat untuk mendapatkan suatu komposisi ideal. Namun, tidak jarang para pemburu foto harus rajin melatih mata fotografinya untuk menemukan spot yang tampak biasa menjadi sebuah karya foto menarik.
Suatu waktu, sebuah foto air terjun mini mencuat di kalangan pecinta fotografi lanskap seputar Jakarta. Judul foto pun begitu menggoda. "Mini Niagara Falls". Anda tahu kan di mana Air Terjun Niagara sesungguhnya?Â
Tepat sekali! Air terjun raksasa itu berada di garis perbatasan Amerika Serikat dan Kanada. Persisnya, tidak jauh dari kota Buffalo - AS dan tepat di bersebelahan dengan kota Niagara Falls - Kanada.
Sungguh wow bukan? Sebuah air terjun biasa disandingkan dengan nama air terjun terkenal itu. Sekalipun hanya berstatus "mini". Kenyataannya, air terjun ini sungguh kecil. Jelas tidak bisa dibandingkan dengan Air Terjun Niagara yang spektakuler. Akan tetapi, tidak percuma dijuluki "Mini Niagara". Jika memotretnya dari sudut foto (angle)Â tertentu, air terjun kecil ini menjelma begitu menawan hati.

Curug Parigi merupakan aliran Kali Bekasi yang mengalir dari Bogor hingga Bekasi. Setelah fotonya muncul di media sosial, spot ini pun viral dan terkenal.Â
Fotografer lanskap dari berbagai kota ikut mendatanginya. Dan seperti biasa, warga sekitar begitu kreatif, mengatur lahan parkir dan warung-warung ikut bermunculan.
Lalu, apakah hasil foto curug dipastikan bagus? Tidak semudah itu ferguso! Seperti foto terlampir ini, dibutuhkan sedikit perjuangan untuk mendapatkannya. Dimulai dari pagi subuh sudah harus berada di lokasi, menanti terbitnya matahari, hingga siap-siap masuk ke dalam air sungai yang dingin. Dan tentu saja berdoa semoga cuaca cukup mendukung.

Di samping itu, pilihan memotret dengan kecepatan rana tertentu pasti menghadirkan hasil foto berbeda. Foto kedua di atas, misalnya, dibidik dengan kecepatan rana sekitar 2.5 detik untuk mendapatkan motion (gerakan) air yang lembut.
Bukan hanya Parigi, di kawasan Pelabuhan Muara Angke pun demikian. Ini bukan destinasi wisata biasa di Jakarta. Meskipun, ada saja warga kota yang kerap jalan-jalan ke pelabuhan tua ini yang tidak jauh dari Pasar Ikan Muara Angke.

Penulis sendiri pun awalnya tidak mengerti kenapa bersusah payah ke tempat seperti ini. Namun, setelah mulai mengenal kawasan ini, ternyata spot ini cukup menantang.Â
Coba amati foto di atas, cukup menarik bukan? Meskipun matahari tertutup mendung, tetapi biasnya masih sedikit menghiasi langit. Dan foto ini setidaknya sedikit berbeda daripada sekedar memotret sunrise langsung ke arah garis horizon.

Nun jauh di seberang Pelabuhan Muara Angke berdiri perumahan mewah Pantai Mutiara. Kedua kawasan begitu berbeda, bak langit dan bumi. Walaupun demikian, di dalam fotografi, keduanya sama-sama memiliki pesona tersendiri.

Sama seperti di lokasi lain, spot ini pun cukup tersembunyi jauh di bagian belakang komplek perumahan yang dijaga ketat itu.Â
Di pintu gerbang masuk saja sudah ditanya mau ke mana, dan seterusnya. Maklum, ini perumahan kelas atas di Jakarta.Â
Ada dua spot menarik di lokasi ini. Yang pertama dari dermaga Marina, tempat perahu mewah ditambat. Sayang dermaga ini kini telah rusak. Dan yang kedua berada di ujung tanggul penahan ombak yang berhadapan langsung dengan Apartemen Regatta.

Di sinilah fungsi tripod dan beberapa jenis filter akan sangat membantu seorang fotografer memotret dengan teknik long exposure.
Nama Pelabuhan Sunda Kelapa tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya kota Jakarta. Deretan perahu Phinisi yang bersandar di pelabuhan ini sejak ratusan tahun lalu masih menjadi daya tarik banyak wisatawan.
Akan tetapi, ketika seorang sahabat fotografer handal mengajak penulis memotret Mercusuar Merah di Sunda Kelapa, tidak pernah terpikirkan cara mencapainya begitu sulit. Ajakan yang sangat menggoda, nama "Mercusuar Merah" terdengar begitu sexy.
Di pagi subuh itu, setelah berkumpul di pelabuhan Sunda Kelapa, kami ternyata harus menyeberang menggunakan perahu untuk ke lokasi foto.Â
Begitulah, sedikit berbau petualangan. Perahu kecil itu mengantar kami ke sebuah tanggul yang berada di dekat sang mercusuar merah. Sebuah spot foto yang lagi-lagi sangat tersembunyi. Dan inilah hasilnya. Si Mercusuar Merah yang memesona!

Apakah setiap lokasi foto harus selalu susah-payah dicari? Tidak juga. Lokasi foto ada di mana-mana. Sebagian di antaranya bahkan merupakan destinasi wisata yang sudah populer. Ibaratnya, lokasi sudah terbentang di depan kita. Misalnya, Monas dan Ancol. Semua sudah kenal bukan?Â
Namun, sama seperti di lokasi lain, selalu muncul pertanyaan soal spot terbaik untuk memotretnya. Dari sisi mana? Kapan waktu terbaik mengabadikannya? Inilah tantangan menarik untuk dijelajahi. Mencari spot (titik foto) terbaik untuk memotretnya.

Ketika langit Jakarta merona indah di kala senja, sosok Monas tampak begitu menawan. Dan di saat lampunya mulai menyala menyapa Jakarta, Monas terlihat makin menakjubkan.Â
Monumen kebanggaan kita ini tampil bak seorang primadona di atas panggung. Tidak mengherankan, setelah foto-fotonya beredar di jaringan sosmed, para pemburu foto pun ikut mengalir ke sini.
Setiap spot foto tentu saja berbeda. Jika Monas terlihat begitu sedap dipandang di saat sunset nan romantis, penulis lebih menikmati pesona Ancol ketika sunrise hadir menyapa bumi.
Tidak mengapa. Semuanya membutuhkan proses. Pada awalnya, tidak ada salahnya mengikuti contoh foto bagus di sebuah lokasi yang sama. Yang penting, setelah memotret di tempat itu, jangan lupa untuk juga mengasah mata fotografi-mu sendiri. Dan suatu saat, hasil fotomu pasti berbeda.

Kelapa Gading, 20 Desember 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI