Begitulah sebagian kenangan masa kecil yang tidak jauh dari laut. Itulah sebabnya, setiap kali membaca tulisan Kompasianer Fauji Yamin tentang kehidupan sehari-hari di Kepulauan Halmahera selalu membuatku merindu suasana di sekitar laut. Duduk di atas atap perahu motor yang melaju, bermain dengan kole-kole, piknik ke pulau kosong, dan lain-lain.
Dunia bahari sendiri sebetulnya adalah sesuatu yang sangat biasa bagi masyarakat di sana. Namun, menjadi langka bagi masyarakat perkotaan. Atau setidaknya bagi masyarakat yang lebih sering menggunakan transportasi darat dalam kesehariannya. Seperti di Pulau Jawa, misalnya.
Di Provinsi Maluku Utara, sebagai contoh saja, masih banyak warga yang sehari-hari menggunakan transportasi laut dari satu pulau ke pulau lainnya. Bahkan sebagian PNS di Kantor Gubernur Provinsi Maluku Utara masih tinggal di kota Ternate.
Sedangkan kantor gubernur sendiri berada di Sofifi, ibukota Provinsi Maluku Utara yang berlokasi di poros tengah Pulau Halmahera dan masih bagian dari Kota Tidore Kepulauan. Alhasil, sebagian di antaranya konon harus pergi-pulang kantor menggunakan kapal feri atau perahu motor.
Sementara dari Tobelo ke Morotai, kita bisa temukan layanan kapal feri dan banyak perahu motor cepat yang beroperasi setiap hari. Lalu, dari Tobelo ke pulau-pulau di sekitarnya, kita bisa menggunakan banyak taxi air alias perahu ketinting yang selalu siap mengantar penumpang dari pelabuhan Tobelo.
Baca juga: "Ternate, Mutiara di Timur yang Fotogenik"
Seperti sepotong lirik lagu "Goyang Tobelo" yang pernah dipopulerkan penyanyi Yopie Latul. Kata "Tobelo" bisa diganti "Halmahera".Â
Ta barindu-rindu, Ta barindu-rindu
Tobelo (Halmahera) so jauh di mata, sio mama
A do do kasiang, A do do kasing
Ta rindu ngoni semua.