Jalur trekking-nya sendiri tidak terlalu sulit. Tetapi, bagi yang tidak terbiasa, rute ini pun cukup menguras stamina. Belum lagi panas yang sangat menyengat ketika matahari mulai merambat naik.Â
Karena itu, sepatu nyaman, topi, kaca mata hitam, sun-block dan air minum menjadi perlengkapan wajib semua pendaki. Dan dengan pertimbangan ini pula, banyak pengunjung memilih naik di pagi hari.
Spot kedua yang tidak kalah memesona berada di Pulau Gili Lawa Darat. Bahkan kami mendaki pulau ini sampai dua kali! Yang pertama di pagi hari, sekali lagi demi menyapa pagi dari puncak Gili Lawa Darat. Dan yang kedua adalah melewatkan senja yang cetar membahana dari sisi lain perbukitan ini.
Namun, yang terkenal adalah Gili Lawa Darat yang memiliki perbukitan eksotis dan beberapa spot ikonik. Bayangkan saja, misalnya, Anda berdiri di salah satu titik bukit dengan memandang ke arah sebuah selat kecil yang diapit dua pulau. Sangat keren!
Dan di sini pun, betapa berat meninggalkan padang savana di keremangan senja yang romantis. Ketika sebagian besar pengunjung telah menuruni bukit kembali ke kapal, barulah kami pun beranjak ke pantai dan juga kembali ke kapal kami.Â
Makan malam dan menginap terakhir kali di kapal, sebelum pulang ke Labuan Bajo keesokan harinya.
Taka Makasar adalah sebuah pulau kecil dengan hamparan pasir putih yang bersih dan indah. Uniknya, hamparan pasir putihnya hanya dapat dikunjungi jika air laut dalam keadaan surut.
Di sore terakhir di kota pelabuhan Labuan Bajo ternyata masih menyisakan pesona lainnya. Dua bukit bernama Bukit Sylvia dan Bukit Cinta menawarkan sensasi sunset yang cukup menggoda. Kamera-kamera kembali bergerak cepat, seakan berkejaran dengan langit yang segera dibalut malam.