Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Romantika Perjalanan, "Awas Copet!" di Mana-mana

4 Desember 2020   09:12 Diperbarui: 7 Desember 2020   03:06 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jemma-el-Fna di Marrakech, Maroko yg selalu ramai. Sumber: Massimotelo/Luc Viatour/wikimedia

Spanish Steps, salah satu lokasi favorit para pencopet di Roma. Sumber: koleksi pribadi
Spanish Steps, salah satu lokasi favorit para pencopet di Roma. Sumber: koleksi pribadi
Kota-kota di Italia memang indah. Tetapi, jangan pernah lupa, di antara jutaan turis yang mengunjunginya sepanjang tahun, terdapat juga banyak pencopet yang seakan siap menanti. Dalam suatu perjalanan lainnya, penulis berkenalan dengan sepasang turis India. Setelah mengitari pusat kota tua Roma, mereka akhirnya lelah dan duduk rehat sejenak di sebuah bangku batu di seberang Piazza Venezia.

Tas kulit sang suami yang biasanya tidak pernah dilepaskan dari tubuhnya ditaruh sebentar di antara kedua kakinya. Beberapa saat kemudian dia berdiri cepat, seakan baru bangun dari mimpi buruk. Tasnya lenyap tanpa sempat pamit. Laporan ke kantor polisi setempat tidak berguna. Konon, setiap hari mereka menerima puluhan laporan kasus pencopetan dan mungkin lebih banyak lagi yang tidak dilaporkan.

Menariknya, mantan pemegang rekor dunia lari 100 meter asal Kanada, Ben Johnson, pun pernah dicopet beberapa anak gypsy di sekitar Via Veneto, sebuah jalan terkenal dengan deretan hotel mewah di kota Roma. Namun, kejaran sang sprinter berakhir sia-sia. Menurut stasiun TV RAI, dalam dompet sang pelari terdapat uang kontan sebanyak 4,900 dolar AS. Ah, seharusnya Ben tidak menyimpan semua duitnya dalam satu dompet yang sama.

Lokasi 'hot-spot' lainnya yang jadi incaran pencopet di Roma tersebar di beberapa lokasi. Misalnya, di stasiun kereta Termini, Trevi Fountain, Spanish Steps dan bahkan di dalam Basilika Santo Petrus - Vatikan. Di Basilika? Betul. Tidak mengherankan, di musim panas yang sibuk atau ketika ada perayaan besar, para pemandu wisata makin rajin mengingatkan peserta wisatanya untuk selalu berhati-hati. Para pencopet mengincar turis yang lengah mulai dari toko-toko suvenir di sekitarnya hingga ke dalam basilika. Sungguh terlalu!

Pegiat anti-copet di dalam metro di Barcelona. Sumber: AFP via www.thelocal.es
Pegiat anti-copet di dalam metro di Barcelona. Sumber: AFP via www.thelocal.es

Layaknya sebuah kompetensi, para pencopet di Roma dan Florence di Italia, maupun di kota-kota lain yang terkenal dengan pencopetnya terus mengasah ketrampilan mereka. Sebut saja, kota-kota seperti Amsterdam, Budapest, Praha, Barcelona, Madrid, Paris dan Athena. Jika hanya pasif menunggu kelengahan turis, maka peluang sukses kian menipis. Itulah sebabnya, mereka pun kadang sangat pro-aktif dan bekerja dalam kelompok kecil dengan strategi khusus.

Misalnya, salah satu mendekati calon korban, mengajak bicara dan meminta tanda tangan atau mengisi petisi tertentu. Abaikan saja. Itu sebetulnya hanya cara untuk mengalihkan (distract) perhatian. Temannya yang lain, yang berlagak tidak saling kenal, tiba-tiba mendekat dan seakan tertarik pada pembicaraan mereka. Hati-hati! Orang kedua yang mendekat itulah yang mencopet. Dan itulah yang menimpa Bapak B asal Semarang di sekitar Heroes Square, Budapest, Februari lalu, ketika bepergian bersama kami. Dompetnya lenyap bersama berlalunya kelompok tadi.

Well, andaikata semua pencopet bertampang 'kriminal', mungkin jumlah kasus pencopetan akan menurun drastis. Celakanya, yang terjadi justru sebaliknya. Ada ibu-ibu berwajah sendu, gadis-gadis cantik seperti kelompok yang meminta tanda tangan tadi. Dan ada juga anak-anak kecil, seperti yang mencopet Ben Johnson di Roma.

Wanita gypsy di Italia. Sumber: www.bella-toscana.com
Wanita gypsy di Italia. Sumber: www.bella-toscana.com
Lupakan juga 'stereo-typing' selama ini bahwa kelompok tukang copet selalu gypsy, yakni kaum nomaden yang diperkirakan berasal dari wilayah Rumania. Pencopet saat ini bisa dari mana saja, bisa siapa saja. Meskipun yang dominan masih kelompok gypsy. Jika para gypsy hanya beroperasi di jalan-jalan atau alun-alun di kawasan wisata, maka para pencopet intelek justru beroperasi di kawasan lebih berkelas. Mulai dari lobby hotel berbintang, toko-toko turis besar, hingga kafe dan restoran populer. Mereka bisa saja ikut ngopi di kafe atau duduk di lobby hotel mewah, layaknya tamu hotel lainnya.  

Cerita hotel mewah seketika membuat penulis teringat kembali kisah pahit lainnya. Sebuah petaka yang menimpa rekan penulis yang kehilangan kamera Nikon SLR-nya yang mahal di lobby hotel M di kota Paris.

Suasana lobby hotel berbintang lima di kawasan Montparnasse Paris tidak begitu ramai pagi itu. Berbeda dengan sehari sebelumnya, ketika sebuah grup konferensi besar masih menginap di situ. Penulis dan beberapa rekan sedang mengobrol ringan soal rencana berburu foto atau jalan-jalan di hari itu. Maklum, tugas kantor telah selesai dan ada sisa waktu untuk bersantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun