Tas kulit sang suami yang biasanya tidak pernah dilepaskan dari tubuhnya ditaruh sebentar di antara kedua kakinya. Beberapa saat kemudian dia berdiri cepat, seakan baru bangun dari mimpi buruk. Tasnya lenyap tanpa sempat pamit. Laporan ke kantor polisi setempat tidak berguna. Konon, setiap hari mereka menerima puluhan laporan kasus pencopetan dan mungkin lebih banyak lagi yang tidak dilaporkan.
Menariknya, mantan pemegang rekor dunia lari 100 meter asal Kanada, Ben Johnson, pun pernah dicopet beberapa anak gypsy di sekitar Via Veneto, sebuah jalan terkenal dengan deretan hotel mewah di kota Roma. Namun, kejaran sang sprinter berakhir sia-sia. Menurut stasiun TV RAI, dalam dompet sang pelari terdapat uang kontan sebanyak 4,900 dolar AS. Ah, seharusnya Ben tidak menyimpan semua duitnya dalam satu dompet yang sama.
Lokasi 'hot-spot' lainnya yang jadi incaran pencopet di Roma tersebar di beberapa lokasi. Misalnya, di stasiun kereta Termini, Trevi Fountain, Spanish Steps dan bahkan di dalam Basilika Santo Petrus - Vatikan. Di Basilika? Betul. Tidak mengherankan, di musim panas yang sibuk atau ketika ada perayaan besar, para pemandu wisata makin rajin mengingatkan peserta wisatanya untuk selalu berhati-hati. Para pencopet mengincar turis yang lengah mulai dari toko-toko suvenir di sekitarnya hingga ke dalam basilika. Sungguh terlalu!
Layaknya sebuah kompetensi, para pencopet di Roma dan Florence di Italia, maupun di kota-kota lain yang terkenal dengan pencopetnya terus mengasah ketrampilan mereka. Sebut saja, kota-kota seperti Amsterdam, Budapest, Praha, Barcelona, Madrid, Paris dan Athena. Jika hanya pasif menunggu kelengahan turis, maka peluang sukses kian menipis. Itulah sebabnya, mereka pun kadang sangat pro-aktif dan bekerja dalam kelompok kecil dengan strategi khusus.
Misalnya, salah satu mendekati calon korban, mengajak bicara dan meminta tanda tangan atau mengisi petisi tertentu. Abaikan saja. Itu sebetulnya hanya cara untuk mengalihkan (distract) perhatian. Temannya yang lain, yang berlagak tidak saling kenal, tiba-tiba mendekat dan seakan tertarik pada pembicaraan mereka. Hati-hati! Orang kedua yang mendekat itulah yang mencopet. Dan itulah yang menimpa Bapak B asal Semarang di sekitar Heroes Square, Budapest, Februari lalu, ketika bepergian bersama kami. Dompetnya lenyap bersama berlalunya kelompok tadi.
Well, andaikata semua pencopet bertampang 'kriminal', mungkin jumlah kasus pencopetan akan menurun drastis. Celakanya, yang terjadi justru sebaliknya. Ada ibu-ibu berwajah sendu, gadis-gadis cantik seperti kelompok yang meminta tanda tangan tadi. Dan ada juga anak-anak kecil, seperti yang mencopet Ben Johnson di Roma.
Cerita hotel mewah seketika membuat penulis teringat kembali kisah pahit lainnya. Sebuah petaka yang menimpa rekan penulis yang kehilangan kamera Nikon SLR-nya yang mahal di lobby hotel M di kota Paris.
Suasana lobby hotel berbintang lima di kawasan Montparnasse Paris tidak begitu ramai pagi itu. Berbeda dengan sehari sebelumnya, ketika sebuah grup konferensi besar masih menginap di situ. Penulis dan beberapa rekan sedang mengobrol ringan soal rencana berburu foto atau jalan-jalan di hari itu. Maklum, tugas kantor telah selesai dan ada sisa waktu untuk bersantai.