Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Masjid Hassan II, Kemegahan Arsitektur di Tepi Samudra Atlantik

29 Oktober 2020   08:24 Diperbarui: 29 Oktober 2020   11:45 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minaret Masjid Hassan II setinggi 210meter. Sumber: koleksi pribadi

Persis di depan Masjid Hassan II - Casablanca, waktu seakan berhenti. Penulis pun terpaku memandangnya dari pelataran nan luas di depannya. Sungguh spektakuler. Di kota terbesar di Maroko ini, di tepi Samudra Atlantik, di utara benua Afrika, sebuah mahakarya arsitektur nan cemerlang sungguh menyihir siapapun yang memandanginya.

Maroko sejatinya tidak hanya memiliki kota-kota tuanya yang bersejarah. Tidak juga soal kawasan Medina-nya yang terkenal dengan lorong-lorong bak labirin. Tetapi, negeri berjuluk Al Maghribi ini juga memiliki Masjid Hassan II dengan ukuran fenomenal dan gaya arsitektur yang mencengangkan.

Jika menuju ke negara Maroko lewat udara, maka pintu masuk utama tidak bisa tidak adalah Casablanca, kota terbesar di Maroko. Jangan keliru, meskipun berstatus sebagai kota terbesar dan pusat bisnis serta keuangan di Maroko, Casablanca bukanlah ibu kota Maroko. Ibu kota negara ini adalah Rabat yang berjarak sekitar 87 km di utara Casablanca.

Kota Casablanca selalu menyimpan banyak kejutan. Kota modern ini banyak dipengaruhi budaya kolonialisme Prancis. Maklum saja, Maroko pernah menjadi wilayah protektorat Prancis antara tahun 1912-1955. 

Sejak saat itu banyak bangunan di kota ini dibangun dengan gaya arsitektur Art Nouveua dan Art Deco. Sungguh berbeda dengan bayangan banyak pendatang tentang sebuah kota di benua Afrika.

Kejutan lainnya, khususnya bagi wisatawan asal Jakarta, adalah nama kota itu sendiri. Pasalnya, nama Casablanca sudah tentu sangat dikenal. Adalah sepotong jalan terkenal sepanjang 5 km yang berada di sekitar wilayah Kuningan Jakarta yang dinamakan "Jalan Casablanca" sejak pertengahan 90-an. Penamaan nama ini terkait dengan kerja sama antara Pemerintah DKI Jakarta dengan kota Casablanca berupa "Sister City Agreement" yang ditandatangani pada 21 September 1990.

Minaret Masjid Hassan II setinggi 210meter. Sumber: koleksi pribadi
Minaret Masjid Hassan II setinggi 210meter. Sumber: koleksi pribadi
Sekilas kisah Casablanca tadi sempat teringat sejenak. Dan penulis pun kembali menatap masjid dengan menaranya yang menjulang setinggi 210 meter. Begitu tinggi untuk ukuran minaret sebuah masjid. Bahkan lebih tinggi dari Monumen Nasional (Monas) di Jakarta yang hanya 135 meter.

Minaret masjid Hassan II bahkan tercatat sebagai yang tertinggi kedua di dunia, setelah minaret Masjid Djamaa el Djazar di Aljir, Aljazair, yang memiliki ketinggian 265 meter. Meskipun bukan yang tertinggi, tetap saja minaret Hassan II tampak begitu tinggi seakan menjangkau langit. 

Sejak selesai dibangun pada tahun 1993, Masjid megah ini telah berkembang menjadi ikon kota Casablanca dan salah satu landmark paling terkenal di Maroko. 

Buku-buku panduan wisata pun selalu menampilkan gambar masjid ini di sampul depannya. Masjid Hassan II tampil sama seperti ikon-ikon kota terkenal lainnya di dunia.

Seorang turis memotret Masjid Hassan II. Sumber: koleksi pribadi
Seorang turis memotret Masjid Hassan II. Sumber: koleksi pribadi
Dari pelataran masjid dengan pandangan leluasa ke arah bangunan spektakuler ini, para wisatawan lokal maupun mancanegara, tidak henti-hentinya membingkai kenangan dalam ratusan foto digital. Dengan posisinya yang begitu strategis, maka Masjid Hassan II memang sangat fotogenik dibidik dari berbagai sudut.

Setelah langkah kaki kian mendekat ke arah masjid, kita akan segera menyaksikan kehebatan desain konstruksi masjid ini. Bukan hanya indah dilihat dari jauh, tetapi tidak kalah elok dipandang dari jarak dekat.

Lembaran sejarah Masjid Hassan II kembali melintas sebelum langkah kaki tiba di pintu gerbang masuk ke dalam masjid. Konon kabarnya, setelah wafatnya Raja Mohammed V di tahun 1961, Sang Putra Mahkota Hassan II mempertimbangkan untuk membangun sebuah mausoleum (makam) untuk sang Ayah di kota Casablanca.

Akan tetapi, ide itu akhirnya dibatalkan dengan berbagai pertimbangan. Mausoleum Mohammed V kemudian dibangun di ibu kota Rabat. Lalu, bagaimana dengan kota Casablanca? 

Sang Raja yang merasa berhutang ke warga Casablanca pun bertekat menebusnya dengan membangun sebuah masjid megah dekat laut. Masjid itulah yang kini dikenal sebagai Masjid Hassan II.

Disain pintu dan dinding yg indah. Sumber: koleksi pribadi
Disain pintu dan dinding yg indah. Sumber: koleksi pribadi
Masjid Hassan II dirancang oleh arsitek Prancis Michel Pinseau dan di bawah arahan Raja Hassan II sendiri. Pekerjaan konstruksi, yang sudah dimulai sejak 12 Juli 1986, dipercayakan kepada perusahaan Bouygues, sebuah perusahaan konstruksi asal Prancis. 

Awalnya direncanakan untuk selesai pada tahun 1989, sekaligus merayakan Ulang Tahun Raja Hassan II yang ke-60. Namun, pada akhirnya bangunan paling ambisius dari sang Raja ini baru diresmikan pada tanggal 30 Agustus 1993, yang saat itu bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi 1414 Hijriyah.

Alkisah, demi mengejar penyelesaian masjid ini, ribuan pekerja dikerahkan siang dan malam. Menurut buku "All Morocco", salah satu guide-book populer tentang Maroko, sekitar 12,000 pekerja terlibat dalam proyek monumental ini. Dari total pekerja ini, terdapat 10,000 tukang ahli (seniman kayu, seniman batu, dan lain-lain) dan sisanya adalah pekerja kasar biasa.

Setelah mengaguminya dari sisi luar (eksterior), bagaimana kalau kita masuk ke masjid nan indah ini? Masjid Hassan II dibuka untuk kunjungan umum di luar jam sembayang atau hari-hari besar lainnya. Tiket masuk ditetapkan seharga 120 Dirham (Rp 191,500) dan wajib mengikuti salah satu "guided tour" yang berdurasi sekitar 45 menit.

Interior masjid Hassan II. Sumber: JP Roche/ wikipedia
Interior masjid Hassan II. Sumber: JP Roche/ wikipedia
Jika sisi luarnya saja begitu menawan, maka sisi interior-nya pun tidak kalah mengagumkan. Seakan-akan semua seniman terbaik dari seluruh Maroko dikerahkan untuk membangun dan memperindah masjid ini. 

Para seniman hebat itu mengerjakan mosaik di dinding dengan desain yang memesona. Begitu juga lantai dan dinding masjid yang dilapisi marmer dan cetakan plester berukir menawan. Dan langit-langit yang dilapisi ornamen kayu diukir oleh tangan-tangan ahli seniman ukir Maroko. Sungguh fantastis!

Hal yang tidak kalah mengesankan, hampir semua material utama masjid ini didatangkan dari berbagai wilayah di Maroko sendiri. Misalnya, batu pualam dari wilayah Agadir, kayu cedar dari kawasan pegunungan Middle Atlas, dan batuan granit dari kota Tafraoute.

Masjid Hassan II dgn gaya arsitektur Moorish. Sumber: koleksi pribadi
Masjid Hassan II dgn gaya arsitektur Moorish. Sumber: koleksi pribadi
Secara keseluruhan, arsitektur Masjid Hassan II adalah suatu paduan arsitektur Islam dan unsur-unsur budaya lokal Maroko, serta jelas dipengaruhi gaya arsitektur Arab-Andalusia yang kental. 

Arsitektur Arab-Andalusia pernah berkembang pesat di wilayah Andalusia-Spanyol, ketika wilayah tersebut dikuasai bangsa Moors (711-1492). Sebagian peninggalan itu masih bisa dilihat di kota Kordoba dan Granada di Spanyol.

Baca juga: "Pesona Arsitektur Islam"

Kini pengaruh arsitektur Moorish itu terlihat di desain pintu-pintu di luar maupun di dalam masjid. Ciri-ciri khas  lengkungan berbentuk tapal kuda terlihat jelas. Dinding dan pilar-pilar dengan berbagai pola ukiran yang rumit dan indah ikut menghiasi interior masjid.

Sebagai negara dengan populasi sekitar 37 juta jiwa, di mana 99% beragama Islam, maka kehadiran salah satu masjid terbesar di dunia ini, jelas menjadi kebanggaan bangsa Maroko apalagi bagi warga kota Casablanca. Kapasitas masjid ini pun sangat impresif, yakni sekitar 105,000 orang. Sekitar 25 ribu jemaah di bagian dalam dan 80,000 di pelataran depan masjid.

Dewasa ini, Masjid Hassan II tidak saja menjadi salah satu masjid paling terkenal di wilayah Afrika Utara, tapi juga di dunia. Baik dilihat dari aspek sejarahnya yang menarik, ukurannya yang kolosal, arsitekturnya yang menawan dan lokasinya yang begitu dramatis di tepi Samudra Atlantik.

Masjid Hassan II ketika malam. Sumber: koleksi pribadi
Masjid Hassan II ketika malam. Sumber: koleksi pribadi
Menjelang sore, sebelum sunset tiba, penulis bergegas menuju suatu spot berbeda, beberapa kilometer dari masjid ini. Dari lokasi ini, Masjid Hassan II seolah mengapung di tepi Samudra Atlantik. Boleh jadi, itulah sebabnya ada juga yang menyebutnya sebagai "Masjid Terapung Terbesar di Dunia".

Dan ketika malam pun merambat pelan, Masjid Hassan II dan minaret-nya makin terlihat cantik memesona. Sekujur bangunan masjid serta minaret-nya bemandikan cahaya lampu yang indah. Kamera-kamera pun terus membidiknya dengan segala komposisi. Klik..klik...tiada henti. 

Seakan berpacu dengan waktu. Seolah takut pesona itu menghilang di balik kegelapan malam.

Kelapa Gading, 29 Oktober 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi, kecuali satu foto interior sesuai keterangan di foto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun