Hal yang tidak kalah mengesankan, hampir semua material utama masjid ini didatangkan dari berbagai wilayah di Maroko sendiri. Misalnya, batu pualam dari wilayah Agadir, kayu cedar dari kawasan pegunungan Middle Atlas, dan batuan granit dari kota Tafraoute.
Arsitektur Arab-Andalusia pernah berkembang pesat di wilayah Andalusia-Spanyol, ketika wilayah tersebut dikuasai bangsa Moors (711-1492). Sebagian peninggalan itu masih bisa dilihat di kota Kordoba dan Granada di Spanyol.
Baca juga: "Pesona Arsitektur Islam"
Kini pengaruh arsitektur Moorish itu terlihat di desain pintu-pintu di luar maupun di dalam masjid. Ciri-ciri khas  lengkungan berbentuk tapal kuda terlihat jelas. Dinding dan pilar-pilar dengan berbagai pola ukiran yang rumit dan indah ikut menghiasi interior masjid.
Sebagai negara dengan populasi sekitar 37 juta jiwa, di mana 99% beragama Islam, maka kehadiran salah satu masjid terbesar di dunia ini, jelas menjadi kebanggaan bangsa Maroko apalagi bagi warga kota Casablanca. Kapasitas masjid ini pun sangat impresif, yakni sekitar 105,000 orang. Sekitar 25 ribu jemaah di bagian dalam dan 80,000 di pelataran depan masjid.
Dewasa ini, Masjid Hassan II tidak saja menjadi salah satu masjid paling terkenal di wilayah Afrika Utara, tapi juga di dunia. Baik dilihat dari aspek sejarahnya yang menarik, ukurannya yang kolosal, arsitekturnya yang menawan dan lokasinya yang begitu dramatis di tepi Samudra Atlantik.
Dan ketika malam pun merambat pelan, Masjid Hassan II dan minaret-nya makin terlihat cantik memesona. Sekujur bangunan masjid serta minaret-nya bemandikan cahaya lampu yang indah. Kamera-kamera pun terus membidiknya dengan segala komposisi. Klik..klik...tiada henti.Â
Seakan berpacu dengan waktu. Seolah takut pesona itu menghilang di balik kegelapan malam.
Kelapa Gading, 29 Oktober 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Semua foto-foto adalah koleksi pribadi, kecuali satu foto interior sesuai keterangan di foto.