Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Penerbangan "Non-stop" Terpanjang di Dunia, Bagaimana Rasanya?

27 Oktober 2020   08:22 Diperbarui: 28 Oktober 2020   09:21 2450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Anda menyukai perjalanan dengan pesawat terbang, maka rute penerbangan terpanjang ini boleh jadi bak pucuk dicinta ulam tiba. Puas-puasin deh terbangnya. :)

Minggu lalu, beberapa media ternama seperti Forbes, Asian Aviation, The Straits Times, dan lain-lain, kembali ramai memberitakan tentang maskapai Singapore Airlines (SIA). Ada apa lagi? 

Maskapai dari negeri jiran ini memang selalu menarik minat media dengan berbagai kiprahnya di jagat aviasi dunia. Maklum, Singapore Airlines ibarat selebritas di dunia penerbangan.

Rupanya Singapore Airlines baru saja mengumumkan rencana untuk terbang kembali secara non-stop menuju New York pada tanggal 9 November 2020 mendatang. 

Andai kata hanya penerbangan komersial biasa tentu tidak akan menjadi berita menarik. Namun, penerbangan nonsetop dari bandara Changi, Singapore ke bandara John F. Kennedy (JFK), New York, itu sekaligus menempatkannya di posisi teratas sebagai penerbangan tanpa henti terpanjang di dunia. Suatu bentangan jarak yang fantastis sekitar 16,700 km. Dan ini artinya penumpang akan berada di dalam pesawat selama lebih dari 18 jam!

Menurut data rekor dari OAG (Official Airlines Guide) 2020 dan Statista.com, rute dari bandara Newark, New Jersey (EWR), ke Singapore (SIN) berada di posisi teratas dari "Top 10 Global International Route".

Tabel Penerbangan Terjauh. Sumber: NewsReports,Flightmapper,WEF/ Statista
Tabel Penerbangan Terjauh. Sumber: NewsReports,Flightmapper,WEF/ Statista
Akan tetapi, sejak Maret lalu rute ini dihentikan karena pandemi Covid-19. Kini Singapore Airlines kembali akan mengarungi rute sama, tapi bandara tujuan di New York adalah Bandara JFK di wilayah Queens, New York, bukan Newark, New Jersey.

Sebagaimana diketahui, New York City dan wilayah sekitarnya memiliki tiga bandara besar, yakni JFK International Airport (JFK), LaGuardia Airport, dan Newark Liberty International Airport yang berada di New Jersey. Meskipun bandara Newark berlokasi di New Jersey, negara bagian yang berbeda.

Tetapi, bandara ini pun sudah dianggap "bandaranya" New York. Kurang lebih sama dengan Bandara Soekarno-Hatta yang meskipun secara resmi berada di wilayah Provinsi Banten, tetapi sudah dianggap sebagai bandara utama Ibu Kota.

Dengan kembalinya Singapore Airlines melayani penerbangan tanpa henti ini, maka sudah dipastikan maskapai ternama asal Singapore ini akan sekali lagi memegang rekor "The Longest Non-stop Flight in the World". Selain itu, untuk SQ 21 dari New York ke Singapore dengan durasi terbang 18 jam 45 menit, pun dinobatkan sebagai The Longest Scheduled Flight in the World.”

Perbedaannya hanya satu. Bandara tujuan di New York bergeser dari sebelumnya tiba atau berangkat dari Bandara Newark, New Jersey, kini berpindah ke Bandara JFK di Queens, New York. Namun rute terbang (flight route) persisnya masih belum diketahui.

Sementara situs Flightradar24 memperkirakan dua rute yang kemungkinan besar digunakan SIA, yakni Nopac (North Pacific Route) atau Transatlantic Route.

Rute Nopac akan melintasi wilayah Jepang, Alaska, dan Kanada. Sedangkan rute kembali via Transatlantic Route akan melalui Lautan Atlantik, Eropa, dan Asia. Rute antarbenua yang sangat jauh. Melintasi benua dan lautan nan luas.  

Zona Waktu Dunia. Sumber: www.fgienr.net/time-zone
Zona Waktu Dunia. Sumber: www.fgienr.net/time-zone
Tidak itu saja, rute inipun menembus zona waktu yang berlapis-lapis. Ada perbedaan waktu sampai 12 jam!

Waktu lokal di Singapore adalah GMT+8 (lebih cepat 8 jam dari acuan kota London di Inggris). Sedangkan New York yang berada di zona waktu “Eastern Time Zone” yang setara dengan GMT - 4. Artinya, ketika New York masih jam 06.00 pagi, maka Singapore sudah jam 18.00 sore pada hari yang sama.

Rute-rute terpanjang di dunia, apalagi rute non-stop, sering menjadi pilihan bagi banyak pebisnis yang ingin cepat tiba di destinasi tujuan.

Akan tetapi, jika Anda tidak tahan terlalu lama berada dalam pesawat, pilihan rute dengan satu kali transit bisa menjadi pertimbangan.

Penulis sendiri pernah menempuh rute Singapore-New York via transit di Frankfurt, Jerman. Penerbangan dengan SIA dimulai dari bandara Changi menuju Frankfurt dengan SQ-026. Selanjutnya, dengan pesawat yang sama meneruskan penerbangan ke bandara JFK - New York.

Tangkapan layar Rute ke NYC via Frankfurt. Sumber: flightconnections.com
Tangkapan layar Rute ke NYC via Frankfurt. Sumber: flightconnections.com
Total waktu terbang sekitar 22 jam, tanpa menghitung waktu saat transit di bandara Frankfurt. SIN-FRA 13 jam dan FRA-JFK 9 jam. Jika terus menerus menonton film yang disediakan dalam pesawat, maka bisa sampai 7-8 film! Hahaha.

Apakah itu pengalaman terbang terjauh selama ini? Ah, bukan. Masih ada yang lebih jauh lagi, meskipun bukan penerbangan langsung.

Jika berminat mempelajari peta dunia, bisa dilihat rutenya. Jakarta–Dubai (transit)–Sao Paulo. Dari Indonesia (Asia Tenggara) ke Brasil (Amerika Selatan). Betapa jauh, melelahkan, dan pesawat seakan hanya terbang di tempat yang sama.

Contoh rute terpanjang dgn 1x transit. Sumber: flightconnections.com
Contoh rute terpanjang dgn 1x transit. Sumber: flightconnections.com
Kembali ke topik awal. Untuk melayani rute tanpa berhenti dari Singapura ke New York itu, Singapore Airlines menggunakan salah satu armada buatan Airbus yang memiliki daya jelajah jauh.

Airbus A350-900 adalah tipe pesawat berukuran panjang dengan konfigurasi tempat duduk 2-4-2 untuk kelas ekonomi. Total tempat yang disediakan terdiri dari 42 kelas bisnis, 24 kelas ekonomi premium dan 187 kelas ekonomi.

Menurut data dari laman Airbus, tipe A350-900 memiliki kemampuan terbang tanpa henti lebih dari 15,000 km. Pesawat bermesin ganda buatan Rolls-Royce ini juga dikenal lebih efisien bahan bakar. Tipikal varian pesawat di keluarga A350 XWB.

Bagaimana, tertarik terbang sejauh ini?

Tipe A350-900 yang akan digunakan SIA. Sumber: www.aeronauticsonline.com
Tipe A350-900 yang akan digunakan SIA. Sumber: www.aeronauticsonline.com
Bagi para pelancong dunia atau pebisnis yang sudah sering bepergian (frequent traveler), tentunya tidak ada kendala. Tapi, bagi sebagian orang, justru jarak yang jauh membuat mereka enggan bepergian dengan rute sepanjang ini.

Bayangkan saja, rute penerbangan domestik nonsetop terjauh di Indonesia menurut data OAG (Official Airline Guide) adalah dari Bandara Soekarno Hatta-Cengkareng ke Bandara Sentani-Jayapura sejauh 3,077 km.

Rute yang juga terpanjang di wilayah Asia Tenggara ini, dijelajahi secara nonsetop oleh maskapai Garuda dan Lion Air dengan durasi sekitar 5.30 jam. Jauh bukan? Apalagi ke New York, AS.

Rute domestik non-stop terjauh di Indonesia. Sumber: tangkapan layar google map
Rute domestik non-stop terjauh di Indonesia. Sumber: tangkapan layar google map
Menerbangi rute domestik sepanjang ini saja membuat kita jenuh, lalu bagaimana menyiasati suatu perjalanan yang lebih jauh. Tentunya butuh persiapan yang lebih baik. Mulai dari pakaian yang akan dikenakan selama penerbangan, perlengkapan yang dibutuhkan di dalam pesawat, hingga posisi tempat duduk (jika duduk di kelas ekonomi) yang harus direservasi agar bisa duduk lebih nyaman.

Setiap maskapai biasanya mempunyai panduan lengkap soal menjaga tubuh tetap bugar selama perjalanan. Baik yang tercantum dalam 'in-flight magazine' maupun yang bisa dilihat di video yang berada di setiap sandaran kursi.

Dengan persiapan yang baik dan pengetahuan memadai, maka tidak saja calon penumpang bisa lebih menikmati penerbangan jauh, tetapi juga mengurangi dampak “Jet lag”. Dan yang paling serius adalah menghindari resiko “Economy class Syndrome” yang berbahaya.

Apa itu Jet lag dan Economy class Syndrome? Hmm, artikel inipun sudah cukup panjang. Biarlah kita membahas kedua topik itu di kesempatan yang lain.

Sekarang, ayo relaks saja sambil membayangkan bisa terbang sendiri...

I believe I can fly, I believe I can touch the sky
I think about it every night and day, Spread my wings and fly away
(R. Kelly)

***

Kelapa Gading, 26 Oktober 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Referensi: 1, 2, 3
Catatan: Foto-foto yg digunakan sesuai keterangan di foto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun