Fenomena "Low-Cost Carrier", dari Amerika hingga Indonesia

Awair Indonesia. Sumber: www.flyawaysimulation.com

Awair, yang kerap disalahartikan sebagai singkatan dari "Abdurrachman Wahid Air", mulai menerbangi angkasa Indonesia pada 22 Juni 2000 dengan 3 armada Airbus A300, A310 dan A320.

Tapi belum dua tahun, Awair harus grounded alias berhenti beroperasi. Awair kembali beroperasi pada Januari 2005 sebagai bagian dari AirAsia.

Dan pada 1 des 2005, Awair mengganti namanya menjadi Indonesia AirAsia, sama dengan semua anak perusahaan Air Asia lainnya.

Meskipun Lion Air mendominasi langit Indonesia, begitu juga AirAsia sebagai yang terbaik di Asia, tetapi jawara LCC di Indonesia justru dimenangi Citilink.

Setidaknya, begitu hasil survei dari Skytrax. Citilink menyabet gelar sebagai "Best Low-Cost Airline 2019".

Citilink, LCC Terbaik di Indonesia. Sumber: citilink.co.id

Citilink sendiri adalah maskapai penerbangan bertarif rendah dan anak perusahaan Garuda Indonesia. Awalnya didirikan sebagai SBU (strategic business unit) pada tahun 2001. Namun, sejak 2012 Citilink sudah menjadi entitas bisnis yang terpisah dari Garuda.

Kisah LCC dunia menjadi yang termurah juga sangat menarik ditelusuri. Model bisnisnya begitu unik. Sangat berbeda dari maskapai reguler lainnya yang masih menerapkan konsep "Full-service Airlines". O ya, jangan salah duga. Bukan semata tidak mendapat layanan makan selama penerbangan yang membuatnya lebih murah. Bukan itu saja bro! Ada puluhan kiat lainnya yang ikut membuat para juara LCC ini bisa terus terbang tinggi.

Mau tahu?

Kelapa Gading, 25 September 2020

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1