Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pulang Kampung, Perjalanan yang Selalu Dirindukan

20 September 2020   12:29 Diperbarui: 21 September 2020   15:30 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan khas di Tobelo. Sumber: koleksi pribadi

Lagu lawas dari Tom Jones, "Green Green Grass of Home" tiba-tiba masuk di salah satu grup percakapan Whatsapp. Meskipun liriknya tidak persis menggambarkan suasana kampungku, namun lagu ini setidaknya sukses membawa lamunanku terbang jauh ke kampung halamanku nun jauh di sana.

Kata orang, seindah-indahnya negeri orang, masih lebih indah negeri sendiri. Sebagus-bagusnya kota lain, masih lebih menawan kampung halaman sendiri. There's no place like hometown. Jangan bertanya mengapa. Ada suatu perasaan yang tidak memerlukan penjelasan. Ada sejuta kenangan yang betapa mungkin terlupakan.

Bagi sebagian perantau, pulang kampung alias pulkam adalah suatu ritual tahunan, baik mendekati Lebaran maupun jelang Natal dan akhir tahun. Tetapi, tidak semuanya punya kesempatan seperti itu. Boleh jadi karena faktor geografis yang terbentang terlalu jauh dan akses transportasi yang terbatas.

Bisa juga karena biaya perjalanan yang kadang begitu tega merobek tabungan. Satu hal yang pasti, sebagian teman-temanku di Jakarta tidak pernah bisa pulkam. Lahirnya di Jakarta dan jelas tidak punya kampung. Hmm, kecuali lahirnya di Kampung Ambon, Kampung Bali, Kampung Melayu, dll, yang semuanya juga masih di ibukota Jakarta.

Betapapun, selama memungkinkan, siapakah yang tidak suka pulang ke kampung? Baru rencana ke kampung saja, imajinasi kita sudah mendahului kita ke sana.

Senja di Tobelo - Halut. Sumber: koleksi pribadi
Senja di Tobelo - Halut. Sumber: koleksi pribadi
Cerita pulang kampung sangat universal. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di China, India, dan banyak negara Asia lainnya. Ada persamaan tradisi dan kultur, meskipun berada dalam zona waktu berbeda dan bentangan jarak yang begitu jauh. Tentunya periode pulkam nya berbeda satu dengan yang lain, disesuaikan dengan hari-hari libur besar yang panjang. 

Kini di tengah pandemi covid-19 yang belum mereda, rasa kangen akan kampung nan jauh di mata, tapi selalu dekat di hati, kembali menyeruak di antara begitu banyak 'rasa ingin' yang lain. Ah, sudah lama aku belum menengokmu lagi duhai kampungku nan jauh di timur.

Hasrat ini kian menggelora, ketika membaca berbagai artikel menarik dari banyak sahabat Kompasianer.  Dari sekitar danau Kerinci, pulau Sumbawa, Labuan Bajo, Lereng Merapi, hingga cerita seputar Halmahera yang kerap ditulis Kompasianer Fauji Yamin.

Lalu di mana kampungku?

Peta Pulau Halmahera. Sumber: www.indonesia-tourism.com
Peta Pulau Halmahera. Sumber: www.indonesia-tourism.com
Jika terbiasa membuka aplikasi google map, ketik saja kata "Tobelo", pasti mesin pencari akan bergegas menunjukkannya dalam sepersekian detik. Beruntung zaman sekarang ada google map. Di buku-buku Atlas zaman dulu, nama kampungku, bahkan kota kecamatan tidak bakal ada di peta manapun.

Seiring pemekaran Provinsi Maluku dan akhirnya dibentuknya Provinsi Maluku Utara pada tahun 1999, maka status kota Tobelo pun ikut naik pangkat menjadi ibukota Kabupaten Halmahera Utara (Halut). Status Kabupaten Halmahera Utara sendiri baru ditetapkan pada tahun 2003.

Sebenarnya, sejak akhir tahun lalu, rencana pulang sudah dijadwalkan sekitar Juni-Juli 2020 lalu. Namun, siapa kira, kemunculan si covid-19 memaksa semua rencana tinggal rencana. Kini hanya bisa membuka album kenangan. Slide foto-foto terakhir perjalanan ke Tobelo setidaknya sedikit menghibur hati yang merindu.

Terbang dgn Pesawat Propeller. Sumber: koleksi pribadi
Terbang dgn Pesawat Propeller. Sumber: koleksi pribadi
Jakarta ke Tobelo terpisah suatu jarak yang sangat jauh. Nyaris sama dengan Jakarta ke Hong Kong. Perbedaannya, yang ke Hong Kong sudah check in hotel, sedangkan ke Tobelo masih terus 'on the way' alias belum nyampe-nyampe. Pasalnya, tidak ada penerbangan langsung ke ibukota Kabupaten Halmahera Utara ini.

Biasanya ada dua opsi rute perjalanan. Yang pertama, mengambil penerbangan menuju Manado (3.5 jam), kemudian ganti pesawat propeller kecil untuk rute Manado-Kao (1 jam). Dari bandara Kao ke Tobelo melewati pesisir timur Halmahera utara sekitar 86 km, kita pun akan tiba di Tobelo.

Opsi kedua sedikit lebih jauh dan menantang. Dari Jakarta ke  kota Ternate (3.5 jam). Setiba di bandara Sultan Babullah Ternate, naik taxi menuju dermaga Bastiong untuk siap-siap menyeberang ke Sofifi, ibukota Maluku Utara yang berada di sisi barat Pulau Halmahera.

Speed-boat menuju Sofifi- Halmahera. Sumber: koleksi pribadi
Speed-boat menuju Sofifi- Halmahera. Sumber: koleksi pribadi
Kembali ada dua pilihan, naik speedboat atau feri. Beda cepat, beda harga. Naik speedboat sekitar 45 menit dikenakan biaya Rp 250 ribu. Tapi jika gabung dengan penumpang lain, tentu lebih murah.

Jika naik feri roro dengan durasi 90 menit cukup bayar Rp 24,000/org. Untuk feri tentunya mengikuti jadwal yang ada, sedangkan speedboat bisa langsung berangkat.

Perjalanan panjang belum berakhir. Dari Sofifi ke Tobelo terbentang sepanjang 190 km. Dengan kondisi jalan antar kabupaten yang belum semuanya mulus, maka masih sekitar 4 jam untuk tiba di kota Tobelo. Suatu perjalanan dari pagi subuh sampai sore hari.

Jalan di tepi laut menuju Tobelo. Sumber: koleksi pribadi
Jalan di tepi laut menuju Tobelo. Sumber: koleksi pribadi
Pulang kampung alias pulkam memang suatu perjalanan yang memberikan sensasi tersendiri. Suatu perasaan yang bercampur-aduk antara haru, senang dan lain-lain menjadi satu.

Bagi penulis, yang pekerjaannya selama ini lebih sering bepergian ke berbagai negara lain, tidak ada perjalanan seindah, semenyenangkan, dan seromantis perjalanan pulang kampung.

Sepanjang jalan kenangan menuju kota kelahiran pasti akan sulit dilupakan. Dalam kesibukan kerja, semua kenangan itu mungkin sejenak terlupakan. Tapi ketika roda pesawat menyentuh landasan di Ternate atau di Kao; suara mesin speed-boat menderu menuju Halmahera; dan roda-roba mobil melaju menuju Tobelo, semua kenangan masa lalu seakan berebutan muncul dalam ingatan. As if it was just yesterday.

Pemandangan khas di Tobelo. Sumber: koleksi pribadi
Pemandangan khas di Tobelo. Sumber: koleksi pribadi
Wajah kota, pelabuhan, jalanan, rumah-rumah lama, sekolah, yang meskipun sebagian telah berubah, semuanya seakan menyapa ramah. Seolah menyambut sang anak kampung yang kembali ke rumah.

Ah, jadi kapan bisa pulang kampung....

Semoga bisa segera pulkam nanti dan kembali bercerita tentang kampungku. Sebuah kampung bernama "Gamsungi" di kota Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

Kelapa Gading, 20 September 2020
Oleh: Tonny Syiariel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun