HRC terus berkembang menjadi ikon budaya kontemporer. Dengan tema musik yang begitu kuat, HRC tidak lagi sekedar kafe tempat kongkow sambil mendengarkan live music. HRC bahkan telah menjadi sebuah destinasi wisata itu sendiri.
Meskipun saat ini bermunculan berbagai kafe tematik lainnya yang keren dan selalu menjadi buruan para turis milenial, namun HRC seolah sudah berada di posisi yang berbeda.
Dalam perjalanannya, HRC memang mengeluarkan berbagai produk merchandising yang laris manis untuk menciptakan suatu 'emotional engagement'Â dengan para pengunjung setianya. Hal ini kemudian menciptakan suatu kelompok pecinta produk HRC (kolektor) di berbagai negara.
Sejak tahun 1980-an, banyak orang yang melancong dengan tujuan mengunjungi satu demi satu outlet HRC. Lalu dari setiap outlet yang dikunjunginya, mereka selalu membeli sesuatu sebagai tanda mata -- tergantung minat masing-masing.
Tentu saja, bagi para kolektor dan pecinta HRC sejati, mereka tidak hanya mampir ke Rock Shop-nya, tapi juga mampir ke kafenya. Setidaknya, menyantap HRC legendary steak burger dan segelas bir dingin. Dan jika waktu memungkinkan, pasti akan melewatkan malam sambil menikmati live music.
Penulis sendiri mengenal nama HRC ketika pertama kali ke Bangkok dan singgah di HRC di ibukota Thailand itu yang berlokasi di komplek Siam Square. Dan sejak itulah kebiasaan untuk selalu mengunjungi setiap HRC di berbagai kota yang penulis kunjungi berlanjut sampai kini.
Apakah HRC tidak mempunyai saingan? Sudah pasti pernah ada. Meskipun, para pesaing itu mempunyai konsep tematik yang berbeda. Kalau HRC bernuansa musik rock n roll, maka dua pesaing lainnya menggunakan tema dari industri film Hollywood yang glamor dan dunia fashion yang gemerlapan.
Adalah Planet Hollywood, jaringan resto tematik yang menampilkan nuansa dunia perfilman ala Hollywood, yang sempat dibuka dimana-mana. Jika HRC fokus ke dunia musik, Planet Hollywood memilih industri perfiliman sebagai tema kafenya.