Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sumba, Lanskap Menawan Tanpa Polesan

10 Agustus 2020   20:08 Diperbarui: 13 Agustus 2020   05:03 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Savana di Sumba Timur. Sumber: Koleksi pribadi

Jika pulau-pulau di Indonesia diibaratkan untaian ratna mutu manikam, maka Sumba pasti salah satu permatanya yang cemerlang. Betul, Sumba!

Ketika pertama kali mendengar nama Sumba disebut sebagai destinasi berikut sebagai tujuan 'photo hunting trip' selanjutnya, tanpa berpikir dua kali, penulis langsung respons cepat di grup WhatsApp tersebut, "Saya ikut!". Dan sejak saat itu jugalah imaji-imaji memesona dari salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini seakan membayang di depan mata. Penantian hari keberangkatan pun seakan berjalan begitu lambat.

Akhirnya, hari yang telah lama dinanti pun tiba. Dari Jakarta ke Sumba, penulis memilih transit via bandara Ngurah Rai, Denpasar, kemudian melanjutkan penerbangan ke Waingapu di Sumba Timur. Posisi tempat duduk di dekat jendela memberikan bonus pemandangan aduhai.

Pulau Sumba terlihat kering tapi eksotis. Dan Nam Air dengan nomor penerbangan IN-662 sungguh mengesankan - tepat waktu!  Hanya 1 jam 20 menit kami pun mendarat mulus di bandara Umbu Mehang Kunda.

Langit Sumba pun terlihat begitu cemerlang, seakan menyambut kami. Inilah salah satu destinasi impian para fotografer lanskap maupun pecinta perjalanan. Begitu juga para sineas kenamaan makin kerap bertandang ke pulau ini memilih lokasi terbaik untuk syuting film-film mereka.

Panorama khas Sumba. Sumber: Koleksi pribadi
Panorama khas Sumba. Sumber: Koleksi pribadi
Bandara Umbu Mehang Kunda - Waingapu adalah pintu gerbang utama untuk masuk ke wilayah Sumba Timur. Sedangkan di wilayah Sumba Barat, ada bandara Tambolaka. Kedua bandara dilayani beberapa penerbangan dari Denpasar, Bali, misalnya Nam Air, Wings Air, dan Garuda yang hanya mendarat di Tambolaka.

Dari bandara menuju Hotel Padadita yang berlokasi di tepi pantai hanya sekitar 15 - 20 menit. Meskipun diberikan waktu untuk beristirahat di hotel, tapi sepertinya semua peserta sudah tidak sabar untuk memulai petualangan di pulau ini.

Waingapu adalah ibukota Kabupaten Sumba Timur. Dengan populasi sekitar 52,755 jiwa, Waingapu pun menjadi kota terbesar di Sumba Timur dan sekaligus terpadat di seluruh pulau Sumba. 

Dalam kunjungan selama empat hari, di awal November 2018 lalu itu, penulis hanya mengunjungi wilayah Sumba Timur. Awalnya, waktu empat hari diperkirakan cukup, tetapi ternyata masih kurang. Pesona Sumba terlalu indah untuk dinikmati ala fast food.

Bukit Wairinding, Sumba. Sumber: Koleksi pribadi
Bukit Wairinding, Sumba. Sumber: Koleksi pribadi
Sore itu Sumba sungguh menawan. Inilah saat yang tepat menuju Bukit Wairinding, spot pertama yang bisa ditempuh sekitar satu jam dari hotel. Mengingat terbatasnya transportasi umum, maka solusi satu-satunya selama di Sumba adalah menyewa mobil semacam Avansa atau Innova termasuk Lewis Hamilton-nya. Jago ngebut!

Lanskap Wairinding sungguh menakjubkan. Hamparan savana yang tersaji begitu memanjakan mata, seakan enggan berkedip menatapnya. Pesona inilah yang telah berhasil menggoda banyak sineas ternama untuk menjadikannya sebagai salah satu lokasi syuting film di tanah Sumba. Film "Pendekar Tongkat Emas", yang digarap sineas Mira Lesmana dan Ifa Isfansyah, adalah salah satu di antaranya.

Sebagaimana kita ketahui, setiap lokasi syuting film akan ikut membantu mengangkat nama destinasi tersebut ke pentas pariwisata nasional. Sumba pun makin dikenal secara luas, baik di dalam negeri, maupun  secara internasional.

Destinasi Sumba pun juga mulai rutin 'dijual' di berbagai pasar wisata internasional oleh beberapa biro perjalanan terkemuka dari Indonesia, termasuk oleh travel agent di Sumba.

Baca juga, "Antara Lokasi Syuting Film dan Destinasi Wisata."

Bukit Wairinding, Sumba Timur. Sumber: Koleksi pribadi
Bukit Wairinding, Sumba Timur. Sumber: Koleksi pribadi
Menariknya, bukit yang bak permadani alam ini mempunyai pesona berbeda di musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim kemarau warna rumput akan didominasi kuning kecoklatan, sedangkan di musim penghujan, warna hijau menyegarkan. Namun di musim apapun, waktu terbaik mengunjunginya adalah jelang matahari terbenam di ufuk barat. Para pemburu sunset pasti selalu menikmati sensasi matahari terbenam dari atas bukit ini.

Lanskap Sumba telah lama menggoda imajinasi penulis akan sebuah perjalanan fotografi yang berbeda. Meskipun untuk itu, ada perjuangan yang harus dilalui. Baik medan yang tidak selalu mulus, maupun waktu berburu foto yang tidak biasa. Semua proses itu adalah bagian dari setiap perjalanan yang tidak terlupakan.

Objek-objek wisata di Sumba bertebaran di seantero pulau, dari timur ke barat. Di sekitar Waingapu, selain Bukit Wairinding, masih terdapat dua bukit lainnya, yaitu Bukit Tenau dan Bukit Persaudaraan. Begitu juga Pantai Walakiri, yang menjadi favorit para pemburu foto, hanya sekitar 30 menit perjalanan.

Namun dua objek wisata lainnya yang telah masuk dalam itinerary, yakni Pantai Watu Parunu dan Air Terjun Tanggedu, berlokasi lebih jauh. Tapi keduanya menyimpan keindahan yang jangan sampai terlewatkan. Kalau Watu Parunu terkenal sebagai lokasi menyambut sunrise, maka Air Terjun Tanggedu juga populer karena keunikan lokasinya di antara tebing-tebing.

Pantai Walakiri, Sumba Timur. Sumber: Koleksi pribadi
Pantai Walakiri, Sumba Timur. Sumber: Koleksi pribadi
Spot favorit yang sudah begitu viral di jagat sosmed maupun blog fotografi adalah Pantai Walakiri. Inilah objek wisata unik yang begitu hits di mata pehobi fotografi lanskap maupun pemburu foto instagrammable. Bahkan demi mendapatkan foto-foto dengan nuansa berbeda, maka penulis dan teman-teman komunitas fotografer saat itu mendatanginya dua kali!

Walakiri hanya berjarak sekitar 23 km atau 30 menit dari kota Waingapu. Lokasi ini begitu ideal untuk menunggu matahari terbenam dan juga menarik ketika menyambut matahari terbit. Namun, bagi penulis sendiri, Walakiri lebih memukau ketika menunggui matahari pelan-pelan menghilang di bawah garis horizon. 

Pantai Walakiri memiliki keindahan yang begitu berbeda. Jika pantai lain populer karena pasir putihnya. Lalu, yang lainnya terkenal dengan formasi batu karang nan keren. Bagaimana dengan Walakiri? Inilah yang unik. Inilah bedanya!

Walakiri menjadi sangat tersohor karena keunikan pohon-pohon mangrove kerdil di bibir pantai. Pohon-pohon yang melengkung artistik seakan berdansa. Bak 'dancing trees' yang fotogenik! 

Keunikannya sukses menyihir kami untuk berlama-lama di sini, mulai air laut masih surut hingga pasang datang. Mulai petang benderang, sampai matahari terbenam. Bahkan besok paginya, ketika kota Waingapu masih terlelap, kami sudah melaju ke pantai ini lagi untuk menyambut pagi. Semuanya demi hasil foto cetar yang diinginkan.

Pantai Watu Parunu. Sumber: Koleksi pribadi
Pantai Watu Parunu. Sumber: Koleksi pribadi
Pantai lain yang tidak kalah menawan adalah Watu Parunu yang berada di sisi paling timur Pulau Sumba. Meskipun berada cukup jauh dari Waingapu atau sekitar 135 km, tapi Watu Parunu memang layak masuk dalam daftar kunjungan wajib bila ke Sumba.

Watu Parunu dikenal karena keunikan tebing batu berlubang dan dinding tebing putihnya yang meliuk nan elok. Namun untuk melewati batu berlubang menuju ke tebing batu ini, pastikan datang ketika air pantai sedang surut. 

Nama pantai ini rupanya mempunyai cerita tersendiri. Siapapun yang melewati batu berlubang ini akan berjalan dengan menunduk. Warga sekitar pun menamakannya 'Watu Parunu'. Watu artinya batu dan Parunu mempunyai arti berjalan menunduk.

Selain dua pantai di atas, ada satu lagi objek wisata yang telah menjadi destinasi favorit para wisatawan yang ke Sumba, yakni Air Terjun Tanggedu, yang disebut-sebut sebagai "Grand Canyon" dari Sumba Timur.

Savana di Sumba Timur. Sumber: Koleksi pribadi
Savana di Sumba Timur. Sumber: Koleksi pribadi
Meskipun hanya berjarak sekitar 46 km atau 1.5 jam dari Waingapu ke desa Tanggedu. Namun, dari desa yang agak terpencil ini ke air terjun masih harus trekking hampir satu jam yang cukup mengasyikan. 

Rute sepanjang 2.5km melintasi kali kecil, naik turun bukit dan melewati padang savana yang eksotis. Kawasan sekitar air terjun pun masih sangat alami. Apalagi yang suka nyebur. Air bening kebiruan itu sungguh tidak tertahankan. Byur...

Air Terjun Tanggedu. Sumber: Koleksi pribadi
Air Terjun Tanggedu. Sumber: Koleksi pribadi
Sumba Timur tentunya tidak hanya soal keindahan alamnya, tapi juga kekayaan budaya lokalnya. Bagi yang suka sejarah, seni dan budaya Sumba, jangan lupa mengunjungi Kampung Adat Praiyawang (Desa Rende), yang bisa disinggahi ketika kembali dari Watu Parunu. 

Di kampung adat tradisional ini, Anda bisa melihat bangunan pemakaman zaman megalitikum, rumah adat Sumba, serta berbelanja kain tenun khas Sumba yang istimewa.

Sumba memang bukan Bali. Kalau Bali diibaratkan primadona yang telah menguasai panggung pertunjukan. Maka Sumba bak seorang gadis bersahaja tanpa polesan, tapi menyimpan pesona asli yang menawan hati. Ibarat calon bintang yang masih perlu dijaga, dipoles, dan dikembangkan potensinya. Calon bintang yang siap naik panggung!

Kelapa Gading, 10 Agustus 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto adalah koleksi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun