Dan berdasarkan data ICCA (International Congress & Convention Associaton) pada 2018, yang sempat dikutip Kompas.com pada 3 Juni 2020, Wisatawan MICE memiliki kemampuan pengeluaran sekitar 2.000 dolar AS per hari dengan rata-rata lama menginap selama lima hari. Bahkan banyak pengamat meyakini tingkat pengeluaran bisa jauh lebih besar dari angka tersebut.
"Ada 96,43% acara dilakukan penundaan dan 84,20% lainnya dibatalkan dari 17 Provinsi," kata Iyung Masrurah kepada CNBC Indonesia, Kamis, 18 Juni 2020 lalu.
Dari situs Dyandra Promosindo, salah satu penyelenggara MICE terbesar di Indonesia, beberapa pamerannya sudah dipastikan batal, sambil menunggu situasi lebih kondusif.
Dan sebagiannya lagi telah dijadwal kembali hingga 2021. Meskipun demikian, ada juga yang akan tetap dijalankan sesuai protokol kesehatan Kenormalan Baru atau dengan cara lebih inovatif.
Indonesia International Furniture Expo (IFEX), misalnya, yang merupakan Pameran Mebel dan Kerajinan B2B (business to business) terbesar di Indonesia dan kawasan regional, berani melakukan terobosan inovatif dengan tetap menyelenggarakan pameran IFEX 2020 secara digital.
Menarik bukan? Dengan inovasi ini, para buyers dan exhibitors tetap bisa saling berinteraksi melalui laman resmi IFEX 2020. Di situs tersebut, para buyers bisa memilih referensi produk dan kategori yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Sungguh inovatif!
Sementara pameran besar lainnya, yang masih di bawah payung Dyandra, yakni “IIMS Motorbike Show 2020”, akan tetap digelar pada 2 - 4 Oktober 2020 di JIExpo Kemayoran.
Pameran ini akan dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat, mulai dari pengecekan suhu tubuh, penggunaan masker atau face shield, menerapkan physical distancing, dan menyediakan lokasi cuci tangan atau hand sanitizer. Selain itu, pihak penyelenggara juga memastikan floor plan disesuaikan dengan standard baru, termasuk gateway selebar 3 meter, hingga penerapan crowd control.
Namun, jika pandemi ini tidak menunjukan perubahan signifikan, bukan tidak mungkin protokol kesehatan ala New Normal pun tidak cukup meyakinkan. Boleh jadi, itulah pertimbangan dari Messe Berlin (Singapore) yang akhirnya memilih ‘go virtual’ daripada terjebak pada ketidakpastian yang panjang.
Kembali ke pilihan Go Virtual ternyata bukan Messe Berlin (Singapore) yang menjadi pionir di wilayah ASEAN. Sepanjang bulan Juni – Juli bahkan sudah ada dua kali 'Virtual Travel Mart’, yang masing-masing diselenggarakan oleh ITLF (Indonesian Tour Leaders’ Forum) dan ASTINDO (Asosiasi Travel Agent Indonesia).