Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Istanbul, Metropolis di Antara Dua Benua

15 Juli 2020   19:15 Diperbarui: 18 Juli 2020   13:55 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Istanbul sangat berliku, penuh gejolak, tapi sekaligus sangat menarik ditelusuri. Pada sekitar tahun 660 SM, kota ini dikenal dengan nama Byzantium. Ketika kota ini jatuh ke tangan kekuasaan Romawi, namanya pun diganti menjadi Konstantinopel di tahun 330 M. 

Kaisar Konstantin lalu menjadikannya sebagai ibu kota Romawi Timur. Namun, kedatangan bala tentara Ottoman (Utsmaniyah) pada tahun 1453, akhirnya menaklukkan kota ini dan selanjutnya menyebutnya “Istanbul”, yang artinya “Maju Terus ke Kota”.

Menuju Selat Bosphorus yg sibuk (Sumber: Koleksi pribadi)
Menuju Selat Bosphorus yg sibuk (Sumber: Koleksi pribadi)
Dengan letak geografisnya yang begitu strategis di Selat Bosphorus, yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara, persis di antara benua Eropa dan Asia, maka sejak dulu kota ini telah menjadi pusat persimpangan lalu lintas perdagangan dan jadi rebutan berbagai kekuatan besar. Mulai dari imperium Romawi sampai Kekaisaran Ottoman. 

Meskipun Istanbul bukan ibu kota negara Turki, tapi kota berpenduduk sekitar 15,5 juta ini adalah kota terbesar dan merupakan kota tujuan bisnis maupun wisata nomor satu di negara Turki.

Di musim panas yang terik, temperatur bisa sekitar 35 celcius di Istanbul, tapi lihatlah di kawasan sekitar Hippodrome, Masjid Biru, Hagia Sophia sampai Istana Topkapi. Turis di mana-mana! 

Terik matahari tetap tidak mampu mengalahkan hasrat untuk menyaksikan kebesaran sejarah kota 1001 kisah ini. Kawasan wisata bersejarah sekitar Hippodrome ini masuk urutan pertama yang wajib dikunjungi kalau ke Istanbul. Objek-objek wisata ini pun kebetulan berada di lokasi yang berdekatan satu dengan yang lain.

Starting point terbaik untuk wisata di kawasan historis ini sebaiknya dimulai dari Hippodrome, salah satu warisan historis dari imperium Romawi. Dibangun oleh Septimius Severus, setelah Circus Maximus di Roma, pada tahun 203 dan baru selesai 100 tahun kemudian di era Kaisar Konstantin. 

Pada masanya, Hippodrome yang dikeliling tembok tinggi dengan tribun di tiga sisinya dan tribun kaisar di sisi lainnya, mampu menampung sampai 100,000 penonton. 

Di tengahnya dibangun trek balapan kereta kuda, tetapi gara-gara arena balapan ini mulai didompleng kepentingan politik, maka arena balapan itu akhirnya dilarang. Hippodrome selanjutnya hanya dijadikan tempat upacara dan parade.

Masjid Biru (Sumber: www.wikimedia.org.)
Masjid Biru (Sumber: www.wikimedia.org.)
Dari Hippodrome hanya berjalan kaki menuju Masjid Biru, yang merupakan salah satu masjid paling terkenal dan terindah di dunia. 

Masjid Biru, yang resminya disebut Masjid Sultan Ahmet, adalah karya masterpiece dari Mehmed Aga, arsitek terkenal dan murid Sinan, seorang arsitek kenamaan di era Ottoman. Masjid Biru mulai dibangun tahun 1609 dan diresmikan oleh Sultan Ahmed I tujuh tahun kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun