Jakarta juga disebut kota yang sangat 'melting pot' alias beragam kultur yang menyatu di kota ini. Keberagaman ini tercermin dari ratusan jenis kuliner yang disajikan ribuan restoran, kafe, warung, dll. Dari Indonesia timur hingga barat. Semua masakan khas Manado, Makassar, Sunda, Jawa, Madura, Flores, Palembang, Padang, Batak, Aceh, dll, ada di kota yang nyaris tidak pernah tidur ini.
Kini di usianya yang jelang lima abad, tantangan Jakarta kian beragam. Sejak tahun 1960, sudah 14 Gubernur yang mengurus ibukota ini. Dari era Soemarno Sosroatmodjo, hingga Anies Baswedan. Tapi hingga kini, masih banyak 'pe-er' yang belum selesai, misalnya pertumbuhan kawasan urban yang begitu pesat, ruang terbuka hijau yang menyempit, kemacetan yang tak kunjung hilang dan ancaman banjir tahunan yang rutin datang.
Dan ancaman serius lainnya, kota ini sedang 'tenggelam' rata-rata 17 cm per tahun. Sebuah status tidak mengenakkan pun disematkan ke Jakarta sebagai salah satu dari "the fastest-sinking capitals in the world." Boleh jadi, itulah sebabnya, pada Agustus 2019 lalu, Presiden Jokowi mengumumkan rencana pemindahan ibukota ke Kalimantan Timur.
Jika pada akhirnya status ibukota pindah ke manapun, cintaku tidak akan pernah berpindah. Setelah tinggal di kota ini lebih dari tiga dekade, Jakarta sudah menjadi kampung halaman keduaku, setelah kampung asli tempat lahir beta. Jakarta is my city. My love!
Dirgahayu ke-493 Tahun Kota Jakarta Tercinta!
Jakarta, 22 Juni 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Referensi:
1) Heuken SJ, Adolf: "Historical Sites of Jakarta", Cipta Loka Caraka, Jakarta, 1983
2) Hakim, Abdul: "Jakarta Tempo Doeloe", PT.Metro Pos, Jakarta, 1988
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H