Pengaruh kedua, yaitu manajemen waktu yang tidak tepat. Sejauh ini masalah pengaturan waktu dan jadwal penyelesaian tugas-tugas di kantor, boleh dikatakan dapat saya lakukan dengan baik.
Permasalahannya adalah saya kurang bijak dalam menentukan volume kerja dan mengatur alokasi waktu untuk diisi dengan hal-hal positif lain di luar jam kerja.
Apalagi saya adalah tipe orang pekerja yang cukup perfeksionis. Mengerjakan sesuatu harus total dan tuntas. Hal ini yang membuat saya kadang pulang kantor selalu molor jika pekerjaan masih menumpuk dan sudah dikejar deadline.
Kadang terlalu memaksakan diri hingga kondisi fisik sudah kurang fit karena banyak energi yang terkuras.
Seharusnya bagaimana pun perlu ditetapkan target waktu untuk setiap item tugas dan berusaha untuk merealisasikannya sesuai porsinya.
Seperti contoh, jam sekian saya sudah harus selesai mengerjakan tugas A, B dan C. Jam sekian saya sudah harus pulang. Jam sekian saya harus buat ini atau itu (membaca dan menulis misalnya).
Jadi kuncinya adalah bijaksana dalam mengukur volume dan alokasi jam kerja. Jika hal ini sudah diatur sebijak mungkin sesuai porsi diri maka hal positif lain di luar jam kerja pun bisa diatur untuk dimanfaatkan untuk menambah faedah bagi diri sendiri.
Salah satu upaya untuk menjadikan budaya literasi sebagai gaya hidup adalah selalu punya waktu khusus untuk meningkatkan kemampuan literasi.
Membangun mindset bahwa bukan soal ada atau tidaknya waktu luang yang tersisa, tapi bagaimana cara menyisihkan waktu untuk dimanfaatkan dengan baik.
Inilah yang sementara saya perbaiki dan mulai bangun perlahan-lahan meski sulit untuk memulai. Yakin pasti bisa. Jika Anda juga merasakan pengalaman yang sama cobalah agar mulai bijak-bijak dalam menyikapinya.
Salam..