Mohon tunggu...
TONNY E. NUBATONIS
TONNY E. NUBATONIS Mohon Tunggu... Lainnya - - Visi Raja, Hati Hamba, Mental prajurit -

_MENULIS UNTUK BELAJAR DAN BERBAGI_ *Tertarik dengan Keuangan Perkoperasian, Literasi Keuangan, Bisnis, Investasi dan Financial Freedom*.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sibuk Kerja dan Tak Ada Waktu Luang Kembangkan Diri, Bisa Jadi Ini Penyebabnya...

15 Mei 2021   15:10 Diperbarui: 15 Mei 2021   17:42 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesibukan di dunia kerja terkadang tidak menyisakan waktu luang untuk mengerjakan atau mengambangkan hal-hal positif lainnya di luar jam kerja (ilustrasi: liputan6.com)

Hampir tidak ada alokasi waktu untuk membaca dan menulis lagi, sebab selepas pulang kerja, waktu tersisa yang saya pakai hanya untuk istirahat.

Hingga akhir-akhir ini saya pun merenungkan kembali masa-masa kejayaan produktivitas literasi yang baik semasa kuliah dulu.

Timbul niat yang kukuh dalam benak bahwa saya harus memulai kambali kebiasaan itu. Membangun dan memelihara kembali produktivitas literasi sehingga menjadi sebuah gaya hidup yang positif.

Sebab tidak bisa dielakkan bahwa literasi memiliki sejuta manfaat bagi diri sendiri yang sebenarnya juga sangat amat berguna di dunia kerja.

Saya pun menyadari bahwa ada 2 alasan esensial dan krusial yang menjadi penyebab.

Kesibukan di dunia kerja terkadang tidak menyisakan waktu luang untuk mengerjakan atau mengambangkan hal-hal positif lainnya di luar jam kerja (ilustrasi: liputan6.com)
Kesibukan di dunia kerja terkadang tidak menyisakan waktu luang untuk mengerjakan atau mengambangkan hal-hal positif lainnya di luar jam kerja (ilustrasi: liputan6.com)
Pertama, kurang bijaksana dalam menentukan volume kerja. Kita tahu sendiri kan namanya juga kalau baru mulai masuk dalam dunia kerja, pastinya memiliki semangat yang membara dan dedikasi yang tinggi sehingga benar-benar "over dosis semangat kerja atau mabuk kerja".

Ujung-ujungnya malah kelelahan, kecapaian dan tidak mempunyai energi ekstra untuk melakukan hal positif lain.

Sebenarnya perlu bijaksana. Saya sering diberi saran oleh teman kerja dan teman semasa kuliah agar bijak dalam menentukan volume kerja.

Bijaksana dalam hal ini, yakni bekerja menyesuaikan dengan porsi kekuatan dan kemampuan diri. Sebab, misalnya saja jika jatuh sakit maka kita sendiri yang rugi. Rugi uang, rugi waktu dan rugi kesempatan.

Seharusnya ritme kerja diatur sedemikian rupa sehingga progres kerja yang dicapai selalu stabil dan perlahan-lahan naik, bukannya nanti malah menurun.

Meminjam kata pepatah orang Kupang, yaitu "jang panas-panas ta'i ayam sa", dalam artian bahwa "kita tidak hanya luar biasa baik di awal saja, tapi progres akan menurun seiring waktu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun