Hampir tidak ada alokasi waktu untuk membaca dan menulis lagi, sebab selepas pulang kerja, waktu tersisa yang saya pakai hanya untuk istirahat.
Hingga akhir-akhir ini saya pun merenungkan kembali masa-masa kejayaan produktivitas literasi yang baik semasa kuliah dulu.
Timbul niat yang kukuh dalam benak bahwa saya harus memulai kambali kebiasaan itu. Membangun dan memelihara kembali produktivitas literasi sehingga menjadi sebuah gaya hidup yang positif.
Sebab tidak bisa dielakkan bahwa literasi memiliki sejuta manfaat bagi diri sendiri yang sebenarnya juga sangat amat berguna di dunia kerja.
Saya pun menyadari bahwa ada 2 alasan esensial dan krusial yang menjadi penyebab.
Ujung-ujungnya malah kelelahan, kecapaian dan tidak mempunyai energi ekstra untuk melakukan hal positif lain.
Sebenarnya perlu bijaksana. Saya sering diberi saran oleh teman kerja dan teman semasa kuliah agar bijak dalam menentukan volume kerja.
Bijaksana dalam hal ini, yakni bekerja menyesuaikan dengan porsi kekuatan dan kemampuan diri. Sebab, misalnya saja jika jatuh sakit maka kita sendiri yang rugi. Rugi uang, rugi waktu dan rugi kesempatan.
Seharusnya ritme kerja diatur sedemikian rupa sehingga progres kerja yang dicapai selalu stabil dan perlahan-lahan naik, bukannya nanti malah menurun.
Meminjam kata pepatah orang Kupang, yaitu "jang panas-panas ta'i ayam sa", dalam artian bahwa "kita tidak hanya luar biasa baik di awal saja, tapi progres akan menurun seiring waktu".