Suatu sikap penyerahan segala "hak pribadi/hidupnya" secara utuh untuk diatur oleh tuan atau majikannya. Dari arti tersebut, dapat disimpulkan bahwa hamba sejatinya sama dengan seorang budak.
Hal ini berarti bahwa sang hamba/budak tersebut benar-benar menyangkal dirinya dan tidak berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur atau menyatu dengan hak tuannya.
Hamba atau budak secara gamblang didefinisikan sebagai seseorang yang telah kehilangan segalanya di dunia ini. Kemerdekaannya telah dirampas, musnah, dan hampa.
David Watson mengatakan " seorang budak adalah seorang yang sama sekali tidak memiliki kepentingan diri sendiri. Dalam ketaatan penuh kerendahan hati, ia hanya bisa berkata dan bertindak atas nama tuannya. Dalam hal ini tuannya berbicara dan bertindak melalui dia".
Karakter hamba yang perlu diadopsi oleh seorang pemimpin
Dalam kepemimpinan seorang pemimpin, peran hatinya merupakan salah satu elemen yang sangat penting. Hal ini dikarenakan apapun tindakan konkritnya, sebagian besar merupakan wujud dari peranan hatinya.Â
Jika hati dikuasai oleh kejahatan, ketidakadilan, kekerasan dan segala bentuk perasaan menyimpang lainnya maka sangat memungkinkan manifestasi kepemimpianan yang selaras dengan perasaan menyimpang tersebut.
Itulah sebabnya seorang yang ingin menjadi pemimpin yang baik dan benar perlu menata hatinya menjadi yang baik pula.
Memilih seorang pemimpin pun perlu melihat sejauh mana kekuatan positif dalam hati yang termanifestasi lewat tindakan konkritnya. Oleh karena itu, pemimpin yang memiliki hati seperti seorang hamba menjadi prinsip utamanya. Â
Seseorang pernah berkata, "seorang pemimpin besar yang baik adalah dia yang memiliki karakter seorang pemimpin dan hati seperti seorang hamba". Saya setuju.