Mohon tunggu...
Tonny Priangan
Tonny Priangan Mohon Tunggu... Sejarawan - Cultural Studies Student

Suka menghirup nafas sejarah

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seandainya Hari Nyepi Dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta

4 Maret 2022   16:00 Diperbarui: 4 Maret 2022   16:22 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Nyepi sangat identik dengan kultur di Bali. Dimana hari Nyepi adalah momentum untuk merefleksikan diri dari seluruh aktivitas selama setahun, sekaligus momen untuk berkumpul bersama keluarga. Dibalik hari Nyepi terdapat fakta menarik yang patut kita renungkan tentang masa depan bumi. 

Bumi yang kita hidupi semakin hari, semakin memilukan. Bahkan kita selalu disuguhi oleh media perihal ancaman terbesar bila bumi mengalami peningkatan suhu sebesar dua derajat yang berakibat pada pemanasan global. 

Sehingga membuat kita selalu mengurangi polusi ataupun aktivitas yang dapat mengeluarkan emisi karbon secara berlebihan. Sementara Nyepi di Bali, setidaknya mampu mengurangi polusi meskipun dilaksanakan hanya sehari.

Lantas bagaimana jika Nyepi dilakukan di wilayah saya sendiri, yakni Jakarta? Hal itu sangat mungkin dilakukan bila pemerintah Jakarta serius menangani persoalan emisi karbon dari polusi kendaraan. Sebab menurut catatan kompas[1] saja, wilayah Jakarta merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar di Indonesia. 

Kontribusi emisi karbon dari polusi udara Jakarta di sektor transportasi sebesar NOx 72,4 persen, CO 92,36 persen, PM10 57,99 persen dan PM2,5 67,03 persen. Sedangkan sektor industri pengolahan menyumbang polutan SO2 dan terbesar kedua pada NOx, PM10 dan PM2,5. Sehingga selain kendaraan, menjadikan industri sebagai penyumbang polusi terbesar di Jakarta. 

Pemerintah Jakarta selalu berupaya untuk mengurangi emisi karbon dari polusi udara. Seperti berupaya mengubah pola pikir masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum, peningkatan kendaraan listrik, dan ganjil genap kendaraan bermobil. Sehingga dari sekian kebijakan tersebut diharapkan masyarakat beralih menggunakan transportasi umum.

Akan tetapi hal itu tidak menyurutkan sebagian masyarakat sepenuhnya menggunakan transportasi umum. Semisal aturan ganjil genap, sudah jelas bahwa pembatasan kendaraan berlaku sampai jam 20.00 Wib sesuai dengan nomor plat kendaraan. Namun masih banyak masyarakat Jakarta yang mengakali aturan itu. Seperti halnya menunggu jalan hingga selesai pemberlakuan ganjil genap. 

Belum lagi kita akan menemui dua mobil dengan nomor kendaraan yang berbeda di setiap rumah kelas menengah Jakarta. Seiring pendapatan upah yang tinggi di Jakarta, membuat kepemilikan masyarakat akan kendaraan bermobil sebesar 3.365.467 pada periode 2021.[2] Data demikian memang berbanding jauh dengan provinsi Bali yang hanya sebesar 465.282 pada 2021.[3] 

Sebagai solusi alternatif, saya menyarankan bahwa pemerintah Jakarta bisa mengikuti Bali yang melaksanakan Nyepi satu hari saja setiap tahunnya. Bukan untuk menanamkan nilai-nilai adat dan keagamaan seperti di Bali, melainkan melaksanakan Nyepi untuk mengurangi emisi karbon dari polusi udara Jakarta. 

Di Bali pada hari Nyepi dapat mengurangi emisi karbon sebesar 20.000 ton, sekaligus menghemat penggunaan listrik sebesar 60% dalam sehari.[4] Contoh yang bagus untuk Jakarta dan wilayah Indonesia lainnya. 

 

Skenario Nyepi di Jakarta

Begini skenarionya bila Jakarta melaksanakan Nyepi dalam sehari; pemerintah wajib mengerahkan Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) begitupula organisasi masyarakat seperti Forum Komunikasi Anak Betawi (FORKABI), dan Forum Betawi Rempug (FBR) ataupun karang taruna setiap Rukun Warga (RW) sebagai pemantau aktivitas masyarakat di setiap wilayah gang-gang kecil sekalipun. 

Tentunya selain meraka yang bertugas pemantau, masyarakat lainnya tidak diperbolehkan beraktivitas di luar rumah selama Nyepi. Jika melanggar akan dikenai sanksi berupa sanksi sosial ataupun denda seturut kesepakatan sebelumnya. Polda Metro Jaya juga turut wajib menjaga perbatasan Jakarta agar masyarakat luar Jakarta tidak mengunjungi Jakarta saat Nyepi.

Pusat mobilitas sosial berupa supermarket, mall, minimarket, pasar, kantor, pabrik, toko-toko, dan transportasi umum dihentikan sementara dan hanya tetap buka bagi objek vital seperti rumah sakit, pemadam kebakaran, dan polsek. Untuk beribadah bagi masyarakat Jakarta sementara bisa dilakukan di rumah terlebih dahulu. Atau sekiranya, diperbolehkan beribadah asalkan tempat peribadatan tidak lebih satu kilometer jaraknya dari rumah. 

Jaringan data seluler juga turut dihentikan sementara agar mengurangi potensi kebisingan akibat bermain game online, karaoke, dan streaming. Jaringan seluler hanya digunakaan saat kondisi genting untuk menelpon rumah sakit, pemadam kebakaran, dan polsek. Sedangkan pada malam hari, tidak diperbolehkan menyalakan lampu dalam bentuk apapun.

Dengan demikian, kita akan merasakan manfaat seandainya Nyepi diberlakukan di Jakarta. Percaya saja sebelum tahun 2030, target 30-50% pengurangan emisi karbon akan terjadi. 

Manfaat selanjutnya bagi masyarakat Jakarta tentu sebagai momen refleksi diri dari segala ambisi, gengsi dan ego. Sekaligus merawat keharmonisan bersama keluarga di rumah tanpa keluar dari rumah sekalipun. Barangkali dengan pelaksanaan Nyepi ini, Jakarta turut berkontribusi mengurangi emisi karbon, begitupula menebus dosa atas penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia.

Lalu apakah Jakarta berniat melaksanakan hal itu? Atau malah wilayah lainnya? saya akan melempar pada kalian yang membaca. Meski tulisan ini dianggap hanya angan-angan saja, barangkali kedepannya melaksanakan hari Nyepi bisa menjadi solusi alternatif bagi pengurangan emisi karbon di Jakarta. Kalau memang serius, coba saja pemprov Jakarta belajar dari Bali.

Referensi:

[1] https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/11/14321471/data-pemprov-dki-kendaraan-bermotor-jadi-masalah-utama-pencemaran-udara?page=all 

[2] https://jakarta.bps.go.id/indicator/17/786/1/jumlah-kendaraan-bermotor-menurut-jenis-kendaraan-unit-di-provinsi-dki-jakarta.html

[3] https://bali.bps.go.id/indicator/17/250/1/banyaknya-kendaraan-menurut-jenisnya-dan-kabupaten-kota-di-provinsi-bali.html 

[4] https://stiki-indonesia.ac.id/2021/02/27/tahukah-kamu-hari-raya-nyepi-jadi-inspirasi-dunia/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun