"Kepala kau yang peyang!"
Mendengar celotehan warga yang beraneka ragam itu membuat hati geli mendengarnya. Dayang ikut tersenyum sambil membuatkan kopi buat para pelanggannya itu.
Lewat tengah hari, setelah menutup warungnya, Dayang kembali ke pondoknya yang sederhana. Betapa terkejutnya dia mendapatkan sesosok pemuda terbaring di dipannya. Sepertinya pemuda itu terluka dan pingsan. Dayang memberanikan diri mendekati pemuda itu. Saat tangan Dayang menyentuh badannya, sang pemuda terbangun dan memberontak. Dayang semakin panik dan ketakutan. Pemuda itu mengerang kesakitan dan akhirnya pingsan kembali.
"Siapa pemuda ini sebenarnya?" tanya Dayang dalam hati yang penuh keheranan.
Merasa iba akan kondisi sang pemuda yang malang itu, Dayang mencoba mengobati lukanya. Model pakaian yang dikenakan pemuda misterius itu sangat aneh. Bahannya keras dan kaku. Sarung tangan yang digunakan juga berbahan tidak lazim. Potongan rambutnya juga terlihat tidak biasa dengan pemuda kebanyakan di kampung itu.
Ternyata memang ada luka yang cukup dalam di dada sebelah kanannya. Â Dayang membersihkan luka itu dengan hati-hati dan menaburkan obat serta kemudian membalutnya. Pemuda itu masih pingsan hingga beberapa hari.
Pada hari ketiga, pemuda itu baru siuman. Raut wajahnya pucat dan badannya masih lemah. Dayang agak lega melihatnya. Disuguhkannya bubur hangat untuk memulihkan tenaga sang pemuda itu. Pemuda itu hanya tersenyum seolah ingin berterima kasih kepada Dayang yang telah merawatnya.
Pemuda itu belum berbicara sepatah kata pun sejak sadar dari pingsannya.
"Siapakah Abang ini?"tanya Dayang. Namun pemuda itu kembali tersenyum tanpa menjawab apa-apa.
Dayang mengira pemuda itu bisu sehingga tidak bisa merespon pertanyaannya. Walaupun demikian, dayang terus mencoba berbincang-bincang dengannya. Sang pemuda mendengar setiap obrolan Dayang dengan seksama. Sorotan matanya tampak bersinar seolah antusias dan senang menyimak semua bahan celotehan Dayang.
"Nanti kalau sudah sembuh, aku buatkan makanan enak, ya. Sementara ini, makan bubur aja dulu," kata Dayang tanpa berharap dijawab.