'Haaa...haaa....haa.. emangggg... itu kan sirih merah. Udah... jangan cerewet! Itu bagus untuk obatin batuk. Habisin tuh!"
"Tapi pahit banget, Ma!"
Badanku sampai bergetar menahan pahitnya tuh ramuan. Sementara mama tertawa geli melihat ekspresiku yang tidak karuan.
"Jekrekkk...!"
"Apaan sih, Ma? Kok difoto?"
"Abis lucu mukamu! Harus diabadikan dong. Jarang-jarang mukamu sekusut itu. Haaa..haaa..!"
Begitulah mama, ada-ada saja pokoknya! Tapi berkat ramuan "terkutuk" itu, besoknya aku sudah sembuh dan tidak terganggu oleh batuk lagi. Dan foto "candid" itu dicetak mama dan dipajang di ruang tamu. Ya Tuhan! Itu aib yang tak terperihkan!
Saat aku akan pergi merantau ke kota Jakarta untuk meneruskan pendidikan, mama mengantarkanku dengan bus umum. Sepanjang jalan aku tidak bersemangat karena sebentar lagi akan berpisah jauh dengan mama. Tiba-tiba...
"Ma... ada bau aneh nih."
"Diam aja! Mama yang kentut."
Perasaanku menjadi campur aduk. Antara menahan sedih dan menahan tertawa. Bisa-bisanya di moment yang demikian melankolis ada kejadian tak terduga itu. Aku pun tak tahan lagi untuk tertawa.