Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu Tawa Mama

16 Mei 2024   05:57 Diperbarui: 16 Mei 2024   06:02 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Haaa...haaa....haa.. emangggg... itu kan sirih merah. Udah... jangan cerewet! Itu bagus untuk obatin batuk. Habisin tuh!"

"Tapi pahit banget, Ma!"

Badanku sampai bergetar menahan pahitnya tuh ramuan. Sementara mama tertawa geli melihat ekspresiku yang tidak karuan.

"Jekrekkk...!"

"Apaan sih, Ma? Kok difoto?"

"Abis lucu mukamu! Harus diabadikan dong. Jarang-jarang mukamu sekusut itu. Haaa..haaa..!"

Begitulah mama, ada-ada saja pokoknya! Tapi berkat ramuan "terkutuk" itu, besoknya aku sudah sembuh dan tidak terganggu oleh batuk lagi. Dan foto "candid" itu dicetak mama dan dipajang di ruang tamu. Ya Tuhan! Itu aib yang tak terperihkan!

Saat aku akan pergi merantau ke kota Jakarta untuk meneruskan pendidikan, mama mengantarkanku dengan bus umum. Sepanjang jalan aku tidak bersemangat karena sebentar lagi akan berpisah jauh dengan mama. Tiba-tiba...

"Ma... ada bau aneh nih."

"Diam aja! Mama yang kentut."

Perasaanku menjadi campur aduk. Antara menahan sedih dan menahan tertawa. Bisa-bisanya di moment yang demikian melankolis ada kejadian tak terduga itu. Aku pun tak tahan lagi untuk tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun