Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Itu Menganga

11 Mei 2024   21:06 Diperbarui: 11 Mei 2024   21:09 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kembalilah ke rumah, Rahman menunggumu!" suara itu melemah bagai singa sakit.

"Mas Rahman baik-baik saja?" tanya Ana balik.

"Hidupnya hancur sejak kamu pergi. Tengoklah keadaannya di rumah!" sang mertua tertunduk malu harus memohon kepada menantu yang pernah dihinanya. "Bukan hanya itu, toko juga sudah hampir bangkrut, dan rumah sebentar lagi akan disita pihak bank." Ibu tua itu mulai menangis sesegukkan. "Aku mohon, Ana! Maafkan ibu! Kembalilah ke rumah!"

Ana terpaku dalam haru dan kegetiran. Apa rencana Tuhan sebenarnya? Haruskah dia kembali ke rumah yang penuh dengan drama panjang yang menguras air matanya? Luka yang masih menganga itu haruskah disembuhkan dengan sebuah pemaafan? Tidak mudah, tapi sekali lagi, inilah kehidupan.

"Apa yang harus aku lakukan, Bang?" lirih Ana.

"Kembalilah! Anakmu butuh seorang ayah, seburuk apa pun dia," Bang Anto mengiringinya.

Ana kembali ke rumah "orang kaya" itu setelah 4 tahun tidak menginjakkan kakinya. Membawa pulang lukanya yang masih menganga. Ia tahu bahwa memasuki rumah itu lagi bukanlah sebuah jaminan akan kebahagiaan yang akan didapat. Namun kebesaran jiwa dan kasih sayang pada anaknyalah yang mengalahkan kepedihan luka hatinya. Ia berpikir, setidaknya, anak yang dicintainya sepenuh jiwa akhirnya dapat memanggil seorang ayah.

Anak balita itu akhirnya ikut bertumbuh dengan banyaknya pelajaran tentang kehidupan. Anak yang tahu betul segala pengorbanan sang ibu, yang sepanjang hidupnya sampai akhir hayat tidak berkurang setitik pun cinta dan kasihnya. Baginya, ibu adalah sosok teristimewa dan sang juara kesabaran dalam kehidupan.

 Anak itu AKU, yang saat ini mengetik cerita getir ibuku, Ana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun