Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Itu Menganga

11 Mei 2024   21:06 Diperbarui: 11 Mei 2024   21:09 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

              Setelah satu jam berjalan kaki, ia disambut oleh Anto, abangnya yang tinggal bersama dengan orang tuanya. Rumah yang berdinding papan dan beratapkan anyaman daun rumbia itu kini menjadi tempat berteduh Ana dan buah hatinya. Karena tidak memiliki uang sepersen pun, segala biaya sang bayi menjadi tanggungan abangnya yang memiliki bengkel sepeda kecil-kecilan.

              "Apa rencanamu berikutnya, Na?" tanya abangnya yang juara kesabaran.

              "Ana akan berjualan sayur lagi, Bang," jawab Ana lirih.

              "Kamu masih muda, belajarlah beberapa keterampilan! Di Palembang ada paman kita. Pergilah ke sana!"

              "Tapi anakku masih bayi, Bang,"

              "Biar abang dan kakakmu si Atun yang mengurusnya," Bang Anto meyakinkannya.

              Ana pun berangkat menuju Tanah Sriwijaya untuk mengadu nasib beberapa tahun. Kerinduan dengan putranya harus ditanggung dengan air mata yang selalu tumpah dalam setiap doanya. Ia harus rela tidak menyaksikan berbagai peristiwa penting dalam tumbuh anaknya. Merangkak, berjalan, berlari, dan merayakan ulang tahun, semua tanpa kehadirannya. Bahkan anaknya memanggil Bibi Atun sebagai "ibu".

              Di tanah perantauan, Ana belajar berbagai keterampilan yang diharapkan dapat menjadi bekal hidupnya kelak membesarkan anaknya. Menjahit pakaian dan membuat kue tradisional menjadi fokus utamanya dalam belajar. Ia percaya atas segala pengaturan Yang Maha Kuasa dalam hidupnya. Tidak selamanya roda itu berputar di bawah Ia yakin sepenuhnya akan tiba suatu hari yang gemilang.

              Dua tahun telah berlalu. Ana kembali ke kampung halamannya. Kebahagiaan yang paling besar adalah dapat bertemu dengan si buah hati. Kerinduan yang telah menggunung langsung mencair saat memeluk putranya yang sudah pintar berceloteh.

              "Tante pulang naik pesawat yang terbang tinggi itu, ya?" anaknya memanggilnya "tante".

              "Bukan, mama naik kapal laut," jawabnya sambil mengelus rambut si anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun