Mohon tunggu...
Toni Jagat Galih
Toni Jagat Galih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Presiden Mahasiswa STAIMI DEPOK

Saya merupakan seorang mahasiswa jurusan pendidikan agama islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Depok, yang kebetulan menjabat sebagai Presiden Mahasiswa saat ini. saya adalah penuis yang tertarik pada topik pendidikan, Psikologi, Filsafat, ilmu sosial, dan isu-isu politik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kunci Mencapai Kebahagian dalam Hidup Menurut Martin Seligmen

23 Mei 2023   16:36 Diperbarui: 23 Mei 2023   17:20 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa bahagia dalam hidup itu menjadi perhatian penting para ilmuwan ? Karena setiap orang hakikatnya sadar tak sadar itulah yang orang-orang cari. Makanya tak heran setiap orang melakukan apapun dan menghalalkan segala cara untuk mecapai kebahagiaan itu. Ada yang berfikir bahwa dengan hartalah mereka bisa mencapai kebahagiaan itu, adapula yang berfikir dengan jabatan mereka bisa mendapatkan bahagia dan bahkan ada juga yang berfikir dengan populartias meraka bisa mencapai kebahagiaan. 

Jadi begini, jikalau harta menjamin kebahagiaan dalam hidup, tapi kenapa orang kaya dengan harta masih banyak yang terkena kasus korupsi, jikalau jabatan menjamin kebahagiaan, kenapa masih ingin naik jabatan yang lebih tingi lagi, dan jikalau popularitas menjamin kebahagiaan dalam hidup tapi kenapa artis-artis terkenal masih banyak yang melakukan narkoba, bunuh diri, kasus korupsi dan lain sebagainya. Pada intinya semua itu tidak menjamin kita untuk bahagia atau tidak, itu semua tergantung bagaimana kita menyikapi hidup ini. Nabi Muhammad Saw Bersabda, yang artinya: Barang siapa yang ingin bahagia didunia maka raihlah dengan ilmu, dan barang siapa yang ingin bahagia di akhirat maka raihlah dengan ilmu dan barang siapa yang ingin bahagia di dunia dan akhirat maka raihlah dengan ilmu. Dari hadist diatas penulis menyimpulkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat adalah dengan ilmu. Makanya tujuan pendidikan itu menurut KI Hajar Dewantara untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya, selamat didunia selamat diakhirat, bahagia didunia bahagia diakhirat, selamat didunia bahagia di akhirat, bahagia di dunia selamat di akhirat. Maksudnya adalah selamat dari godaan dan tipu daya dunia sehingga secara otomatis akan mencapai kebahagiaan diakhirat kemudian bahagia didunia dalam arti tidak melakukan hal negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain maka secara otomatis terbebas atau selamat dari neraka. 

Disini penulis mengkutif konsep PERMA yang ditawarkan oleh seorang tokoh psikologi positif Martin Seligmen pada tahun 2006. Konsep PERMA terdiri dari 5 pilar yang di kenal dengan Flourshing. Akronim PERMA memiliki kepanjangan yang terdiri dari Positif Emotion, Engagement, Relationshif, Meaning dan Accomplishment/Achievement. Konsep PERMA ini boleh diterapka oleh individu untuk menjadi individu yang Flourishing yakni keadaan seseorang yang memiliki kesejahteraan dan kebahagiaan yang maksimal. 

Lantas, bagaimana PERMA bisa diterapkan agar kita bisa merasakan kemakmuran dan kebahagiaan terbesar dalam hidup kita? Berikut ini, penulis akan mencoba membahas prinsip PERMA secara menyeluruh: 

1. Positif Emotion (Emosi Positif)

 Itu adalah emosi positif yang dapat dicapai melalui dua sumber kesenangan, kesenangan dan kesenangan. Kesenangan berkaitan dengan hal-hal fisik seperti makan makanan enak dan tidur ketika Anda lelah. Sementara itu, kebahagiaan lebih berkaitan dengan kecerdasan dan kreativitas. 

Untuk memahami emosi positif kita, coba tanyakan pada diri sendiri "Seberapa sering kita mengalami emosi positif dalam hidup kita?". Kita membutuhkan perasaan positif untuk merasa bahagia. Kita tidak bisa bahagia jika emosi yang mendasari yang kita rasakan adalah kesedihan, kekecewaan, atau kemarahan. Jadi cobalah untuk membawa emosi positif dalam hidup kita seperti rasa terima kasih, kegembiraan, cinta, harapan, iman, dll. 

2. Engagement (Keterlibatan) 

Engagement menyiratkan keterikatan, kemampuan seseorang untuk menikmati berbagai aktivitas sehari-hari. Ini dapat dilakukan melalui pengamatan diri, melihat apakah kita memberikan semua perhatian fisik dan mental kita pada aktivitas yang kita lakukan. Minsalkan ketika kita makan, cobalah untuk fokus pada makan daripada disibukkan dengan hal lain, lalu istirahat, dan selama bekerja, yaitu betapa kita menikmati pekerjaan yang kita lakukan. Keadaan fokus dan kenikmatan dari aktivitas yang kita lakukan ini dapat membantu meningkatkan rasa sejahtera seseorang. 

3. Relationshif (Hubungan) 

Hubungan sosial adalah dasar dari setiap manusia. Butler & Kern (2016) menjelaskan dalam jurnal mereka bahwa dukungan sosial dikaitkan dengan penurunan depresi dan psikopatologi kesehatan fisik, risiko kematian yang lebih rendah, perilaku yang lebih sehat, dan hasil positif lainnya. Hubungan positif mengacu pada koneksi dan hubungan positif yang dikembangkan individu dengan orang lain. Memiliki hubungan positif dengan orang lain dapat membantu meningkatkan kesejahteraan. 

4. Meaning (Hidup Yang bermakna) 

Meaning adalah kehidupan yang bermakna. Semua tindakan yang dilakukan oleh individu didorong oleh suatu meaning atau makna hidup. Mengetahui makna eksistensi di dunia bisa dilakukan dengan melakukan sesuatu yang lebih dari apa yang telah kita lakukan. Ketidakmampuan memaknai hidup ibarat orang yang tidak memiliki pendirian yang jelas dan mudah untuk terbawa arus kehidupan orang lain. Salah satu contoh dari meaning adalah dengan melakukan perubahan dalam lingkungan sekitar, dengan cara membantu orang-orang melalui kegiatan bakti sosial. Aktivitas ini membuat kita merasa memiliki makna dalam kehidupan kita, yakni dengan membuat kita merasa bahwa diri kita ada dan bermanfaat kepada orang lain.

 5. Accomplishment/Achievement (Pencapaian/Prestasi) 

Berarti prestasi / pencapaian. Ini tentang perbaikan diri, yang tidak harus materialistis, tapi bisa moral. Pencapaian tujuan atau pencapaian pribadi memang sangat mempengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang. Hal ini tidak lepas dari optimisme yang dimilikinya. Selanjutnya, peningkatan diri pribadi tersebut tidak hanya ada, tetapi harus dirasakan atau dinikmati. Kenikmatan berarti kita merasakan kemajuan dan mensyukurinya. 

Kelima aspek PERMA menjadi konsep utama bagi Psikologi Positif tentang kebahagiaan. Konsep ini berusaha mengakomodasi konsep-konsep yang ada sebelumnya. Untuk menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup, kita bisa berpacu dengan konsep PERMA yang dimiliki Seligman ini. Namun, kita juga berhak untuk berpegang pada konsep-konsep yang lain. 

Penulis

Toni Jagat Galih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun