Rumah Makan Pawon Mbah Gito, Kuliner Jogja yang Menuntaskan Kangen
Jogja memang istimewa. Tampaknya siapa pun yang pernah tinggal di Jogja akan merasakan hal yang sama, ingin kembali menikmati suasananya suatu saat. Walau hanya sehari saja. Itulah yang saya rasakan hari ini Sabtu (27/7/2024).
Sebagai orang yang pernah merantau ke Jogja untuk menimba ilmu selama beberapa tahun, denyut nadi kota Jogja, warganya, dan napasnya tampaknya telah menghujam dalam hati. Jogja menjadi bagian hidup yang bertumbuh hingga mendiami area dalam hati yang takkan terlupakan.
Memang sudah cukup lama tidak kembali ke Jogja, meski tidak sampai hitungan tahun. Walaupun demikian, ketika menginjakkan kaki kembali di Jogja, rasanya sudah lama tak berkunjung.Â
Ada banyak perubahan terjadi di Jogja. Kendaraan di jalanan semakin banyak. Dan tak terhindarkan kadang kemacetan tak terhindarkan. Bangunan gedung bertambah. Itu semua menandakan bahwa Jogja bertambah penghuninya; Jogja berkembang dan tambah maju.
Satu hal yang juga tak terlupakan adalah kuliner Jogja yang tak kalah ngangeni, 'membuat kangen.' Bukan saja makanan gudegnya, tetapi juga masakan khas daerahnya yang kata orang ndeso, masakan desa.Â
Ya makanan rasa ndeso ini bisa kita temui di rumah makan Pawon Mbah Gito yang berlokasi di jalan Kaliurang, daerah Ngaglik. Lokasinya di tengah persawahan khas desa.Â
Rumah makan berarsitektur Jogja ini menyanjikan makanan khas ndeso. Ada ikan nila pesmol, sayur lodeh, tahu bacem, tempe bacem, ayam goreng kampung, dan oseng daun papaya. Ada juga sop dan opor ayam. Bila kita ingin makanan ringan, tersedia snack seperti pisang goreng, singkong goreng, bakwan dan lainnya.
Soal rasa, jangan ditanya. Enak dan lezat dengan citra rasa pedesaan merupakan jaminannya. Inilah yang menjadikannya mampu menuntaskan rasa kangen Jogja.
Semua sajian menu tersebut bisa kita nikmati di ruangan bergaya rumah pedesaan Jogja. Atau juga bisa kita nikmati di bawah pohon di pinggir sawah. Angin semilir menyapu, menyejukkan suasana.
Tak ketinggalan, meja dan kursi tempat kita duduk pun bergaya Jogja pedesaan. Ini tentu membawa kenangan akan masa kecil di pedesaan.
Bagaimana dengan harga? Tak usah khawatir. Harga manakannya pun ramah dengan kantong kita. Kita tak perlu merogoh kantong kita dalam-dalam.
Akhirnya, Jogja memang istimewa. Bukan saja kota dan warganya, kulinernya pun istimewa. Kulinernya yang telah mampu menuntaskan rasa kangen.** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H