Mohon tunggu...
Tongato
Tongato Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik dan peneliti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewaspadai Virus Bullying di Awal Tahun Pelajaran Baru

13 Juli 2024   15:45 Diperbarui: 13 Juli 2024   19:10 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi Bullying di Sekolah (Sumber: kribispdr.org)
Ilustrasi Bullying di Sekolah (Sumber: kribispdr.org)

Berakibat Fatal

Kita tahu bahwa bullying di kalangan murid merupakan tindakan penggunaan kekuataan oleh seorang murid kepada murid lain  untuk membuatnya sakit atau tak berdaya. Tindakan bullying ini dalam catatan bahkan bisa berakibat fatal bagi putra/putri kita. Bukan hanya sekedar mempermalukan, menyakiti secara fisik/psikis, dan membuat trauma berkepanjangan, bullying juga bisa membawa kematian bagi korbannya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sepanjang awal 2024, ada 46 kasus anak mengakhiri hidupnya, 48 persen diantaranya terjadi di sekolah/madrasah atau anak korban sekolah/madrasah (Tempo.co., 12/3/2024).

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat ada sebanyak 16 kasus bullying di sekolah/madrasah dalam kurun Januari - Juli tahun 2023. Empat kasus diantaranya terjadi pada awal masuk tahun ajaran baru di bulan Juli 2023. Kasus bullying mayoritas terjadi di SD (25%) dan SMP (25%), lalu di SMA (18,75%) dan SMK ( 18,75%), MTs (6,25%) dan Pondok Pesantren (6,25%) (detikEdu, 4/8/2023).

FSGI juga mencatat hingga Desember 2023, terdapat 30 kasus bullying. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 21 kasus (Kompas.com, 31/12/2023).

Sementara itu, Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono menyatakan, data pengaduan KPAI menunjukkan kekerasan anak pada awal 2024 sudah mencapai 141 kasus. Dari seluruh aduan, 35 persen diantaranya terjadi di lingkunan sekolah/madrasah (Tempo.co., 12/3/2024).

Sikap Kita

Menyikapi data-data tersebut, kita harus dapat menyikapinya dengan bijak dan serius. Virus bullying harus segera dihentikan penyebarannya. Sekolah/madrasah haruslah menjadi tempat yang aman dan nyaman dari segala tindakan bullying. Sekolah/madrasah harus zero bullying bagi semua warga sekolahnya, termasuk bagi para murid baru yang akan segera menjadi anggota baru suatu sekolah/madrasah.

Mengutip Thomas Lickona dalam bukunya yang berjudul Character Matters dengan penyesuaian, paling tidak ada empat langkah yang dapat kita lakukan agar sekolah/madrasah kita bebas dari segala bentuk bullying.

Pertama, awali dengan disiplin berbasis karakter. Dalam langkah ini sekolah/madrasah menerapkan disiplin berbasis karakter. Artinya, penegakan disiplin yang mempertahankan akuntabiltas para murid terhadap aturan melalui konsekuensi yang adil dan tegas. Kontrak perilaku yang sering terbukti berhasil harus diterapkan. Misalnya, sebuah kontrak perilaku yang menyatakan: "Saya tidak akan memukul atau menyakiti orang lain. Jika saya melakukannya, saya akan memanggil orang tua saya dan melaporkan apa yang saya lakukan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun